Industri Politik dalam Demokrasi, Buah Sistem yang Rusak


Oleh Neneng Sriwidianti
Pengemban Dakwah Ideologis

Pemilu 2024 masih sekitar dua tahun lagi. Tetapi, euforia penyambutannya sudah sedemikian marak. Para elit politik sudah mulai tebar pesona. Mereka berusaha untuk mencari simpati rakyat, agar bisa mendulang suara sebanyak-banyaknya. Ada juga partai politik yang merapat ke koalisi untuk mengamankan kursi di tahun 2024. Mirisnya, di tengah situasi pandemi yang tak kunjung berakhir, anggaran fantastis untuk pemilu 2024, sudah menjadi perbincangan hangat. Padahal, rakyat sedang mengalami himpitan ekonomi yang tak ada ujungnya. 

Sultan Najamudin, wakil Ketua DPD angkat bicara soal anggaran fantastis Pemilu 2024. Menurutnya, biaya pemilu ke depannya pasti akan terus meningkat. Sudah saatnya kita kembali ke mekanisme demokrasi pancasila yang lebih berkualitas dan ekonomis. Oleh karena itu, Sultan menyarankan agar dilakukan restorasi demokrasi dengan memperbaiki sistem Pemilu dan ketatanegaraan sejak dari hulunya, yakni konstitusi dengan mengamandemenkan UUD 45 secara lebih menyeluruh. Sultan menilai, usulan dari Komisi Pemilu Umum (KPU) sebesar Rp 86 triliun untuk membiayai penyelenggaraan pemilu 2024, dianggap sebagai industri politik yang hanya menjadi ajang adu kuat model politik yang sumbernya dari cukong dan oligarki. (Beritasatu.com, 19/9/2021)

Demokrasi dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat adalah kebohongan tingkat tinggi. Karena ide ini lahir dari rahim kapitalisme sekuler yang meniscayakan kemaslatan sebagai dewa. Tidak ada kawan-lawan sejati, yang ada hanyalah kepentingan abadi. Itulah idiom politik dalam demokrasi yang sudah mendarah daging di dalam diri penganutnya.

Wajar jika semua yang melibatkan diri dalam kompetisi demokrasi, akan menghalalkan segala cara untuk melanggengkan kekuasaannya. Politik dijadikan industri untuk meraup keuntungan sebanyak-banyaknya. Mereka pun akan menggunakan segala cara, baik itu berita hoax, bisnis komplik komunal  antar suku, agama, dan golongan. Sikat sana-sini mencari sumber pembiayaan industri politiknya agar bisa melenggang ke Senayan. Bergandengan dengan cukong dan oligarki menjadi tujuan pragmatisnya. Alhasil, setelah mereka berkuasa, boro-boro memikirkan urusan rakyat, mereka justru mengabdi kepada pemodal yang telah mengantarkannya ke jalan kekuasaan. 

Karenanya, masihkah di tahun 2024 rakyat  berharap pada demokrasi? Sampai kapan pun, demokrasi tidak akan pernah berpihak kepada rakyat. Karena pemikiran, peraturan, dan implementasi yang keluar dari demokrasi adalah rusak dan merusak. Sebab lahir dari akal manusia yang lemah dan terbatas, tidak dituntun oleh wahyu Allah Swt. yang Maha Mengetahui akan segala sesuatu. Saatnya, kita mencampakkan demokrasi dari khazanah pemikiran, termasuk prakteknya dalam kehidupan sehari-hari.

Satu-satunya jalan untuk meniadakan semua masalah, termasuk perilaku politisi yang inkonsisten, berperilaku pragmatis, dan menjadikan politik sebagai industri untuk meraih kekuasaannya hanyalah kembali kepada Islam ideologis.

Sebagai sebuah pandangan hidup, Islam cukup kompatibel dan kredibel dalam menghadirkan sistem politik. Apalagi, menerapkan politik ala Islam sesungguhnya adalah mengikuti keteladanan terhadap segala perilaku Rasulullah saw. yang bernilai ibadah. Dalam kehidupan bernegara, Rasulullah saw. telah mempraktekkan cara berpolitik yang bersih, saleh, bebas dari kepentingan pragmatis yang disetir oleh para  pemuja syahwat dunia. Tidak ada pembiayaan yang fantastis dalam pemilihan pemimpin dalam Islam, karena ketakwaan individu dan rasa takut kepada Allah Swt. telah menghapus cintanya terhadap dunia. 

Terbukti, selama 14 abad Rasulullah saw. dan para khalifah penggantinya telah berhasil mengukir peradaban dunia dengan cemerlang. Realitas tersebut semestinya menjadi pendorong bagi Muslim untuk merujuk kembali pada metoda politik Rasulullah saw. Dengan demikian, umat akan terbebas dari harapan semu, bebas dari  intrik politik oportunis dan pragmatis. Hanya Islam yang memberi harapan pasti, karena menjalankan Islam sebagai metode politik adalah bukti ketakwaan pada Allah Swt.

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post