Spirit Kenabian, Mungkinkah Terwujud Dalam Sosok Penerap Demokrasi ?

Penulis : Uqie Naima 
(Penulis Bela Islam, Bandung)

Sedikit tersentak,  membaca sebuah berita, seorang ustadz kondang, Yusuf Mansyur menyampaikan hasil penelitiannya terkait pribadi presiden Jokowi. Beliau mengatakan bahwa presiden Jokowi memiliki spirit kenabian sebagaimana kisah Nabi Musa saat dikejar Firaun dan pasukannya. Pribadi Nabi Musa Yang memiliki keyakinan akan menang dan luput dari kejaran Firaun, telah dimiliki pula oleh Jokowi. 

Pernyataan itu disampaikan dalam ceramahnya di Bandung (2/3/2019) saat menghadiri Diskusi Publik dan Pembekalan Relawan pemenangan 01 se-Jawa Barat, seperti dikutip melalui siaran pers yang diterima di Jakarta, Minggu (3/3/2019).

Diskusi Publik dan Pembekalan Relawan Pemenangan 01 merupakan acara yang diselenggarakan JokMa Jawa Barat dan Jaringan Alumni Mesir Indonesia (JAMI). Pada kesempatan itu ustadz Yusuf Mansyur tidak sungkan menceritakan bahwa sosok Jokowi merupakan sosok taat beragama, tidak pernah alpa dari shalat, puasa Senin-Kamis bahkan tak segan menyarankan kepada jajarannya dan orang terdekatnya, sebut saja Menpora Imam Nahrawi yang dianjurkan untuk shalat hajat agar keinginannya cepat terkabul (WartaKotalive.com).

Lebih lanjut ustadz Yusuf Mansyur mengajak dan memastikan para audiens meniru dan mencontoh pribadi Jokowi. Ketaatan dan spiritnya adalah harapan. Harapan, jika Jokowi terpilih lagi akan membawa peningkatan.

Mungkin ini kali ketiga  presiden Jokowi di beri label setaraf sosok mulia dalam ajaran Islam. Sebelumnya disebut sebagai Umar Bin Khattab karena merakyat dan blusukannya. Lalu disejajarkan dengan kepemimpinan Islam yakni Khalifah. Lalu sekarang di sandingkan dengan kemuliaan seorang Nabi.

Entah  bagaimana cara survei ustadz Yusuf Mansyur hingga dengan tegas menyatakan sosok Jokowi memiliki spirit kenabian. Benarkah lahir dari pengamatan murni sebagai personal ataukah pengamatan politis? Jika pernyataan itu keluar ditempat biasa, dengan orang biasa pula, tentu ucapan itu terkesan biasa. Sah-sah saja. Namun, berbeda halnya jika itu diucapkan didepan khalayak, relawan pemenangan 01 yang jelas-jelas mengarah kepada kampanye, mengajak memilih calon No urut 01 kembali bertahta.

Fakta hasil kerja Jokowi sudah berseliweran di hadapan masyarakat. Umat semakin cerdas, mampu mengindera bahwa pernyataan ustadz Yusuf Mansyur tidak sesuai kenyataan. 

Masih hangat dalam ingatan hasil debat putaran kedua, Jokowi dinilai pemimpin pembohong. Data yang disampaikannya tidak sesuai kebenarannya, beberapa pihak dan pengamat membantahnya, sebut saja Said Didu, terkait impor jagung. Impor itu mengalami peningkatan, dari 3,5 juta ton menjadi 737.228 ton sementara Jokowi menyatakan turun. Bahkan sempat viral tagar #JokowiBohongLagi.

Mengurusi kemaslahatan umat haruslah sesuai dengan tuntunan Syariah Islam (Allah dan Rasulullah). Berharap dan mengajak umat memilih pemimpin dusta, ingkar janji dan anti syariah hanya akan menjerumuskan kepada jurang kehancuran yang sangat dalam. Sebab, pemimpin tanpa tuntunan syariah akan bertindak sesuai hawa nafsunya, segala cara ditempuh demi tercapainya tujuan. Allah SWT telah melarang manusia mengikuti pemimpin pemuja hawa nafsu dalam TQS. Al-Kahfi [18]: 28 :

“Janganlah kamu mengikuti orang yang hatinya telah Kami lalaikan dari mengingat Kami serta menuruti hawa nafsunya.....”
Maka, cukuplah sudah mendukung rezim pelanggar syariah. Pemilihan pemimpin dalam insitusi kufur seperti Demokrasi-Sekular akan melahirkan rezim yang buruk atau lebih buruk dari sebelumnya. Satu-satunya yang mampu memberikan solusi dengan sempurna hanyalah Institusi Islam dengan pemimpinnya yang disebut Khalifah. Melalui tangannya-lah aturan Allah dan RasulNya akan tegak di muka bumi mewujudkan Islam rahmatan Lil’aalamiin.
Wallahu a’lam bi ash Shawab.
Previous Post Next Post