Demo Mahasiswa, Spirit Perjuangan di Bulan Ramadan?

Oleh Nur Fitriyah Asri
Penulis Opini Bela Islam AMK

"Seperti cacing kepanasan." Peribahasa inilah yang cocok untuk kondisi mahasiswa saat ini. Intimidasi (tekanan, ancaman) yang terus-menerus dilakukan oleh rezim, menyebabkan mahasiswa belingsatan, bergerak seperti cacing kepanasan.

Melihat kondisi negara yang karut marut, tiadanya keadilan, zalim, rakus, tamak akan harta dan kekuasaan mengakibatkan rakyat menderita. Hal ini yang mendorong para mahasiswa tidak lagi diam. Bangkit melawan, berada di garda terdepan untuk memperjuangkan nasib rakyat dan menyelamatkan negaranya, dengan menggelar demo besar-besaran. Akankah berhasil?

Gelombang demo mahasiswa pada bulan Ramadan 1443 H, marak digelar di berbagai penjuru daerah di seluruh Indonesia. Hal ini, merupakan bentuk representasi rasa kecewa dan marah yang amat sangat kepada pemerintah. Pemerintah  dinilai gagal total karena menyengsarakan rakyatnya.

Puncak demo mahasiswa pada tanggal 11 April 2022, dimulai pukul 13.00 WIB, di Istana Negara. Demo mahasiswa digelar oleh Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Seluruh Indonesia (SI) yang diikuti oleh ribuan mahasiswa. Menurut Koordinator Pusat BEM SI, Kaharuddin mengatakan ada enam tuntutan yang disuarakan. Salah satu tuntutan utamanya adalah soal isu penundaan Pemilu 2024 atau masa jabatan tiga periode. Hal ini jelas mengkhianati konstitusi. Oleh sebab itu, Majelis Ulama Indonesia (MUI) menyebut demo mahasiswa pada bulan Ramadan merupakan spirit perjuangan jihad konstitusi. Benarkah?

Tuntutan perubahan dengan momentum aksi 11 April, tampaknya berlanjut dan gelombang demonstrasi mahasiswa semakin membesar. Hal ini dapat dilihat dari jumlahnya pengunjuk rasa yang meluber. Demo yang diwarnai dengan pekik teriakan "Jokowi mundur," menunjukkan mahasiswa dan rakyat sudah muak. Lebih-lebih dengan terjadinya insiden Ade Armando, seorang dosen UI komunikasi politik yang merupakan buzzerRp istana. Ramai-ramai Ade  Armando dipukuli massa dan ditelanjangi. Ini membuktikan meluapnya kemarahan pengunjuk rasa yang tak terbendung lagi.

Adapun tuntutan lainnya, berupa ajakan serentak mahasiswa dan rakyat bersatu menuntut Jokowi turun. Merupakan seruan aksi yang beredar dan trending topik di media sosial. Sebab, pemerintah Jokowi dinilai bagian dari oligarki, bekerja sama dengan pengusaha (kapital) yang tega menumbalkan rakyaknya. Dampaknya, harga bahan bakar minyak (BBM) naik, minyak goreng langka dan harganya menyekik. Bahan pokok harganya melejit. Project IKN membebani APBN, kebijakan BPJS yang menzalimi rakyat, dan lainnya. Ironisnya, melihat rakyatnya sekarat pemerintah masih tega menaikkan pajak pertambahan nilai (PPN 11%). Pemerintah dinilai gagal tidak mampu mengatasi kesulitan rakyat, justru menyengsarakan rakyat.

