Resesi, Bukti Lemahnya Sistem Ekonomi Kapitalisme

Oleh : F. Dyah Astiti

Satu lagi masalah yang sedang menghantui dunia hari ini, yaitu Resesi. Kondisi di mana perekonomian riil suatu negara merosot setidaknya dua kuartal. Mau tidak mau, resesi menjadi ancaman nyata akibat covid-19. Virus ini telah memaksa berhentinya sebagian atau seluruh aktifitas ekonomi, agar virus tidak menyebar. Akhirnya kemerosotan pertumbuhan ekonomi global tak bisa dihindarkan. Beberapa negara, seperti korea selatan dan singapura sudah mengalaminya.  Lantas, Bagaimana Pengaruhnya dengan Indonesia?.

Mengingat keduanya merupakan mitra dagang Indonesia. Apalagi negara tetangga, Singapura merupakan salah satu mitra dagang utama Indonesia. Sebagaimana dilansir  economy-okezone-com, Kementerian Perdagangan (Kemendag) memperkirakan dampak langsung resesi ekonomi Singapura terhadap Indonesia tidak akan begitu berpengaruh secara signifikan. Pasalnya, saat ini permintaan perdagangan secara global tidak ikut terpuruk. Hal senada juga disampaikan Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (Core) Indonesia Mohammad Faisal. Ia menilai, Singapura dan Korsel bergantung pada perekonomian internasional. Akibatnya, tekanan perekonomian global otomatis membuat perekonomian kedua negara ini terkontraksi. Sementara, ketergantungan Indonesia terhadap perdagangan dunia tidak sebesar Singapura dan Korsel. Indonesia dinilai masih memiliki bantalan pasar berupa konsumsi domestik yang besar untuk menahan resesi (kompas.id). Meskipun konsumsi domestik Indonesia besar. Dalam kondisi tak menentu seperti hari ini. Dimana wabah covid-19 telah memaksa banyaknya masyarakat kehilangan sumber pencarian ekonomi. Tentu konsumsi domestikpun juga akan mengalami perubahan. Ditambah dengan ancaman krisis pangan dan benyaknya anjuran menabung serta menjauhi gaya hidup boros. Hal itu juga perlu jadi pertimbangan. Agar negeri ini lebih dini untuk bersiap diri.

Sebenarnya ancaman resesi tidak kali ini saja terjadi. Negara besar, seperti Amerika Serikat (AS) saja tidak terlepas dari ancaman ini. Terhitung sudah puluhan kali mengalami resesi. Begitupun dengan Indonesia yang telah mengalaminya di tahun 1998. Tak bisa dipungkiri bahwa krisis sampai pada resesi adalah sesuatu yang sangat wajar terjadi di sistem ekonomi kapitalisme. Hal itu disebabkan rapuhnya penopang ekonomi kapitalisme. Karena dibangun dari ekonomi sektor non-riil. Sektor non-riil ini muncul dan dikembangkan oleh negara-negara kapitalis agar bisa melakukan investasi secara tidak langsung, melalui pasar modal. Realitasnya, nilai ekonomi sektor non-riil melebihi dari nilai transaksi barang dan jasa yang terjadi. Selain itu ekonomi kapitalisme merupakan ekonomi berbasis utang. Utang yang dilakukan oleh negara-negara pengemban kapitalisme dan negara-negara berkembang dari tahun ke tahun terus meningkat. Saat utang semakin membebani negara, negara bisa saja mencetak uang baru. Hal ini akan menyebabkan inflasi. Inflasi yang terjadi di negara besar, akan berdampak pula pada negara berkembang. Inilah yang sering menjadi penyebab krisis dan ketimpangan ekonomi. Sistem ekonomi dengan penopang berupa sektor non-riil ini sangat rapuh. Sangat mudah terguncang, apalagi jika terjadi wabah seperti hari ini. Sehingga krisis berulang sampai dengan resesi tidak cukup diselesaikan dengan menyuntikkan miliaran dolar untuk menyehatkan likuiditas bank dan lembaga keuangan. Membeli saham, obligasi, dan surat berharga yang telah kehilangan sebagian besar nilainya. Atau sekedar gaya hidup hemat. Butuh solusi yang fundamental.

Fakta sistem ekonomi kapitalisme tersebut sangat berbeda dengan sistem ekonomi Islam. Dalam penerapan Islam negara punya kewajiban memenuhi setiap kebutuhan pokok warga negara. Sistem ekonomi Islam berjalan berdasarkan sektor ekonomi riil. Selain itu juga terjadi pembagian kepemilikan yang sudah ditentukan syari'ah. Yaitu kepemilikan individu, kepemilikan umum, dan kepemilikan negara. Islam juga memiliki pilar yang sangat berbeda dengan kapitalisme. Sehingga mampu mencegah munculnya resesi. Di antaranya:

1. Islam mengharamkan transaksi riba. Selain karena memang dilarang secara syariat. Taransaksi riba ini sangat memungkinkan memunculkan kezaliman dalam masyarakat. Dalam Islam, pinjaman dikategorikan sebagai aktivitas sosial. Baitul Mal menyediakan pos khusus untuk memberikan bantuan modal bagi pihak yang membutuhkan, seperti para petani dan pedagang.

2. Pengharaman pasar modal, keuangan, komoditas berjangka yang dibangun atas transaksi-transaksi yang bertentangan dengan Islam. 

3. Islam menjadikan mata uang emas dan perak sebagai standar moneter. Mata uang yang beredar adalah emas dan perak atau mata uang kertas dan logam yang nilainya ditopang oleh emas dan perak. Dengan demikian kestabilan uang negara ditentukan oleh nilai emas dan perak yang sangat stabil. Di tambah lagi, nilai tukar mata uang akan stabil karena basis transaksinya adalah emas dan perak yang nilainya stabil. 

2. Islam mengharamkan konsep liberalisme, sehingga dalam islam ada pengaturan kepemilikan. Dengan demikian, haram memperjual belikan barang-barang milik umum kepada swasta atau bahkan asing.

Maka selama sistem ekonomi kapitalisme yang diterapkan, resesi akan terus terulang.

Wallahu a'lam bishshowab.
Previous Post Next Post