Program Green School, Akankah Mencetak Generasi Cemerlang ?

Penulis Reni Rosmawati
Member Akademi menulis Kreatif

Dinas Pendidikan dan Dinas Lingkungan Hidup Kabupaten Bandung melaksanakan Launching Green School “Permaculture Living Initiative” di SMPN 2 Rancaekek Desa Bojongsalam Kecamatan Rancaekek Selasa (02/04/2019). Launching Green School itu bertujuan untuk memperkuat sekolah ramah anak di Kabupaten Bandung dan Cianjur. Launching Green School sendiri merupakan perwujudan dari program Save The Children yang selama setahun terakhir ini berupaya mempromosikan Program kesetaraan gender dan perlindungan anak kepada remaja perempuan dan remaja laki-laki dengan menghargai kesehatan, pendidikan, dan berbagai peluang serta mengatasi norma-norma sosial yang memiliki stereotipe negatif terhadap gender melalui Project We See Equal. Galamedianews.com

Hal ini sebagaimana yang diungkapkan oleh Central Indonesia Area Manager Save the Children, Didiek Eko Yuana kepada galamedianews.com pada Launching Green School di SMPN 2 Rancaekek, Kabupaten Bandung, Selasa (02/04/2019). Didiek menyampaikan Implementasi Green School dilaksanakan sebagai Pilot Project di SMPN 2 Rancaekek dan akan dilaksanakan di 8 sekolah lainnya di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Cianjur merupakan yang pertama di Indonesia.

Lebih lanjut, Didiek mengungkapkan bahwa Green School bukan merupakan Program tersendiri, melainkan seluruh Program nya dikembangkan oleh Save The Children, baik dari We See Equal Project serta Green School mendukung Implementasi sekolah ramah anak sebagaimana terwujudnya kota layak anak. Menurutnya pula, sekolah ramah anak berarti satuan pendidikan formal, nonformal, dan informal yang aman, bersih, dan sehat, peduli dan berbudaya lingkungan hidup. Mampu menjamin, memenuhi, menghargai hak-hak anak dan perlindungan anak dari kekerasan, diskriminasi, dan perlakuan salah lainnya.

Launching Green School itu dihadiri Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, H. Juhana, Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung, Asep Kusumah, Kepala Bidang SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, H. Maman Sudrajat dan pihak lainnya.

Dalam menjalankan Program Green School, Save The Children dan P & G berkolaborasi dengan Komunitas Lingkungan yaitu Khazanah Hijau Indonesia dan Bandung Permaculture.

Menanggapi hal ini, Kepala Dinas Kabupaten Bandung, H. Juhana mengatakan dengan adanya keterlibatan Save The Children banyak program yang mengintervensi terhadap lingkungan, mengintervensi sekolah sehat, ramah anak, sekolah hijau, pendidikan lalu lintas, pendidikan anti korupsi, dan pendidikan ramah lingkungan. Ia pun mengatakan sekolah itu sebagai pusat dan agen perubahan, maka jika ingin maju dan memajukan masyarakat harus melalui pendidikan. Juhana berharap seluruh sekolah di Kabupaten Bandung harus sekolah Adiwiyata artinya di setiap sekolah wajib memiliki bank sampah untuk pengelolaan sampah. Ia pun berharap sekolah bisa membangun karakter anak, karakter bersih, karakter sehat dan nyaman, sekolah harus menjadi rumah kedua bagi siswa.

Sementara itu, Kabid SMP Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung, H. Maman Sudrajat mengatakan, Launching Green School merupakan sebagai bentuk kepedulian terhadap dunia pendidikan. Melalui Launching Green School ini, diharapkan para siswa untuk memperhatikan kebersihan sekolah dan kampanye terhadap pemanfaatan gadget kearah positif bagi siswa.

Di lain pihak Kepala DLH, Asep Kusumah mengatakan, Launching Green School penting dilaksanakan karena sekolah sebagai pusat generasi masa depan. Asep berharap melalui Launching Green School ini dapat menjadi perbaikan kualitas generasi muda yang akan datang. Ia pun berharap di setiap sekolah itu menerapkan program Adiwiyata. Ia mengatakan di Kabupaten Bandung sudah ada 128 sekolah Adiwiyata.

