Menantu Pilihan (Part 7)

By : Nelliya Ummu Zahra 
(Member AMK)

Jawaban yang terlontar dari mulut Maryam serasa mengangkat beban berat dipundakku. Perasaan lega dan syukur karena bersedia menerima lamaranku.

Aku melihatnya malam ini sangat anggun. Berbalut baju gamis warna ungu dan kerudung senada menambah anggun dirinya. Sejujurnya bukanlah kecantikan Maryam yang membuatku mantap menjadikan pendamping hidup. Jika karena kecantikan semata, selama ini wanita yang ibuku tawarkan untuk menjadi pendamping pun tak kalah cantik dan modis. Bukan itu point hati mantap memilihnya.

Tetapi kesholehahannya lah yang membuat hati mantap dan menjatuhkan pilihan kepadanya. Aku yakin setiap laki-laki pastilah menginginkan pendamping yang shalihah. Karena kelak generasi akan lahir dari rahim mereka. Karenanya, jika menginginkan keturunan yang sholih dan salihah, maka tugas kita untuk mencari dan mempersiapkan ibu yang shalihah dulu.
Begitulah ceramah yg kudengar dari salah satu ustadz yang rutin mengisi kajian di masjid samping kantor.

Akhirnya  diputuskanlah bahwa pernikahan kami akan dilaksanakan dua minggu lagi. Ya kedua bela keluarga mempunyai pemikiran yang sama. Jika itu untuk kebaikan maka tak ada salahnya  untuk  disegerakan. Maryam pun setuju. Jadi tidak ada alasan bagi kami untuk menunda lebih lama lagi.

Alhamdulillah syukurku kepada Allah Swt atas setiap nikmatnya disetiap  helaian nafas ini.karena begitu banyak limpahan nikmat serta rahmat yang telah Allah Swt berikan sampai hari ini.
Tak akan mampu aku menghitung setiap nikmat dari _Nya.

Semalam setelah lamaran mas Zainal dan keluarganya, diputuskan bahwa pernikahan kami akan diadakan dua minggu lagi. Keluargaku pun menyetujui. Memang tidak ada batasan pasti waktu untuk taarufan. Hanya saja kami ingin lebih menjaga dan menyegerakan niat baik dan ibadah kepada Allah Swt serta menjaga agar hati terjaga dari godaan syaitan yang senantiasa menjerumuskan.

Hari ini kami akan membicarakan konsep menikah nanti. Jadi disinilah mas Zainal dan Pak hasan beserta Bapak dan kedua masku sedang santai duduk di teras. Kebetulan hari ini hari libur.
Sementara aku hanya membaca buku di kamar. Insyaallah untuk menjelaskan konsep nikah yang sesuai syari'at aku percayakan saja kepada bapak, mas Azzam, dan Mas Hanif.

Karena dalam Islam melarang kita untuk terlibat kepada ikhtilat(campur baur laki-laki dan perempuan yang bukan mahramnya).

Dahulunya para wanita biasa ikut shalat di masjid Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam namun mereka berada di belakang laki-laki pada shaf-shaf yang terakhir yang dinyatakan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

خَيْرُ صُفُوْفِ الرِّجَالِ أَوَّلُهَا وَشَرُّهَا آخِرُهَا وَخَيْرُصُفُوفِ النِّسَاءِ آخِرُهَا وَشَرُّهَا أَوَّلُهَا

“Sebaik-baik shaf laki-laki adalah yang paling awal dan sejelek-jeleknya adalah yang paling akhir. Sementara shaf wanita yang terbaik adalah yang paling akhir dan shaf yang paling jelek adalah yang paling depan.” (HR. Muslim)

Beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan demikian karena khawatir laki-laki yang ada di shaf paling belakang terfitnah dengan wanita yang berada di shaf terdepan mereka. Karenanya jika terjadi campur baur antara laki-dan dan perempuan ini jelas suatu kemaksiatan kepada Allah Swt.

