Kontribusi Perempuan dalam Mengembalikan Kepemimpinan Islam

Penulis : Sri Nurhayati, S.Pd.I
(Pengisi Keputrian SMAT Krida Nusantara)

Islam adalah agama yang Allah turunkan kepada Nabi Muhammad SAW, yang mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya (habluminallah), hubungan manusia dengan manusia (hablum bi nannas), hubungan manusia dengan dirinya sendiri (hablum bi nafsi). 

Hal ini menunjukan kepada kita bahwa Islam memiliki aturan yang paripurna untuk mengatur kehidupan manusia. Baik kehidupan pribadinya atau sosialnya. Oleh karena itu, Islam yang terapkan dalam kehidupan bermasyarakat sejak Rasulullah hijrah ke Madinah dan sampai runtuhnya institusi yang menerapkannya pada tahun 1924 lalu, oleh kafir penjajah melalui anteknya Mustafa Kemal.

Penerapan Islam dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara ini. Telah membawa Islam pada kepemimpinannya yang agung. Kepemimpinan yang berlandaskan keimanan dan ketaatan kepada Allah dan Rasul-Nya. Sejarah telah mencatat kegemilangan Islam yang telah membawa kontribusi besar pada kehidupan dunia ini. Kemajuan Eropa saat ini, tak lepas dari kegemilangan Islam, seperti dalam dunia pendidikan. Penemuan-penemuan dunia pendidikan Islam tidak hanya dinikmati oleh kaum muslim saja, tapi oleh seluruh umat manusia.

Kegemilangan kepemimpinan Islam yang pernah diraih oleh kaum muslim, tak bisa dilepaskan dari peran penting perempuan di dalamnya. Sejak awal dakwah Islam, ada sosok perempuan yang telah memberikan contoh kepada kita semua. Sosok itu tak lain adalah perempuan yang paling dicinta Rasulullah. Perempuan yang pertama beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Ia lah ibunda, ummurul mukminun Khadijah. Pengorbanan beliau dalam dakwah tak bisa tertandingi. Dengan hartanya beliau membiayai keperluan dakwah Rasulullah. Beliau setia mendampingi Rasul dalam suka dan duka. Yang selalu memberikan semangat pada Rasulullah ketika beliau merasa sedih atas perlakuan kaum Quraisy padanya.

Tak hanya Khadizah, ada sosok lainnya pun yang telah memberikan kontribusinya dalam sejarah dakwah Rasulullah untuk menegakkan Islam. Ia adalah anak perempuan sahabat karib Rasulullah. Kakak dari istri Rasulullah, Aisyah binti Abu Bakar. Perempuan yang digelari pemilik dua ikat pinggang oleh Rasulullah. Ia tak lain adalah Asma binti Abu Bakar. Peran pentingnya dalam dakwah Islam terukir dalam sejarah. Bagaimana ia dengan penuh keberanian menghadapi Abu Jahal yang menanyakan ayahnya yang pergi hijrah bersama Rasulullah. Tapi tak ada rasa takut sedikit pun di wajah Asma saat Abu Jahal terus mendesaknya. Sampai-sampai tangan Abu Jahal mendarat di pipinya. Tapi tetap tak menggetarkan Asma. Ia tetap penuh dengan keberanian.

Saat Rasulullah SAW dan ayahnya bersembunyi di gua Tsur, Asma dengan setia mengirimkan makanan untuk mereka. Asma dengan kecerdasannya mengelabui kaum Quraisy agar tidak mengikutinya. Asma mengikatkan dua ikat pinggang diperutnya untuk menyembunyikan makanan. Dan saat ia berjalan menuju gua, ia membawa kambing-kambing di belakangnya. Hal itu ia lakukan agar jejak kakinya tertutupi oleh jejak kambing. Sehingga kaum Quraisy tidak mengetahui jejaknya. 

Selain mereka, ada pula sosok perempuan yang memiliki andil dalam proses penegakan Islam dalam bingkai Negara Islam, yang langsung dipimpin oleh Rasulullah SAW sendiri. Ia adalah salah satu dari dua perempuan yang ikut pada bait Aqabah ke dua. Ialah Ummu Imarah atau Nusaibah binti Ka’ab. Perempuan tangguh yang selalu ikut serta pada setaip peperangan bersama Rasulullah. Nusaibah pula yang ikut melindungi Rasulullah saat dikepung musuh pada perang Uhud. Dia yang telah mempersembahkan suami dan semua anak laki-lakinya untuk perjuangan Islam. Suami dan anak-anaknya syahid dalam peperangan melawan kekufuran.

