MAKNA HAKIKI MENCINTAI RASUL SAW

Oleh : Fatmawati 
Pensiunan guru dan pegiat dakwah


Seorang Muslim tentu mencintai Nabi saw. Sebab dalam Islam, cinta kepada Nabi saw. merupakan keharusan.


Kecintaan kepada Nabi saw. merupakan salah satu pembuktian keimanan seorang Muslim yang sekaligus merupakan bagian dari bekal yang bisa mengantarkan untuk bisa masuk surga bersama beliau di akhirat kelak. Anas bin Malik ra. menuturkan:


Seorang Arab berkata kepada Rasul saw. "Kapan Hari Kiamat?" Rasulullah saw. balik bertanya kepada dia, "Apa yang telah engkau siapkan untuk menghadapi Hari Kiamat?" Dia berkata, "Cinta kepada Allah dan Rasul-Nya." Beliau bersabda, "Engkau bersama dengan orang yang engkau cintai." (HR Muslim, an-Nasa'i, al-Bazzar dan Ibnu Khuzaimah).

Anas bin Malik ra. menuturkan bahwa Rasul saw. bersabda:

Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sampai aku lebih dia cintai daripada anaknya, orang tuanya dan seluruh manusia (HR al-Bukhari, Muslim, Ahmad, Ibnu Majah, an-Nasai, al-Baihaqi, al-Hakim dan Ibnu Hibban).

Para sahabat senantiasa berlomba-lomba menunjukkan cinta mereka kepada Rasul saw. Mereka lebih mengutamakan Rasul saw. atas siapapun, termasuk atas saudara dan kerabat mereka, bahkan atas orangtua mereka sendiri.

Imam Badruddin al-'Ayni (w 855 H) di dalam 'Umdah al-Qari Syarhu Shahih al-Bukhari mengatakan, "Yang dimaksud as-sunnah adalah ath-thariqah. Hal itu lebih umum dari fardhu dan nafilah, yakni mencakup amal dan akidah."

Dengan demikian Sunnah Nabi saw. itu adalah jalan dan petunjuk beliau yang mencakup akidah dan amal, yakni mencakup akidah dan syariah Islam.

Pernyataan cinta kepada Nabi saw. harus mewujudkan dalam kecintaan pada akidah dan syariah Islam.

Siapa yang mengaku cinta kepada Nabi saw., tetapi elergi terhadap syariahnya, maka cintanya palsu. Siapa yang mengaku cinta kepada Nabi saw. , tetapi ucapannya merendahkan syariah, tindakan dan kebijakannya terjangkiti penyakit islamophobia, maka cintanya dusta meski dia biasa memperingati Maulid Nabi saw. dan mengaku cinta kepada beliau hingga berbusa-busa. 

Singkatnya, rasa cinta kepada Nabi saw. akan menghasilkan kecintaan pada syariahnya. Kecintaan pada syariahnya tentu akan menghasilkan kerinduan pada penerapan syariah tersebut.

Siapa yang mencintai Nabi saw. tentu tidak akan merasa nyaman dan tentram tatkala sunnah beliau yakni thariqah, petunjuk dan syariah yang beliau bawa ditinggalkan dan dicampakkan.

Orang yang mencintai Nabi saw.  tentu tidak akan mencintai siapa saja yang membenci, merendahkan apalagi memusuhi syariahnya. Mustahil siapa yang mencintai Nabi saw., pada saat yang sama, dia juga mencintai orang yang memusuhi Nabi saw.; memusuhi syariah atau bagian dari syariah.

Cinta hakiki kepada Rasul saw. sekaligus menjadi bukti cinta kepada Allah SWT. Sebaliknya, cinta kepada Allah SWT harus dibuktikan dengan mengikuti dan meneladani Rasul saw., yakni dengan mengikuti risalah yang beliau bawa. Itulah syariah Islam. Allah SWT berfirman:

Katakanlah, "Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian." Allah Maha Pengampun lagi Maha penyayang (TQS Ali Imron [3]: 31).

Jadi cinta yang hakiki akan melahirkan ketaatan. Sebaliknya ketaatan merupakan bukti kecintaan. Klaim cinta kepada Nabi saw. bisa dinilai dusta jika selain Nabi saw. lebih ditaati daripada beliau, petunjuk Nabi saw. diganti dengan petunjuk selainnya serta hukum-hukum yang beliau bawa ditinggalkan dan diganti dengan hukum-hukum yang lainnya.

Akankah bisa kita bersama Rasul saw. diakhirat kelak jika sistem republik, trias politika, hukum positif dengan sistem civil law atau common law, doktrin kedaulatan manusia (rakyat) dan aturan selain Islam lebih dipilih dan diterapkan?

Kecintaan kepada Nabi saw. harus dibuktikan dengan ketaatan kepada beliau. Allah SWT memerintahkan:

Apa saja yang Rasul bawa kepada kalian, ambillah. Apa saja yang dia larang atas kalian, tinggalkanlah. Bertakwalah kalian kepada Allah. Sungguh Allah amat keras hukumannya (TQS al-Hasyr [59]: 7).

Yang harus ditaati adalah apa saja yang dibawa oleh Rasul saw. dalam perkara spiritual, moral ataupun sosial masyarakat; ibadah, akhlak, keluarga, harta, ekonomi, hukum, pemerintahan, politik dan semua urusan masyarakat.

Allah SWT menegaskan dalam firman-Nya: "Kami tidak mengutus seseorang rasul melainkan untuk ditaati dengan seizin Allah... (TQS an-Nisa' [4]: 64).

Menjadikan Rasul saw. sebagai hakim sepeninggal beliau adalah menjadikan hukum-hukum syariah yang beliau bawa sebagai hukum untuk memutuskan segala perkara.

Begitulah cinta hakiki kepada Nabi saw. Cinta kepada Nabi saw. melahirkan pengutamaan beliau dan syariahnya diatas urusan dan kepentingan sendiri, harus mendorong kita untuk taat pada syariah yang beliau bawa. Juga mendorong kita untuk menerapkan syariah Islam secara kaffah di tengah-tengah kehidupan.

Wallah a'lam bi ash-shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post