Sebelumnya Baca :
Menantu Pilihan (Part 1)
Menantu Pilihan (Part 2)
Menantu Pilihan (Part 3)
Menantu Pilihan (Part 4) 
Menantu Pilihan (Part 5)
Menantu Pilihan (Part 6) 
Karenanya kami ingin ketika resepsi nantinya memang antara undangan tamu laki-laki dan perempuan akan dihijab atau dipisah. Tidak akan bertemu antara tamu laki-laki dan perempuan. Karena tertutup hijab.

Aku tahu ayah dan masku sedang mencoba memberi penjelasan ini kepada keluarga pak Hasan. Berharap mereka akan mengerti. Karena hal yang baik, haruslah dimulai dengan sesuatu yang baik pula.

Kami berempat sedang mengobrol tentang konsep pernikanan dan resepsi saya dan Maryam. Pak Ahmad menjelaskan bagaimana konsep pernikahan yang sesuai dengan syari'at_Nya.

"Nah begitu pak Hasan dan nak Zainal. Tidak boleh adanya campur baur antara laki-laki dan perempuan. Nantinya tamu undangan akan kita pisah. Dan kita batasi dengan hijab yang menutupi penuh tempat tamu laki-laki dan perempuannya" begitulah pak Ahmad menjelaskan kepada kami. Aku dan bapak setuju saja karena ada benarnya memisahkan tamu laki-laki dan perempuan. Dan sebelumnya tadi kami baru tahu bahwa hukumnya pun haram.

"Oh baiklah pak. Insyaallah saya dan bapak faham dan kami menerima konsep pernikahannya. Untuk WO nya nanti biarlah kami yang menjelaskan konsepnya" jawabku   mantap.

Lalu obrolan kami berlangsung hingga menjelang zuhur. Kemudian kami berpamitan karena aku akan mulai mencetak undangan berdasarkan apa yang sudah dijelaskan bapak dan abangnya Maryam tadi. Segera kami kembali kerumah.

Alhamdulillah persiapan untuk pernikahanku sudah 50persen. Dan keinginanku untuk menikah syar'i insyaallah akan terlaksana. Karena keluarga mas Zainal menerima dan bersedia untuk menyelenggarakan walimahan syar'i. Hari ini aku dan bude Rini beserta ibu akan melihat baju untuk ku pakai saat akad dan walimah nanti. Semalam bude Rini memberitahuku akan mengajak ke butik langganan sekaligus temannya. Aku dan ibu sudah bersiap-siap. Tadi pesan wa bude Rini sedang diperjalanan menuju kemari.

Tidak berapa lama deru mobil bude Rini memasuki halaman rumah. Kulihat bude Rini keluar dan menuju kerumah.

"Assalamualaikum"kudengar salamnya didepan.

"Walaikumslam.wrwb bude. Silahkan masuk dulu"sahutku sembari mencium tangannya.

"Sudah datang ta bu. Ayo saya dan Maryam sudah siap" sahut ibu yang baru keluar dari kamar. Kulihat ibu sudah rapi dan berjalan menghampiri kami.

"Ayo bu Rumi, kita langsung saja berangkat" bude rini berjalan terlebih dahulu menuju mobil. Aku dan ibu segera menyusul. Aku duduk sendiri dibangku penumpang sementara ibu duduk disebelah bude Rini yang sedang menyetir. Sepanjang perjalanan kami mengobrol tentang persiapan pernikahan yang tinggal menghitung hari saja.

"Oh iya Maryam. Bude dapat pesan dari Zainal. Katanya Maryam mau mahar apa?" Bude Rini bicara dengan tetap fokus menyetir.

"Maryam mau mahar yang tidak memberatkan mas zainal bude. Insyaallah maryam ingin mahar hapalan surat Ar-Rahman dan seperangkat alat solat. Semoga mas Zainal tidak keberatan" jawabku.
Ya, aku teringat akan sabda Rasulullah Saw. Bahwa sebaik-baik wanita adalah yang murah maharnya.

