Generasi Muda Dambaan Umat

Oleh : Nurul Aini Najibah
Muslimah Pejuang Dakwah

Di hadapan Gerakan Pemuda Ansor Kabupaten Bandung, Jawa Barat, Wakil MPR RI, Jazilul Fawaid, mengajak seluruh pemuda menjadi agen penguatan "Empat Pilar." Maka caranya adalah dengan menerapkan nilai-nilai empat pilar dalam kehidupan sehari-hari. Bagi Ansor, sejak awal, Pancasila menjadi dasar dan landasan berorganisasi. Bhinneka Tunggal Ika adalah semboyan yang sudah diterapkan dalam kehidupan sehari-hari. Sementara NKRI, menjadi bentuk negara yang sudah final dan harga mati. Sedangkan UUD 45, sebagai konstitusi negara. 

Saat ini, pemerintah kembali menyasar pondok pesantren agar menjadi pejuang 4 Pilar (Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, NKRI dan UUD 45). Begitu memprihatinkannya negeri ini, tak henti-hentinya kapitalisme menggulirkan ide semunya atas nama 4 Pilar untuk menghadang laju Islam kaffah. Pemerintah secara terang-terangan terus mencari dukungan ponpes agar ide-ide sekulerisme diemban dan diperjuangkan para generasi muda terutama GP Ansor.

Adapun beberapa wacana dan program yang telah dibuat oleh pemerintah pada ponpes semakin hari semakin nyata adanya. Mereka benar-benar ingin memisahkan agama dan kehidupan Islami dari generasi muda saat ini. Salah satunya, program pengiriman santri ke China dengan tujuan untuk memperkenalkan Islam yang toleran. Program ini ditujukan untuk menyangkal anggapan masyarakat internasional terkait pendidikan Islam yang menjadi lahan subur kelompok radikal. Dengan iming-iming kemajuan dan persatuan, para santri digiring untuk memperjuangkan ajaran dan ideologi batil. Hal tersebut terus dilakukan pada generasi muda karena mereka merupakan ujung tombak pembangunan bangsa dan negara ini. Mengingat tidak sedikit generasi muda saat ini yang terpapar arus Islamphobia. 

Sungguh sangatlah miris, jika mereka yang seharusnya menjadi bibit tonggak peradaban negeri ini dipaksa hanyut, tunduk dan mengikuti arus kehidupan internasional begitu saja. Tampaknya, usaha pemerintah semakin menuai hasil. Indikasinya tentu saja adalah semakin kukuhnya pemikiran, budaya, perilaku dan gaya hidup ala asing dan aseng yang ditunjukkan sebagian besar umat Muslim di negeri ini. Tak banyak remaja dan pemuda yang mau menjadi pejuang dan pembela Islam, justru sebaliknya merasa bangga menjadi pengikut budaya musuh-musuh Islam.

Pemuda dalam kebeliaan usianya, memiliki  kelebihan-kelebihan yang tidak dimiliki golongan lainnya. Kebugaran, semangat, kreativitas dan antusiasme, yang senantiasa berkobar dalam diri pemuda, menjanjikan sebuah kekuatan yang sanggup memutar roda zaman. Imam Syafi’i mengatakan : “Sungguh pemuda itu distandarisasi dari kualitas ilmu dan ketakwaannya. Jika keduanya tidak melekat pada struktur kepribadiannya, ia tidak layak disebut pemuda. Pemuda hari ini adalah pemimpin di masa depan (syubbanul yaum rijalul ghod).”

Kutipan qaul ulama tersebut tertulis jelas bahwa pemuda hari ini adalah tokoh di masa mendatang. Yang akan menjadi tenaga penggerak dalam setiap sektor kehidupan, menjadi pemimpin-pemimpin masa depan.  Ini pula lah yang dibidik oleh kaum kapitalis sekular. Berhasil atau tidaknya ide yang mereka gencarkan tergantung generasi muda hari ini terlebih lagi generasi muslim. Namun, dengan segala potensi yang dimiliki kaum muda  tidak akan ada artinya tanpa adanya sebuah kesadaran yang lahir dari kebangkitan berpikir. Sumber daya yang terkumpul pada kaum muda, hanya akan terhempas percuma jika tidak  dilandasi kesadaran menentukan arah yang jelas dalam memberdayakan kekuatannya. Segala potensi yang dimiliki kaum muda, tanpa kesadaran hidup, hanya akan menjadi bahan mentah yang dimanfaatkan siapa saja untuk kepentingan-kepentingan pemuas nafsu manusia. Pemuda semacam ini hanya akan menjadi sebuah objek yang dapat dikendalikan sesuai dengan keinginan subyek yang mengendalikannya. Mereka menjadi sasaran provokasi image, tingkah laku dan gaya hidup sekuler. Padahal pemuda adalah generasi harapan Islam, dipundaknyalah nasib umat digantungkan. Keutamaan kedudukan pemuda seperti digambarkan dalam hadis. Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wassalam bersabda:
 “Ada tujuh golongan manusia yang akan mendapatkan naungan Allah, di hari yang tidak ada naungan kecuali naungan-Nya (diantaranya adalah): …….Dan seorang pemuda yang tumbuh dalam ibadah (ketaatan) kepada Allah.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kondisi pemuda muslim terasa sangat ironis di tengah segala penghinaan yang menderanya. Kehormatan, kesucian diinjak-injak oleh kaum yang sebenarnya sama sekali tidak memiliki kekuatan. Seharusnya kondisi ini membuat kaum muda sadar, bahwa saat ini adalah masa untuk berjuang. Berjuang mengembalikan posisinya sebagai umat terbaik. Tetapi, mengingat fakta tidak selaras dengan tingkat pemahaman kaum muslim, menjadikan perjuangan itu tidaklah mudah. Maka perlu strategi, perlu format yang jelas dalam mewujudkan cita-cita kemuliaan umat, yaitu:

