DIAM DARI KEBENARAN ADALAH SETAN BISU


Oleh : Nur Fitriyah Asri (Bu Is Senja)
Pengurus BKMT, Member Akademi Menulis Kreatif.

Edisi : Tazkiyatun nafsiyah
Sering kita mendengarkan dari ulama-ulama yang mengatakan bahwa "Orang yang diam dari kebenaran adalah setan bisu"

Kalimat tersebut bukan hadis dari Nabi Muhammad saw, namun merupakan ucapan ulama salaf.

Mereka mengatakan:

الساكت عن الحق شيطان أخرس والناطق بالباطل شيطان ناطق

“Orang yang diam dari kebenaran adalah setan yang bisu, sedangkan orang yang berucap dengan kebatilan adalah setan yang berbicara.”

Di era zaman yang penuh dengan fitnah, di mana pada fase pemerintahan diktator/jabariyan), fitnah-fitnah keji, berita-berita hoaks, kezaliman, ulama dikriminalisasikan, yang benar difitnah salah dan lainnya, merupakan salah satu cirinya. 
 
Sampai orang awam pun dibuat bingung, hingga sulit membedakan perkataan-perkataan yang berdusta, janji-janji bohong, ayat-ayat Qur'an yang diselewengkan karena disampaikan oleh orang-orang yang berstatus sebagai ulama, kiai, ustadz, intelek muslim, orang cendekiawan dan lainnya. Fatwa atau pernyataannya sungguh sesat menyesatkan, ucapannya batil dan menyeru kepada kebatilan, maka mereka ini termasuk setan yang berbicara. 

Adapun seorang yang diam dari kebenaran, padahal mereka tahu karena punya ilmu (faqih diin), tahu hukumnya, mampu untuk menasehati dan mengingatkan.Tapi mereka memilih diam tidak memerintah kepada perkara-perkara yang makruf, tidak melarang dan mencegah dari kemungkaran, tidak berusaha mengubahnya,   maka mereka ini dikatakan setan bisu dari kalangan manusia.

Sebab setiap umat muslim diseru untuk beramar makruf yaitu menyeru kepada kebaikan dan nahi mungkar yaitu mencegah dan melarang perbuatan yang melanggar syariat.  sebagaimana firman Allah dalam QS. Ali Imran [4] : 104)

ولتكن منكم أمة يدعون إلى الخير ويأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر وأولئك هم المفلحون (آل عمران: 104)

“Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan orang yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh berbuat yang makruf, dan mencegah dari perbuatan yang mungkar. Dan mereka itulah orang-orang yang beruntung.” (QS. Ali ‘Imran [4]:104)

Dalam ayat lain Allah subhanahu wa ta'ala berfirman:

والمؤمنون والمؤمنات بعضهم أولياء بعض يأمرون بالمعروف وينهون عن المنكر (التوبة:71)

“Kaum mukminin dan mukminah, sebagian mereka adalah penolong bagi sebagian lainnya. Mereka menyuruh berbuat yang makruf dan mencegah dari perbuatan yang mungkar.” ( QS. at-Taubah [9]: 71)

Nabi Muhammad saw. sampai mengingatkan pada umatnya tentang ancaman bagi orang yang diam ketika melihat kemaksiatan.  Beliau bersabda:

إن الناس إذا رأوا المنكر فلم يغيروه أوشك أن يعمهم الله بعقابه

“Sesunguhnya manusia apabila melihat kemungkaran kemudian tidak berupaya mengubahnya, maka hampir-hampir Allah akan meliputi mereka dengan azab-Nya.”

Dan Nabi Muhammad saw. bersabda:

من رأى منكم منكرا فليغيره بيده فإن لم يستطع فبلسانه فإن لم يستطع فبقلبه وذلك أضعف الإيمان

“Barang siapa di antara kalian melihat kemungkaran, maka hendaklah ia mengubahnya  dengan tangannya. Bila tidak mampu, maka dengan lisannya. Bila tidak mampu, maka dengan hatinya dan itulah selemah-lemah iman.” (HR. Muslim) 

Sehingga hadis tersebut, menjelaskan kepada kita tentang wajibnya mengingkari kemungkaran sesuai dengan batas kemampuannya.

Dari Abdullah bin Amr r.a, Rasulullah saw. bersabda:

بَلِّغُوا عَنِّى وَلَوْ آيَةً

“Sampaikanlah dariku walau hanya satu ayat” (HR. Bukhari)

Hadis di atas menunjukkan betapa urgensinya kewajiban dakwah yaitu beramar makruf nahi mungkar. Wajib bagi  tiap-tiap muslim, walaupun hanya menyampaikan satu ayat. Artinya tidak menunggu menguasai ilmu agama, tidak harus keluaran pondok pesantren. Namun, kata Rasul satu ayat yang berasal dariku sampaikanlah. Oleh karena itu seseorang yang diam, tidak mau mengingkari kemungkaran padahal dia mampu melakukannya, tidak ada sesuatu yang menghalanginya, maka inilah dia setan bisu tersebut.
Naudzubillahi min dzalik.

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post