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

‘‘Sebaik-baik wanita ialah yang paling murah maharnya.’’ (HR. Ahmad, ibnu Hibban, Hakim & Baihaqi).


ﺧَﻴْـﺮُ ﺍﻟﻨِّﻜَـﺎﺡِ ﺃَﻳْﺴَـﺮُﻩُ

‘Sebaik-baik pernikahan ialah yang paling mudah.’ (HR. Abu Dawud).
Inilah mahar yang aku inginkan jika kelak aku menikah.

"Apakah cuma itu saja Maryam, ndak mau yang lain. Atau perhiasan begitu?" Kembali bude Rini bertanya memastikan maharku.

"Iya Maryam. Apa cuma itu saja nak?" Kali ini ibu ikut menimpali.

"Iya bude, ibu insyaallah itu sudah cukup." Jawabku

"Baiklah nanti akan bude sampaikan ya sama Zainal"

setelahnya kami memilih untuk diam. Dan tidak berapa lama mobil bude Berbelok ke sebuah butik. Kami segera turun dan masuk kedalam.

"Assalamualaikum jeng Rini. Lama ne gak mampir kemari" kulihat seorang ibu menghampiri dan menjabat tangan bude Rini. Dialah pemilik butik ini.

"Walaikumsalam jeng Rani. Iya jeng saya lagi sibuk ngurusin catring dirumah. Oh iya kenalkan ini bu Rumi dan ini Maryam calon mantu saya" bude Rini mengenalkan pemilik butik kepada kami.

"Ini calon mantu jeng Rani ya. Cantik jeng. Pintar ya Zainal milih calon Istri" bu Rani melihat dan tersenyum kepadaku. Yang kubalas dengan senyuman pula.

"Iya jeng. Ini kami mau lihat-liat baju untuk pernikahan mereka nanti" jelas bude Rini.

Dan bu Rani segera menunjukkan koleksi baju-baju muslimah yang sangat cantik. Beberapa kali aku mencoba baju dan akhirnya pilihan kaki jatuh pada dua baju. Satu akan aku pakai saat akad, dan satunya untuk resepsi. Untuk akad sendiri kami memilih baju gamis warna putih gading dengan khimar senada. Bajunya dilengkapi dengan aksen payet-payet dibagian dada dan tangannya. Sedangkan untuk resepsi aku memilih gamis warna pink baby dengan khimar senada. Yang mana gamisnya dilengkapi pita dibagian pinggang dan tambahan bordir tangannya. Cantik sekali bathin ku membayangkan mengenakan kedua baju itu.

Setelah selesai memilih dan membayar bajunya kami segera pulang. Karena besok aku sendiri akan mengantar undangan kepada teman-teman pengajianku ditemani mbak Harisa.

Malam ini saat kami  selesai makan malam kami duduk diruang tamu. Menikmati puding yang tadi kami beli bersama bude Rini ketika hendak pulang dari butik.

"Pak, tadi ibu sama Maryam sudah beli baju untuk akad dan resepsinya. Ditemeni bude Rini" ibu menatap bapak yang sedang membaca buku.

"Alhamdulillah kalau begitu bu.berarti persiapannya hampir matang. Ini juga tinggal 1 minggu lagi kan ya" bapak mengalihkan dari buku nya dan menatap kami.

"Iya dek. Alhamdulillah keluarga pak Hasan menerima dan tidak alot ketika kita beritahi konsep pernikahan syar'i" kali ini mas Azzam ikut bicara.

"Iy mas. Saya lihat Zainal itu orangnya hanif. Ya semoga saja nanti kalau sudah menikah sama Maryam dia mau berjuang dan mengkaji Islam bersama" kali ini mas Hanif yang menimpali.

Jujur saja akupun punya keinginan yang sama. Semoga kelak mas Zainal mau mengakaji Islam kaffah. Agar kita mempunyai satu pemikiran, perasaan, dan aturan yang sama.

"Aamiin ya Allah. Semoga saja ya mas. Dan semoga Allah Swt mudahkan sampai hari H nya nanti"sahutku

"Aamiin"sahut mereka serempak.

