Demokrasi-Sekuler Berpeluang Membentuk Pribadi Munafik

Oleh :  Iis Siti

Ketidaktahuan dan ketidakfahaman sepertinya tengah melanda umat akhir-akhir ini. Ajaran agama terus di kriminalisasi, sementara pelanggaran agama sangat digandrungi.

Mereka berharap agar khilafah lenyap, kebebasan tanpa syariat dibiarkan meski korban terus berjatuhan, tengok saja bagaimana kaum 'melambai' melebarkan sayap kemaksiatannya menyasar segala usia dan tak takut dosa. Tidakkah manusia menyadari jika tanpa syariat Islam hidup penuh kekacauan serta mengundang bencana diberbagai aspek? 

Khilafah adalah kepemimpinan umum bagi umat Islam di seluruh dunia, ia bukan ideologi tapi bagian dari ajaran Islam yang berkaitan dengan ri'ayah su'unil ummah (urusan umat). Keberadaannya menjadi telaga di saat dahaga, menjadi obat tatkala sakit bahkan menjadi pengantar bahagia dunia dan akherat. Sebab di bawah naungannya syariat Islam akan tegak berdasar akidah islamiyyah.

Jika khilafah lenyap, maka lenyap pula kebaikan yang ada pada mereka, yang nampak hanyalah kehinaan sehina-hinanya juga kerusakan tiada henti. Sebut saja kerusakan moral, sosial, lingkungan dan hukum.

Ketakutan sekaligus kebencian terhadap  Islam dan ajarannya (Islamophobia) pada diri umat Islam saat ini tak lain karena isu negatif tentang Islam kaffah terus berkumandang.  Bahkan secara vulgar, Islamophobia ditunjukan oleh sebagian kalangan muslim itu sendiri terlebih jika ia sebagai pemilik kebijakan dan tokoh umat mayoritas. Dengan lantang akan menghadang pengembannya sekaligus memberi sanksi. Maka muncullah dorongan sebagian kalangan untuk melakukan penistaan terhadap ajaran Islam.  Sebagaimana yang diberitakan oleh media Detiknews, Menko Polhukam Wiranto, menuturkan, saat ini pemerintah tengah menggodok aturan mengenai larangan individu, yang tetap mendakwahkan khilafah. 

Kini seruan tentang khilafah seolah menjadi aib, penyebar ajaran tentang khilafah dianggap kriminal. kaum muslim yang menyerukan khilafah sebagai wujud penerapan Islam secara kaffah dituding sebagai ajaran radikal, pemecah-belah bangsa, anti Pancasila dan NKRI, bahkan dituduh sebagai teroris. Tidak hanya itu, segala seruan yang bernuansa Islam kini dicurigai. Sejarah manusia tak luput dan tak pernah kosong dari pertarungan antara kebenaran dan kebatilan. Para penyeru kebaikan senantiasa mendapat tantangan dan halangan, dari para penyeru kebatilan, juga dari orang-orang yang suka berbuat kerusakan dan bersikap pragmatis, yang kehidupannya sekadar mencari kemanfaatan duniawi saja dan memenuhi hasrat hawa nafsu semata. Tak ada perjuangan tanpa ancaman dan tantangan, bahkan hambatan dan gangguan demi menegakkan kebenaran acapkali kita rasakan, namun takan menyurutkan langkah perjuangan, demi sebuah kebenaran untuk mendobrak kebatilan, walau di depan mata banyak duri-duri yang tajam.

Ini semua adalah buah dari sistem yang diterapkan saat ini bukan Islam melainkan demokrasi-sekular. Dalam demokrasi-sekuler kebebasan hanya menjadi alat pembenaran, ajaran agama tak lagi jadi rujukan atas setiap perilaku maksiat. Tidak ada kebebasan untuk taat dalam bersyariah secara totalitas. Demokrasi suatu sistem sekular yang menipu rakyat dengan konsepnya kedaulatan di tangan mereka. Faktanya,  pemilik modal-lah yang mengendalikan para penguasa dan wakil rakyat. Akibatnya para penguasa dan wakil rakyat sering abai terhadap rakyat. Mereka lebih banyak memperkaya diri dengan perilaku  korup, tak peduli urusan rakyat.

Keburukan sekularisme semestinya melahirkan kesadaran pada umat Islam, akan keindahan ajaran Islam yakni Islam rahmatan lil alamin. Islam melahirkan sistem yang benar yaitu sistem berdasarkan syariah Islam dibangun di atas dasar akidah Islamiyyah, sehingga berbagai aturannya akan bersifat spiritual (ruhiyah), ada hubungan kuat dengan Allah SWT, tetap terikat dengan aturanNya hingga jelas pahala dan siksa. Sistem yang demikian akan menentukan makna kebahagiaan yang hakiki.

Oleh sebab itu selama negeri ini tetap menerapkan  demokrasi-sekularnya sebagai salah satu pilarnya, perilaku munafik di kalangan penguasa, pejabat dan wakil rakyat khususnya tidak akan berkurang, apalagi hilang. Persoalan ini hanya mungkin teratasi saat bangsa ini menerapkan syariah Islam sebagai sistem terbaik dan hukum terbaik, sebagaimana firman Allah: 

Apakah hukum jahiliah yang mereka kehendaki? hukum siapakah yang lebih baik daripada hukum Allah, bagi orang-orang yang yakin?" (QS al-Maidah [5] : 50).

Untuk itu, hendaklah setiap Muslim menunjukkan kecintaannya pada Islam, yaitu dengan terus mensyiarkan ajaran Islam kemudian bersegera menerapkan sistem Islam dalam seluruh aspek kehidupan  tak kecuali dalam  khilafah. Saatnya kita mencampakkan isme-isme penghancur akidah dan aturan kehidupan kita. Sungguh tak mungkin Islam dapat berdampingan dengan isme-isme di atas karena sekularisme atau demokrasi hanya dapat menciptakan kerusakan dan menumbuhkan kemaksiatan serta berpotensi melanggar terhadap aturan hukum Allah.

Wallahu a'lam bi ash-shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post