Rindu Khalifah Umar bin Khattab Ketika Indonesia Diterjang Corona


Abu Mush'ab Al Fatih Bala
(Pemerhati Politik Asal NTT)

Khalifah Umar bin Khattab ra adalah salahsatu pemimpin besar di dunia yang dirindukan umat. Beliau adalah pemimpin yang diangkat tanpa biaya kampanye. Tak perlu bantuan dari pengusaha dan jauh dari politik KKN dan pencitraan.

Dalam sistem Islam, negara diberi batas maksimal 3 hari untuk mengangkat seorang pemimpin. Sehingga tidak memerlukan biaya yang super mahal.

Hasilnya, lahirlah seorang pemimpin seperti Khalifah Umar yang memimpin Umat dengan penuh keadilan dan kepedulian. Beliau juga peka terhadap warganya yang kesusahan. Suatu ketika Beliau dan ajudannya kelelahan selepas blusukan keliling negeri. Bersandar di salahsatu tembok rumah seorang ibu, mereka mendengarkan anak-anak di rumah itu kelaparan.

Sang ibu berpura-pura memasak batu agar anak-anaknya tenang. Ibu itu menangis dan mengadu bahwa Umar adalah pemimpin yang kejam dan tak acuh. Mendengar hal itu, Khalifah Umar merasa telah berlaku zhalim kepada rakyatnya.

Beliau pergi ke Baitul Mal dan memanggul sekarung gandum. Sang ajudan ingin membantu tapi dilarang oleh sang Khalifah. Ia merasa itu adalah tanggung jawabnya sebagai kepala negara. Dan ia tidak mau ajudannya memikul dosa sang Khalifah. Kesulitan umat adalah kesulitannya juga.

Umar ra pergi ke rumah ibu itu, memberikannya gandum dan memasak untuk ibu dan keluarganya. Anak-anak kenyang dan kembali ceria. Sang Ibu mengatakan kepada Khalifah bahwa pria yang membawa gandum ini jauh lebih baik dari Khalifah Umar bin Khattab ra. Umar ra pun puas tanpa harus mengakui identitasnya.

Pemimpin yang dicintai oleh rakyatnya, punya kepekaan dan solusi inilah yang sekarang dirindukan publik Indonesia. Kasus Covid-19 di Indonesia terus meningkat,  data terakhir 1.285 Positif, 114 Meninggal dan 64 Sembuh. (news.visimuslim.org, 30/3). Indonesia pun tak berharap menjadi 'Italia kedua'.

Ketika kegentingan yang memaksa karena virus ini terjadi, Umat merindukan hadirnya seorang pemimpin yang melindungi mereka layaknya Khalifah Umar. Beliau pada masa Islam bukan saja mampu melock down atau mengkarantina wilayah Syam namun mampu juga menjamin hajat hidup masyarakat banyak ketika terjadi wabah dan musibah.

Beliau tak pernah menggunakan jasa buzzer atau influencer untuk pencitraan dan juga tidak pernah meminta bantuan asing untuk melawan wabah. Beliau merancang sistem ekonomi yang jauh dari riba. Pendapatan negara diambil dari pos yang halal seperti zakat, ghanimah (harta rampasan perang), pajak dari tanah Kharaj dan lain-lain.

Beliau tak pernah mendirikan lembaga keuangan yang bertumpu pada utang dengan jeratan riba yang menggigit dan tak pernah meminjam uang kepada negara asing. Tak pernah memasukkan tenaga kerja asing ke dalam negaranya.

Hasilnya lewat pendapatan negara yang melimpah Beliau sanggup menggaji sanagt mahal para kepala daerah sehingga tidak ada peluang korupsi bagi mereka. Dengan kekayaan negara Beliau mampu menyantuni para fakir miskin. Membangun sekolah dan rumah sakit gratis bagi semua warga negara. Beliau juga mampu membiayai pasukan militernya untuk melakulan futuhat ke berbagai negara.

Dengan sistem Islam, Khalifah Umar telah menjadi teladan bagi para pemimpin pada masa depan. Beliau meninggalkan jejak sistem pemerintahan agung dan bagaimana cara membangun ketahanan negeri dari berbagai ancaman wabah dan musibah. Bebas dari dominasi asing.

Semoga akan hadir para pemimpin baru yang akan menyelamatkan negeri Indonesia ini dari wabah virus Corona. Yang berani mengkarantina wilayah agar virus tidak menyebar luas. Dan yang berani memakai sistem Islam untuk membebaskan Indonesia dari ketergantungan kepada asing karena utang luar negeri.

Masyarakat rindu kepada  sosok pemimpin yang juga mampu mengurangi angka kemiskinan, menumpas KKN, membuka lapangan pekerjaan, memberikan jaminan pendidikan dan kesehatan gratis bagi seluruh masyarakat. Akankah sejarah emas itu terulang kembali? []

Bumi Allah SWT, 30 Maret 2020

#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan

Post a Comment

Previous Post Next Post