Pertama, kaum Muslim harus mengetahui persis permasalahan utama umat. Bahwa permasalahan umat saat ini adalah tidak adanya Daulah Khilafah yang menjadi pelindung kaum muslimin. Tanpa Khilafah menjadikan kaum muslimin rentan terhadap penistaan, penindasan dan penyimpangan lainnya. Karena ketiadaannya, dengan mudah generasi muda Muslim menjadi sasaran propaganda sekulerisme  tak ubahnya mesin “copy paste” dari pabrik  kapitalisme-sekuler. 

Kedua, kekhilafahan itu tidak mungkin terwujud tanpa adanya kesadaran Islam yang benar dalam diri kaum muslimin. Maka upaya mengembalikan pemahaman generasi muda menjadi tugas pokok dalam perjuangan. Segala aktivitas yang dilakukan diarahkan dalam rangka untuk menyadarkan umat terhadap Islam. Karena penyadaran ini sangatlah penting, maka segala sesuatu yang yang dapat memalingkan dari tugas utama menyadarkan umat, harus dijauhi. 

Ketiga, perlu konsistensi dalam perjuangan, sebab perjuangan menegakkan syariat Allah di muka bumi bukanlah hal yang ringan, melainkan perjuangan panjang yang melelahkan. Maka kaum muda muslim harus senantiasa menjaga garis perjuangan agar tidak melenceng dari jalurnya. 

Keempat, perjuangan tidak mungkin pula mencapai tujuannya, manakala tidak dilandasi dengan ikhlas. Dalam berjuang, tidak mengharap apapun kecuali ridha Allah, tidak peduli cacian dan makian. Sebab perjungan ini hanyalah untuk Allah saja bukan untuk yang lainnya. Kelima, harus sesuai tuntunan Rasulullah saw. baik dalam tahapan maupun strategi, tidak boleh menyimpang dari syariat.

Itulah sedikit gambaran singkat yang bisa dijadikan panduan dalam perjuangan ideologis. Pemuda harus penuh keberanian menyambut dan menjadi bagian dari perjuangan ini. Ini adalah fakta sekaligus sebuah tantangan serius yang harus dijalani oleh  umat Islam pada umumnya dan pengemban dakwah pada khususnya. Mereka harus senantiasa merapatkan barisan memberikan pemahaman kepada umat tentang bahaya program yang terus dihembuskan kaum kuffar dengan berbagai nama dan bentuk. Memang, mewujudkan dan menjalankan hal tersebut tidaklah mudah. Umat Islam harus mengembalikan arah perjuangannya hingga ideologi yang diemban hanyalah Islam semata. Mereka harus berjuang melawan kaum kuffar Barat dan Timur yang terus menerus menggaungkan propaganda menyimpang atas nama persatuan dan kesatuan dengan 4 Pilar yang jelas-jelas kebatilannya dan tidak berdampak pada kebangkitan umat.  

Maka, wahai pemuda muslim, sampai kapan akan terus berdiam diri dan hanyut dalam mimpi yang diciptakan musuh-musuh Islam? Kini saatnya bergerak, berjuang menghancurkan kekufuran dan menegakkan Islam, sudah saatnya mengembalikan kemuliaan Islam. Mari berjuang bersama dan bersungguh-sungguh mengembalikan payung kejayaan Islam, yaitu Daulah Khilafah Islamiyah. Sesungguhnya Allah lah tujuan kita. Allah lah Ghayatunna sejati. Mari berbondong-bondong meraihnya hingga Islam kembali tinggi menjulang, tak ada satupun peradaban yang mampu menyamai ketinggian dan kemuliaannya.
Wallahu a’lam bi ash shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post