Cinta

Oleh: Zamri Yahya

CINTA mengandung sejuta makna. Kata yang memiliki arti yang berbeda, tergantung penggunaannya. Kata cinta menuntut pengorbanan. Pun kata cinta menimbulkan kecemburuan.

Seorang lelaki yang mencintai perempuan, maka dia akan siap mengorbankan apa saja untuk membahagiakan perempuan yang dia cinta. Demikian juga sebaliknya, wanita yang mencintai seorang lelaki akan rela berkorban untuk mendapatkan lelaki itu. Bahkan, si wanita akan siap berpisah dengan sanak keluarganya dan pergi bersama lelaki yang dicintainya. 

Cinta juga memiliki makna kesetian. Biasanya pasangan yang saling mecintai akan mengharamkan perselingkuhan. Dia akan setia kepada pasangannya. Baginya, pasangan yang dia cintai adalah segala-galanya, dan pintu hatinya akan tertutup kepada yang lain. 

"Kamu akan bersama orang yang kamu cintai," demikian disampaikan Rasulullah saw dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Bukhari dalam kitab hadis yang paling sahih setelah al Quran. Ini artinya, ketika kita menyatakan cinta kepada orang itu, kita harus siap total bersamanya, baik dalam suka maupun duka. 

Cinta juga menuntut saling memahami karakter masing-masing. Sebab, ketika dua anak manusia yang saling mencintai tak memahami karakter pasangannya, maka akan cenderung tercipta konflik di antara mereka. 

Persoalan kecil akan dibesar-besarkan, dan cenderung berujung pada berakhirnya sebuah hubungan.
Cinta menuntut kita menerima pasangan kita apa adanya. Ketika Anda mencintai seorang pelacur, maka Anda harus siap menerima masa silamnya. Jangan Anda ungkit-ungkit lagi masa silamnya yang kelam. Saat Anda mengungkit itu semua, maka bersiap-siaplah Anda untuk melupakannya. 

Ada seorang sahabat yang mencintai dan menikahi seorang pelacur, lantas mengadu kepada Rasulullah saw. Sebab, istrinya masih doyan dipegang lelaki lain, dan dia tak suka hal tersebut. Rasulullah saw memerintahkan sahabat tersebut untuk menceraikannya. Tetapi sahabat tersebut teramat cinta pada istrinya. Abu Dawud menukil dalam kitab hadisnya dan menceritakan kisah tersebut dengan gamblang. Hadis yang senada juga diriwayatkan Nasa'i.

Abu Daud berkata; Husain bin Huraits Al Marwazi menulis surat kepadaku; telah menceritakan kepada kami Al Fadhl bin Musa dari Al Husain bin Waqid dari 'Umarah bin Abu Hafsh dari Ikrimah dari Ibnu Abbas, ia berkata; seorang laki-laki datang kepada Nabi shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; istriku tidak menolak tangan orang yang menyentuhnya. Beliau menjawab: Ceraikanlah dia! Dia berkata lagi; aku khawatir diriku sangat berhasrat kepadanya (sangat mencintainya). Beliau berkata: "Kalau begitu, bersenang-senanglah dengannya!" (HR Abu Dawud No. 1753) 

Telah mengkhabarkan kepada kami Muhammad bin Isma'il bin Ibrahim, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Yazid, ia berkata; telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dan yang lainnya dari Harun bin Riab dari Abdullah bin 'Ubaid bin 'Umair dan -dari jalur lain- 'Abdul Karim dari Abdulah bin 'Ubaid bin 'Umair dari Ibn Abbas yang dimarfu'kan Abdulkarim dan Harun tidak memarfu'kannya, mereka berdua berkata; telah datang seseorang laki-laki kepada Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam dan berkata; aku mempunyai seorang istri yang paling aku cintai, namun ia tidak menolak tangan orang yang menyentuhnya, beliau bersabda: " Ceraikan dia, " ia berkata; aku tidak bisa bersabar berpisah darinya, beliau bersabda: " Bersenang-senanglah dengannya, " Abu Abdurrahman berkata hadits ini tidak kokoh, dan Abdul Karim bukan orang yang kuat, adapun Harun bin Ritsab lebih kuat darinya, dan ia telah memursalkan hadits tersebut, Harun adalah orang yang tsiqah dan haditsnya lebih benar daripada hadits Abdul Karim. (HR Nasai No. 3177)

Ada cerita menarik dari seorang teman. Dia mengaku mencintai seorang pelacur dan pelacur itu juga mencintainya. Dia berusaha keras agar pelacur itu meninggalkan kehidupannya yang setiap hari bergelut dengan dunia malam. Tapi sayang, si wanita tetap ingin melakoni profesinya, walau hanya sekedar menjadi witers girls demi mendapatkan sedikit uang untuk menopang kehidupan mereka. 

Si wanita yang terbiasa hidup dengan dunia malam, serba instan dan mudah mendapatkan uang dengan sedikit senyum dan 'pelayanan'. Sementara si lelaki hanya mampu memberi sedikit uang yang sangat jauh dari standar kehidupan di kota ini. Tapi cinta tetap memaksa mereka untuk tetap bersatu, walau acap bertengkar karena tidak adanya saling memahami. 

Imam Ali Kwh berkata; "Ketika aku memohon kepada Allah kekuatan, Allah memberiku kesulitan agar aku menjadi kuat. Ketika aku memohon kepada Allah kebijaksanaan, Allah memberiku masalah untuk dipecahkan. Ketika aku memohon kepada Allah kesejahteraan, Allah memberiku akal untuk berpikir. Ketika aku aku memohon kepada Allah keberanian, Allah memberiku situasi bahaya untuk kuatasi. Ketika aku memohon kepada Allah sebuah cinta, Allah memberiku orang-orang yang bermasalah untuk kutolong. Ketika aku memohon kepada Allah bantuan, Allah memberiku kesempatan. Aku tak selalu memperoleh semua yang kuminta. Tapi aku selalu menerima segala yang aku butuhkan. Doaku terjawab sudah!" 

Namun, ketika cinta dikhianati, maka akan berobah menjadi rasa benci yang berujung pada kemarahan. Imam Ali Kwh, washy Rasulullah saw berkata; "Wanita sanggup menyimpan rasa cintanya hingga 40 tahun lamanya, namun tak akan sanggup menyembunyikan rasa kebencianya barang sekejappun."

Wallahu'alam bishawab. 

*Penulis Humas FKAN Pauh IX Kota Padang/Sekretaris Umum Komunitas Insan Pers Sumatera Barat (KIP-SB)
Previous Post Next Post