Allahuakbar...Allahu akbar. Kudengar azan subuh. Bergegas aku ke kamar mandi dan bersiap menjalankan kewajiban kepada Allah Swt.

Hari ini aku ada janji bersama mbak Harisa untuk mengantarkan undangan keteman-teman pengajianku.
Setelah membersihkan rumah dan membantu ibu memasak. Kulihat sudah jam 9. Baiklah aku bergegas solat dhuha. Dan setelahnya bersiap menjemput mbak Harisa terlebih dahulu.

"Ibu, Maryam pamit dulu ya bu. Mau ngantar undangan keteman-teman. Tapi sebelumnya maryam mau jemput mba Harisa dulu" pamitku sama ibu yang sedang menyiram tanaman dipekarangan.

"Iya nak. Kami hati-hati ya. Ibu juga nanti da pengajian majlis taklim. Nanti kalau kamu pulang duluan kunci rumah ibu taruh ditempat biasa" ibu tersenyum sambil merapikan khimarku. Aku pun mencium tangannya dan segera berangkat menjemput mbak Harisa.

Hari ini pekerjaan di kantor tidak terlalu sibuk. Rencananya nanti habis zuhur aku akan ketempat WO nya untuk mengecek kembali.
Masih ada waktu dua jam lagi menjelang solat zuhur. Aku segera menyelesaikan pekerjaanku dan setelahnya akan keruangan bapak. Untuk diperiksa.

Saat aku sedang fokus dengan tugas ini hp ku berbunyi. Setelh kulihat nama ibu disana. Segera kutekan tombol hijau.

"Assalamualaikum.hallo ibu ada apa" tak berapa lama kudengar suara isak tangis ibu disebrang sana. Ada apa bathinku, kenapa ibu menangis?

"Hallo, Zainal..itu..itu" kudengar suara ibu terputus-putus disela isak tangisnya.

"Ibu. Coba tarik nafas. Ayo ngomong pelan-pelan bu. Ada apa?" Sahutku tak sabar menunggu jawaban ibu.

"Zainal.hiks..hiks.. itu Maryam kecelakaan" deg..kecelakaan? Maryam? Aku mencoba mencerna kata-kata ibu barusan. Seketika kedua kaki lemas aku terduduk dengan hp yang masih kupegang. Ya Allah benarkah Maryam kecelakaan.
Kudengar kembali suara ibu memberikan alamat rumah sakit tempat dimana Maryam. Aku segera mengumpulkan kesadaranku. Dan beranjak keruangan bapak untuk segera kerumah sakit.

Dalam perjalanan rasa khawatir mendominasiku. Aku akan melansungkan pernikahan seminggu lagi. Ya Allah bagaimana ini. Aku berharap dan berdoa maryam baik-baik saja.

Setelah sampai di rumah sakit aku berlari sepanjang lorong rumah sakit. Yang aku pikirkan ingin segera tahu bagaimana keadaan maryam saat ini.

Kulihat keluarga Maryam duduk di kursi tunggu. Bu rumi dan ibu menangis sambil berpelukan. Pak Ahmad diam sambil meremas tangannya. Sedangkan mas Azzam dan mas Hanif berdiri tak jauh dari mereka. Wajah tegang dan khawatir kentara sekali terlihat.

Aku dan bapak segera saja menghampiri mereka.

"Pak Ahmad. Maaf baru datang. Bagaimana keadaan Maryam pak?" Tanyaku tak sabar.

Kulihat mereka menoleh kearahku.
"Nak Zainal. Berdoa saja sama Allah. Semoga Maryam diberi kemudahan dan kesembuhan. Didalam maryam sedang dioperasi. Kecelakaan tadi menyebabkan benturan keras dikepalanya. Dan terjadi pendarahan hebat. Begitu kata dokter tadi sebelum operasi" jawab pak Ahmad sembari menepuk pundakku pelan.
Penjelasan pak Ahmad barusan membuat hatiku luruh. Bagaimana tidak, Maryam sedang berjuang didalam sana sekarang.