Sejatinya problem yang mendera bangsa Indonesia, dan negeri-negeri muslim di dunia, disebabkan karena negara ini mengadopsi sistem kapitalisme yang berasaskan sekularisme, yakni sistem yang menolak peran agama dalam urusan publik. Agama tidak boleh mengatur urusan dalam bermasyarakat maupun bernegara. Wajar, jika semua lini kehidupan, baik di bidang politik, ekonomi, pendidikan, kesehatan, sosial, politik, hukum, dan berbagai sektor kehidupan lainnya telah dicengkeram oleh kapitalisme sekuler. Diiringi masuknya pilar kebebasan di semua aspek kehidupan, lengkaplah kehancuran yang mendera bangsa dan negara ini. Jadi, sistem kapitalis terbukti sistem rusak dan merusak karena aturannya bersumber pada akal manusia yang lemah dan terbatas. Wajar, jika melahirkan pemimpin yang korup, tidak amanah, zalim, dan tidak berpihak kepada rakyat terlebih kepada umat Islam. Karena tolak ukur perbuatannya bukan berdasarkan haram dan halal. Melainkan, berdasarkan asas manfaat dan menuruti hawa nafsunya.

Oleh sebab itu, elit politik yang berkeinginan menunda Pemilu 2024 atau memperpanjang pemilu tiga periode jabatan presiden, sesungguhnya jelas-jelas berambisi untuk melanggengkan kekuasaannya. Artinya ilegal dan inkonstitusional. Sebab, bertentangan dengan konstitusi pasal 7 jo pasal 22E ayat (1) dan (2) UUD 1945.

Di samping itu, terlepas pemilu diperpanjang atau dipercepat, sejatinya sama saja. Penguasa tidak akan bisa memperbaiki permasalahan negara yang menjerat rakyat. Sebab, sistem demokrasi kapitalis sekuler inilah, yang sesungguhnya biang dari semua kerusakan dan kehancuran. Pemilu hanya sebagai pintu masuk penjajahan pemilik modal. Dalam demokrasi, kedaulatan berada ditangan rakyat. Artinya rakyat diwakili para dewan (DPR) membuat UU kongkalikong dengan pemilik modal. UU dipakai sebagai pisau bedah untuk menjajah dan menjarah sumber daya alam (SDA). Padahal dalam Islam telah disebutkan bahwa hak membuat hukum adalah hak Allah Swt. (lihat. QS. al-An'am, ayat 57). Karenanya, demokrasi adalah sistem kufur yang bertentangan dengan Islam dan selamanya akan menimbulkan kegagalan dan kerusakan.

Ironis sekali, jika demo mahasiswa hanya fokus ganti rezim tanpa ganti sistem. Meskipun dibarengi dengan spirit Ramadan jihad konstitusi tidak akan  memberikan perubahan kebaikan. Sebagaimana nostalgia reformasi 98, ketika demo mahasiswa  berhasil melengserkan Presiden Suharto. Berhubung sistemnya tetap maka tidak bisa memberikan solusi bagi negara ini. Justru faktanya, problematika umat semakin membelenggu negara dan bangsa ini. Utang negara mencapai angka di atas Rp7.000 triliun. Sumber daya alam (SDA) tergadaikan dengan dalih investasi. Rakyat dipalak melalui pajak, subsidi dicabut. Orang miskin tidak boleh sakit, dan orang miskin dilarang pintar. Masihkah percaya pada sistem demokrasi-kapitalis sekuler yang menyengsarakan rakyatnya?

Mengingat penduduk negeri ini mayoritas muslim terbesar di seluruh dunia. Seharusnya, pada bulan Ramadan ini sebagai tonggak arah perjuangan umat Islam termasuk mahasiswa yang didasarkan pada akidah. Rakyat butuh revolusi bukan reformasi. Sayangnya, sebagian besar mahasiswa hanya menghendaki ganti presiden (rezim). 

Sementara, di tengah hiruk pikuk teriakan Jokowi turun, mencuat narasi "ganti rezim dan ganti sistem". Ternyata masih ada mahasiswa yang hanif yang berpikir cemerlang paham akan arah perjuangannya. Inilah perjuangan mahasiswa sebagai leader dan agen of change yang akan membawa agenda besar perubahan ke arah sistem Islam.

Hanya sistem Islam  yang akan membawa perubahan hakiki. Sebab, sistem Islam berasal dari Allah Swt.yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw. untuk mengatur kehidupan manusia secara keseluruhan.