Masih banyak sosok perempuan tanggung yang telah menorehkan kontribusinya dalam perjuangan Islam. Tentu hal ini haruslah menjadikan kita semua turut serta untuk menorehkan kontribusi kita dalam meraih kembali kepemimpinan Islam yang telah Allah dan RasulNya janjikan.
Kepemimpinan Islam Terwujud Hanya dengan Metode yang Telah Rasulullah Contohkan.

Dakwah dan perjuangan Islam adalah tugas bagi seluruh kaum Muslimin, tak terkecuali bagi perempuan. Hal ini tercantum QS At-Taubah ayat 71, yang artinya: “Orang-orang mukmin laki-laki dan perempuan, sebagian mereka menjadi penolong bagi sebagian yang lain. Mereka melakukan amar makruf nahi munkar.”

Dakwah Islam tak hanya menyerukan pada pelaksanaan ibadah mahdhoh saja atau akhlak semata. Tetapi pelaksanaan semua hukum Allah dan RasulNya. Karena Islam memiliki seperangkat aturan yang Allah telah siapkan untuk manusia dalam setiap sendi kehidupan. Baik kehidupan pribadi yang terkait ibadah, akidah dan akhlak. Atau yang bersifat sosial, seperti masalah muamalah dan uqubat atau sanksi. Hal ini adalah suatu keharusan untuk memperkuat pelaksanaan ibadah mahdhoh itu sendiri.

Hal itu seperti, adanya sanksi bagi mereka yang tidak sholat atau shaum ramadhan misalnya bagi seorang muslim. Adanya sanksi adalah bagian dari penjagaaan agar pelaksanaan ibadah mahdhoh bisa terlaksana dengan sempurna. Tidak seperti sekarang yang pelaksanaannya terabaikan. Banyak orang yang rajin sholat dan shaum, tapi tidak sedikit juga yang mengabaikannya.

Oleh karena itu, sudah sepatutnya kita memperjuangkan kembali aturan Islam dan meraih kembali kepemimpinan Islam. Kita singsingkan baju untuk berjuang bersama demi meraih kembali kepemimpinan Islam warisan Rasulullah SAW.

Sesungguhnya mewujudkan kepemimpinan Islam merupak kewajiban besar bagi kaum muslimin. Untuk mewujudkannya, kita harus mengikuti apa yang telah Rasulullah tetapkan untuk dakwah Islam ini. Beliau dan para sahabat berjuang demi tegaknya Islam di bumi ini. Hal itu terlah tergambar dalam siroh-siroh Nubuwwah. Tahapan-tahapan dakwah telah di lalui oleh Rasulullah yang bermula di Mekah dan bermuara di Madinah, yang menjadi cikal bakal Negara Islam terbentuk.

Ketika membaca dan memahami siroh Rasulullah saat mengawali dakwah Islam, beliau mengajak orang-orang terdekatnya untuk beriman kepada Allah dan Rasul-Nya. Serta mengajak mereka untuk bersama-sama beliau menyeru manusia kepada Islam. Hal itu, menunjukan kepada kita bahwa perjuangan itu tidak bisa sendiri, tetapi memerlukan adanya sebuah kelompok dakwah. Saat itu Rasul membentuk kutlah sahabat dan mengumpulkan mereka di rumah Arqom bin Abi Arqom untuk membina mereka dengan Islam.

Proses pembinaan yang dilakukan Rasul ini tak lain agar mereka terus tertanam pemikiran Islam yang jernih dan suci. Pemikiran yang akan didakwahkan ke tengah-tengah masyarakat jahiliyah. Bukan hanya untuk menanamkan saja, tetapi juga untuk menjaga kejernihan dan kesucian idea tau pemikiran Islam itu sendiri.

Hal itu dilakukan oleh Rasulullah berdasarkan bimbingan wahyu dari Allah SWT. Yang tercantum dalam QS Ali-Imran ayat 104, yang artinya:” Hendaklah (wajib) ada segolongan umat yang menyerukan kepada kebaikan (Islam); memerintahkan kemakrufan dan mencegah kemungkaran.  Mereka itulah orang-orang yang beruntung.”

