Stunting Makin Genting dan Kemiskinan Semakin Ekstrim di Sistem Perekonomian Kapitalisme


Oleh: Ummu Syuhada

Hari Gizi Nasional yang ke 63 tahun 2023 diperingati setiap 25 Januari kemarin ini mengangkat Tema “Protein Hewani Cegah Stunting”; Slogan “Protein Hewani Setiap Makan” dan “Isi Piringku Kaya Protein Hewani.” Pemerintah berharap dapat menggalang kepedulian dan meningkatkan komitmen dari berbagai pihak untuk bersama membangun gizi seimbang dan produksi pangan berkelanjutan, sehingga dapat mendorong pencapaian pembangunan bidang kesehatan. Di mana penanganan stunting ini menjadi program prioritas pemerintah pada tahun 2023 ini.

Sejak awal kemerdekaannya hingga saat ini masalah stunting dan kemiskinan di Indonesia selalu menjadi PR yang tidak pernah terselesaikan. Di tahun 2023 ini, masalah penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem masih terus menjadi program prioritas pemerintah karena tidak ada kemajuan yang cukup berarti dalam perbaikan dua persoalan besar ini.

Menteri koordinator bidang pembangunan manusia dan kebudayaan (Menko PMK), Muhadjir Effendy mengungkapkan penyebab stunting di latar belakangi oleh fenomena kemiskinan ekstrim seperti kendala dalam mengakses kebutuhan dasar, akses air bersih, fasilitas sanitasi dan lainnya. Sehingga permasalahan kemiskinan ekstrem dan stunting saling beririsan dengan angka mencapai 60%. Pemerintah mengklaim telah berupaya keras menurunkan kemiskinan dan stunting (Republika.com, 14/01/2023).

Menko PMK mengatakan, pemerintah melakukan upaya serius dalam penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem melalui intervensi gizi spesifik, yakni intervensi yang berhubungan dengan peningkatan gizi dan kesehatan dan intervensi gizi sensitif. Yakni intervensi pendukung untuk mempercepat penurunan stunting, seperti penyediaan air bersih, MCK dan fasilitas sanitasi.

Karena itu, menurut dia, untuk menyelesaikan masalah kemiskinan ekstrem dan stunting harus dilakukan dengan mengeroyoknya secara bersamaan. Menurut dia, pemerintah melakukan upaya serius dalan penanganan stunting dan kemiskinan ekstrem melalui intervensi spesifik dan intervensi sensitif.

Stunting merupakan masalah gizi kronis yang disebabkan oleh kurangnya asupan gizi dalam waktu lama, terutama pada 1000 hari pertama kelahiran. Menurut data WHO 7,8 juta dari 23 juta balita Indonesia adalah penderita stunting atau sekitar 35,6 persen. Kondisi ini mengakibatkan Indonesia sebagai negara dengan status gizi buruk.

Stunting merupakan permasalahan yang dapat diakibatkan oleh berbagai macam faktor yaitu salah satunya faktor ekonomi dan faktor pangan. Kemiskinan merupakan hulu dari berbagai permasalahan yang ada, seperti tingginya angka kesakitan dan kematian, pengangguran, gizi buruk, serta rendahnya kualitas SDM. Adanya kemiskinan mengakibatkan keluarga tidak dapat mencukupi kualitas dan kuantitas dalam pemberian gizi pada balita. Keterbatasan daya beli pada kondisi sosial ekonomi rendah menyebabkan terbatasnya akses pangan. Hal tersebut dapat berdampak pada ketahanan pangan dalam rumah tangga. Rumah tangga dapat disebut tahan pangan apabila memiliki sejumlah makanan yang cukup, aman, dan bergizi dalam kurun waktu tertentu untuk seluruh anggota keluarga.

Syekh Muhammad Ismail mengatakan dalam kitabnya dengan judul Fikrul Islam, makan merupakan hajatul udwiyah (kebutuhan jasmani) yang harus dipenuhi seketika dan saat itu juga. Jika pemenuhannya ditunda (tidak dipenuhi) secara layak akan menimbulkan dharar (bahaya) terhadap jiwa. Maka, ketika terjadi stunting bisa dipastikan, gizi makanan anak-anak tersebut tidak dipenuhi secara layak sehingga tumbuh kembang mereka terganggu. Salah satu penyebab ketidaklayakan pemenuhan gizi adalah kemampuan ekonomi keluarga dalam menyediakan gizi yang baik untuk anak-anak. Ketidakmampuan ekonomi keluarga dipicu oleh kemiskinan.

Tidak hanya itu, layanan publik seperti kesehatan, pendidikan dan keamanan diperjualbelikan kepada rakyat. Begitu juga dengan kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, dan papan. Kebutuhan yang seharusnya murah dan terjangkau bagi masyarakat justru dimonopoli oleh swasta. Sehingga hanya mereka yang memiliki kelebihan harta yang mampu membelinya. Sedangkan yang miskin mereka hanya bisa menahan bahkan bermimpi untuk bisa tercukupi. Inilah akar masalah kemiskinan dan stunting.

Jika telah jelas ekonomi kapitalisme mustahil menyelesaikan permasalahan, tentu dibutuhkan sistem ekonomi alternatif agar mampu menyelesaikan proble kemiskinan dan stunting. Tentu sistem ekonomi ini adalah sistem ekonomi Islam. Karena hanya sistem ekonomi Islamlah yang mampu menyelesaikan persoalan yang terjadi, tak terkecuali masalah kemiskinan dan stunting.

Islamlah satu-satunya harapan untuk memberantas stunting. Islam mewajibkan negara untuk menjamin kesejahteraan setiap individu rakyat, termasuk anak-anak. Islam menentukan bahwa kekayaan alam adalah milik rakyat yang dikelola negara untuk kemakmuran rakyat. Pengelolaan kepemilikan pun harus sesuai syariat. Haram bagi seseorang menginvestasikan hartanya dengan cara ribawi.

Islam juga mewajibkan negara menyantuni rakyat yang lemah dan memenuhi kebutuhan pokoknya individu per individu sehingga kemiskinan dapat terentaskan. Peran negara sangatlah penting, karena negaralah yang menjamin seluruh kebutuhan dasar umatnya. Negara akan benar-benar mensensus warganya, memastikan para kepala keluarga bisa menafkahi tanggungannya, sekaligus menyediakan lapangan pekerjaannya. Jika kepala keluarga dan kerabatnya tidak sanggup menafkahi, negara wajib membantu warganya untuk bisa memenuhi kebutuhan dasarnya.

Sejarah menunjukkan, ketika umat hidup dalam naungan sistem Islam, kesejahteraan, persatuan hakiki, dan keberkahan terwujud dalam kadar yang tidak pernah ada bandingannya. Selama belasan abad, umat Islam mampu tampil sebagai umat terbaik, memimpin peradaban cemerlang, sekaligus menebar rahmat ke seluruh alam.

Oleh karenanya, jika umat ingin kembali merasakan hidup bahagia dan penuh berkah, satu-satunya cara adalah dengan mengganti sistem kapitalisme menjadi sistem ekonomi Islam yang berasal dari wahyu Allah SWT yang diterapkan secara kaffah dalam bingkai Khilafah Islamiah. Dengan demikian, akan tercipta masyarakat sejahtera dan anak-anaknya pun tercukupi gizinya. Inilah yang jaminan terlahirnya generasi cemerlang yang siap memimpin peradaban Islam yang gemilang.

Wallahu a'lam bishshawab. []
.

Post a Comment

Previous Post Next Post