Perjuangan umat Islam seharusnya mensuriteladani perjuangan Rasulullah saw. dimana segala aktivitasnya hanya berdasarkan akidah dan syariat Islam. Oleh karenanya, cara berpikir dan tingkah lakunya harus dibangun berdasarkan akidah dan syariah. Pun begitu dalam menyelesaikan seluruh problematika umat hanya didasarkan pada akidah dan syariat Islam secara kafah. Sejatinya syariat Islam adalah problem solving terhadap permasalahan umat itu sendiri.

Untuk itu, diperlukan aktivitas dakwah oleh para penggerak perubahan untuk mensosialisasikan Islam secara kafah kepada semua kalangan masyarakat termasuk mahasiswa, dan para tokoh (simpul-simpul umat). Dengan begitu, pada akhirnya Islam akan dipahami, diyakini, dan diperjuangankan bersama-sama hingga memperoleh kemenangan.

Momen Ramadan harusnya sebagai sarana umat Islam untuk berupaya meraih derajat takwa, yakni melaksanakan perintah dan meninggalkan larangan-Nya.Taat secara total terhadap syariat Allah, artinya tidak hanya sekedar taat dalam aspek ritual saja (akidah dan ibadah), tetapi mencakup seluruh aspek kehidupan, yakni ekonomi, pendidikan, hukum, politik, sosial, budaya, pemerintahan, dan lainnya. Hal ini merupakan perintah-Nya. Allah berfirman:

"Wahai orang-orang beriman masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan. Dan janganlah kamu mengikuti langkah-langkah setan. Sesungguhnya setan itu musuh yang nyata bagimu". (QS. al-Baqarah [2]: 208)

Makna pada ayat tersebut di atas, adalah umat Islam diwajibkan berislam secara kafah/total/secara keseluruhan. Artinya ada korelasi (hubungannya) dengan takwa, yang dimaksud adalah taat secara total pada syariat Allah. Hal ini merupakan bukti keimanan dan manifestasi ketakwaannya adalah bentuk kecintaannya kepada Allah Swt. Adapun, syariat secara kafah hanya bisa terwujud dengan adanya khilafah. Sedangkan khilafah saat ini belum tegak. Oleh sebab itu, wajib hukumnya bagi umat Islam untuk menegakkan khilafah yang merupakan janji Allah dan bisyarah Rasulullah.
Keyakinan inilah yang mendorong untuk memperjuangkan dan mengantarkan pada sebuah kemenangan. 

Apalagi telah terbukti dan dicatat dalam sejarah dengan tinta emas atas kemenangan gemilang kaum muslimin pada bulan Ramadan. Pada masa Rasulullah dan khilafah, kaum muslim bersungguh-sungguh dalam meningkatkan ketaatannya termasuk jihad fi sabilillah. Pada bulan Ramadan kaum muslimin banyak memenangkan pertempuran melawan kaum kafir, seperti perang Badar, 17 Ramadan tahun 2 H, dalam keadaan puasa sejumlah 313 berhasil mengalahkan seribu kaum kafir. Pada perang penaklukan kota Makkah, kaum muslimin dalam keadaan puasa berjalan sepanjang 450-an km. Pada Ramadan tahun 584 H, Shalahuddin dan pasukannya mengusir pasukan salib, dan masih banyak lagi kemenangan gemilang kaum muslimin pada bulan Ramadan.

Dengan mengambil ibrah dan spirit perjuangan di bulan Ramadan tersebut di atas, yang disertai dengan berdakwah bersungguh-sungguh ke semua kalangan termasuk mahasiswa. Serta meyakini bisyarah Rasulullah bahwa khilafah akan tegak kembali. Merupakan sebuah keniscayaan bahwa jihad fi sabilillah menegakkan khilafah akan meraih kemenangan dan khilafah ala minhajjin nubuwwah akan tegak kembali. Semoga Ramadan kali ini terakhir tanpa khilafah. 

Wallahu a'lam bishshawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post