Launching nya Green School, jika dilihat dari kacamata sekuler-liberal mungkin sekilas terlihat sebagai sebuah solusi bagi permasalahan pendidikan di Indonesia, namun pada kenyataannya saat ini pendidikan di Indonesia begitu melekat berbagai bentuk pendidikan yang berbasis kebebasan dengan orientasi materi/duniawi semata. Tidak heran, jika tumbuhlah pendidikan-pendidikan yang kering dari nilai agama. Campur baur antara pelajar laki-laki dan perempuan, seragam yang menampakan aurat, dan kurikulum yang tak menyentuh rohani, begitu dominan dalam dunia pendidikan saat ini. Sekalipun ada sekolah berbasis Islam tetapi konsep pemisahan agama dari kehidupan (SEKULER) masih sama dengan sekolah umum. Apatah lagi sekolah berbasis sekuler-liberal seperti Green School yang mengusung kebebasan di dalamnya. Sudah dapat dipastikan akan menjurus kemana arah pendidikan nya?

Terlebih Green School tidak berdiri sendiri melainkan disokong oleh organisasi independen terkemuka di dunia yang berkantor pusat di Inggris, Save The Children. Konsep Sistem pendidikan yang diusung Save The Children sendiri ialah kesetaraan gender yang jelas-jelas bertentangan dengan Islam. Jika seluruh kurikulum pendidikan mengacu kepada barat, maka sudah dapat dipastikan hanya akan melahirkan generasi minim kualitas.

Hal ini sangat jauh berbeda dengan Islam, dalam Islam pendidikan merupakan jalan untuk membuat manusia mengerti tentang pentingnya penerapan Syariat Islam secara menyeluruh. Dimana pendidikan pertama bagi sang anak yang dilakukan sejak dalam kandungan, ada di tangan Ibunya.

Rasulullah SAW bersabda;

Dari Jubair bin Samurah RA, Ia berkata Rasulullah SAW bersabda : “Sungguh bahwa seseorang mendidik anaknya adalah lebih baik daripada ia bersedekah satu sha.”

Dalam pendidikan Islam juga, segala sesuatu akan senantiasa menjadikan Syariat Islam sebagai satu-satunya tolak ukur untuk keilmuan yang lain, tanpa ada paksaan untuk menjadi sesuatu ataupun menghasilkan sesuatu. Segala kebaikan akhlaq, kecerdasan, tata krama dan hal-hal baik lainnya akan menjadi buah dari sistem pendidikan Islam. Karena Islam menyentuh pondasi mendasarnya yakni akidah. Hal ini terbukti dengan munculnya ilmuan-ilmuan besar muslim yang taat pada Syariah Islam dan mencetak peradaban mulia ketika usia nya masih sangat belia, seperti salah satu contoh Imam Syafi’i dan Imam Bukhori yang mampu menerbitkan kitab ketika usianya masih 18 tahun.

Sungguh jauh berbeda dengan jaman sekarang, anak muda jaman sekarang hanya diarahkan untuk hal-hal yang bisa dikatakan sepele namun bisa berimbas besar, seperti kesetaraan gender. Bagi para peng-agung kebebasan mungkin kesetaraan gender merupakan hal yang penting, namun nyatanya itu jelas sangat membahayakan pemikiran generasi muda. Kenapa? Karena dengan adanya kesetaraan gender maka tidak ada lagi peranan berbeda antara laki-laki dan perempuan. Semua akan merasa memiliki kasta dan kesetaraan yang sama. Sungguh miris, inilah buah manis dari diterapkannya sistem Demokrasi-Sekuler-Liberal.

Sudah saat nya kita mengembalikan perananan pendidikan yang benar sesuai dengan tuntunan Syariah, dan menenggelamkan Sistem Demokrasi-Sekuler-Liberal yang sudah nyata hanya membawa pengaruh buruk dan kesengsaraan bagi pengikutnya.  agar kita bisa selamat dunia dan akhirat dan agar generasi muda kita bisa menjadi generasi yang cemerlang. Hanya ada satu sistem yang mampu mengentaskan semua permasalahan kita saat ini, sistem itu ialah sistem Islam, lewat penerapan Islam secara kaffah dalam bingkai Khilafah yang mengikuti manhaj kenabian. Niscaya ketenangan, ketentraman dan Islam rahmatan lil'alamin akan dapat kita rasakan.

Post a Comment

Previous Post Next Post