Adanya kelompok yang menyerukan kepada Islam dan mengajak kepada kebaikan dan mencegak kemungkaran. Merupakan sebuah kewajiban bagi kita. Oleh karena itu, untuk memperjuangkan kepemipinan Islam ini kita harus bersama dengan kelompok dakwah ini. Karena perjuangan ini haruslah secara berjamaah.

Namun, yang harus kita fahami bahwa kelompok dakwah ini tak hanya sekedar kelompok dakwah saja. Tapi dia adalah kelompok dakwah yang memiliki visi dan misi yang telah digariskan Rasulullah. Kelompok dakwah ini harus berdiri diatas akidah/pemikiran (fikroh) Islam dan metode perjuangannya pun (thariqah) harus Islam. 

Berdasarkan hal itu, kelompok dakwah ini adalah kelompok yang berideologikan Islam, mengambil dan menerapkan ide-ide Islam, hukum-hukum Islam dan pemecahan problematika dari syariah Islam, serta melaksanakan aktivitasnya sesuai dengan apa yang dicontohkan Rasulullah SAW. 

Kelompok dakwah ini memiliki tugas dalam menyadarkan umat dan berjuang bersama untuk mewujudkan kepemimpinan Islam. Tetapi hal ini bukan ditujukan untuk mendulang suara dalam pemilu atau berjuang meraih kepentingan sesaat, melaikan perjuangan merubah sistem sekuler saat ini dengan sistem yang datang dari Sang Khaliq, yaitu dengan sistem Islam.

Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Ustadzah Nida Saadah. Terkait kontribusi perempuan sendiri dalam meraih kepemimpinan Islam ini. Haruslah dipahami pula, keterlibatan kaum perempuan dalam perjuangan ini dan bergabungnya ia dalam kelompok dakwah Islam bukanlah agar mereka dapat menguasai posisi tertentu dalam masyarakat atau agar suara mereka didengar oleh umat/masyarakat. Akan tetapi, harus dipahami bahwa esensi kiprah politik perempuan adalah sebagai bagian dari kewajibannya yang datang dari Allah SWT. sebagai suatu bentuk tanggung jawabnya terhadap masyarakat yang terdiri atas perempuan dan laki-laki; bukan masyarakat laki-laki ataupun masyarakat perempuan secara terpisah. Artinya, dalam aktivitas politik ini, tentu saja perjuangan yang dilakukan oleh kaum perempuan tidak boleh terpisah ataupun memisahkan diri dari laki-laki. Sebab, di samping masyarakat terdiri atas laki-laki dan perempuan, Islam pun tidak pernah memisahkan suatu permasalahan sebagai permasalahan laki-laki atau permasalahan perempuan yang harus dipecahkan oleh masing-masing; tetapi memandangnya sebagai permasalahan manusia yang harus diselesaikan oleh keduanya, baik laki-laki maupun perempuan, sebagai tanggung jawabnya terhadap masyarakat.
Disamping itu,seorang Muslim harus menyadari bahwa Islam sangat menjaga kemuliaan dan ketinggian martabat perempuan. Semua itu semata-mata karena Allah Swt., Sang Pembuat  hukum dan Pencipta manusia, sangat memahami apa yang terbaik bagi manusia, laki-laki dan perempuan. Oleh karena itu, Allah telah menetapkan bahwa secara politis, kontribusi atau peran utama dan strategis bagi perempuan adalah sebagai ummu wa rabbatul bait, sebagai pencetak generasi, sehingga terlahir generasi yang berkualitas prima, sebagai pejuang-pejuang Islam yang ikhlas   Islam juga telah memberikan batasan dengan jelas dan tuntas terkait aktivitas perempuan, demikian pula dengan aktivitas politiknya.  

Pembatasan ini bukanlah bentuk dari diskrimasi akan perempuan, tetapi merupakan penjagaan agar tugas utama perempuan tetap terjaga dan sesuai dengan fitrahnya. Wahai muslimah mari kita bersama-sama berjuang meraih kepemimpinan Islam ini dalam bingkai Khilafah ala minhaj nubuwwah. Institusi yang menjadi warisan untuk kita dari baginda Rasulullah SAW. Kita bersama torehkan sejarah perjuangan ini demi meraih keridhoanNya. Wallahu’alam bish-showab.
Previous Post Next Post