Kami semua diliputi rasa cemas dan khawatir. Berdoa dan berharap kabar baiklah yang akan kami dapatkan ketika pintu ruang operasi itu terbuka. Setelah beberapa jam pintu ruang operasi terbuka dan seorang dokter keluar. Dia memanggil wali Maryam untuk mengikutinnya keruangan dokter.

Tidak berapa lama Maryam keluar didorong diatas brankar dan akan dipindahkan keruang rawat.

Sampai diruang rawat kulihat ibu dan bu Rumi sudah duduk disamping ranjang. Mayam sudah dipindahkan keatas ranjang. Kulihat mas Hanif dan mas azzam berdiri tak jauh dari bu Rumi. Sementara aku tertahan berdiri disamping pintu masuk.

Aku melihat wanita yang sedang terbaring dengan wajah pucat. kulit seputih pualam, Dibalut kerudung warna biru laut. Sungguh terlihat damai dalam tidurnya. Ada rasa nyeri dalam hatiku melihat keadaannya saat ini. Alat-alat bantu untuk menunjang hidupnya terpasang ditubuhnya. Dalam hati berdoa. Berjuanglah untuk membuka mata itu.

Suara bapak menyadarkanku. Bapak mengajak aku, mas Hanif dan mas Azzam untuk solat di musholah rumah sakit ini.

Selesai solat aku tidak langsung beranjak. Kulihat mas Azzam menghampiriku.

"Zainal. Ini musibah dan ujian dari Allah Swt untuk kita semua. Mas juga tadi lagi ngajar di kampus saat ibu telfon kalau Maryam kecelakaan. Kata ibu tadi Maryam akan pergi mengantar undangan. Lalu dijalan ada sebuah truk oleng dan hilang kendali lalu qadarullah terjadilah peristiwa naas itu. Zainal tentu kita berharap bahwa Maryam akan sembuh dan segera kembali kepada kita dan melaksakan pernikahan kalian. Tetapi kita hanya bisa berdoa dan tawakal. Ini adalah qadha Allah Swt. Sama seperti kematian, jodoh, dan rejeki. Ada area yang tidak kita kuasai itulah qadha Allah Swt. Sama seperti apa yang menimpa Maryam saat ini. Itu qadha Allah. Kita harus ridho dengan ini semua. Allah tengah menunjukkan kepada kita, bahwa kita ini hanyalah hamba. Kita boleh saja membuat rencana. Tapi kembali lagi, yang akan membuat keputusan adalah Allah Swt. Allah berfirman yang artinya:

" Dan sungguh akan Kami berikan ujian kepadamu, dengan sedikit ketakutan, kelaparan, kekurangan harta, jiwa dan buah-buahan. Dan berikanlah berita gembira kepada orang-orang yang sabar" (Al- Baqarah (Sapi betina) ayat 155).

" Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk syurga, padahal belum datang kepadamu (ujian) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya: “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat" (QS. Al-Baqarah:214).

Penjelasan mas Azzam barusan seakan menamparku. Aku tersadar. Mungkin aku terlalu sombong bahwa semua akan terjadi sesuai dengan apa yang kuinginkan. Sementara aku lupa bahwa Allah yang menentukan setiap keputusan. manusia hanya bisa berencana.

Dalam hati aku meminta. Untuk mengizinkan Maryam menjadi bidadari untukku didunia terlebih dahulu, sebelum kelak Allah jadikan ia bidadari di Surga. Kalau boleh aku meminta kali ini yaAllah. Karena hati ini sudah memilihnya. Maryam akankah matamu terbuka.atau mata itu akan menutup selamanya??

Bagaimana kisah selanjutnya...... Apakah Do'a Zainal Tuk menjadikan Maryam Bidadari dunia dan syorga nya dapat terwujud...... Atau ?....... nantikan 3 episode terakhir yang mendebarkan.......ya.....

Bersambung............ Menantu Pilihan (Part 8)

Post a Comment

Previous Post Next Post