Menantu Pilihan (Part 2)

Penulis :🌸Nelliya Ummu Zahra🌸
(Akademi Menulis Kreatif)

Kubiarkan udara pagi menerebos masuk lewat jendela. Sembari aku menyelesaikan membaca al-qur'an sedari selepas subuh tadi.

Setelah meletakkan musaf dan kuraih lagi map berwarna krem diatas meja. Kubuka dan ku baca lagi isinya. Iya inilah adalah cv seorang ikhwan yang mengajukan taaruf kepada ku beberapa hari lalu lewat suami musyripahku.

Aku Maryam nafisah gadis berumur 22 tahun, sejak SMA aku memang sudah aktif dirohis di sekolah. Sampai aku menjadi salah satu aktifis dakwah disebuah harokah. Setelah selesai dengan pendidikan S1 aku tidak langsung bekerja. Karena didalam Islam bekerja bagi wanita adalah mubah.

Sebelumnya
Menantu Pilihan (Part 1)
Alhamdulillah Ayah, Ibu dan kedua saudaraku ikut dalam harokah ini. Kami berharap dengannya kami bisa meraih ridho Allah Swt.

Mengenai taaruf ini aku sudah berbicara dengan keluargaku. Alhamdulillah keluarga menerima dan mendoakan yang terbaik. Hanya saja keluarga tidak menyangka keluarga pakde hasan dan bude Rini serta anak semata wayangnya ingin menjalin kelurga dengan kami.

Semua orang komplek tau jika keluarga pakde Hasan adalah orang kaya dan terpandang.

Tak banyak pula aku mengenal anak semata wayang mereka. Yang ku tahu dia kerja di ditempat usaha keluarganya. Dan mendengar cerita ibu kemarin, dia adalah calon menantu yang diinginkan banyak ibu-ibu dikomplek sini.

Ya, selain keluarganya adalah keluarga kaya dan terpandang, anak semata wayang pakde Hasan ini juga mempunyai rupa yang tampan dibalut akhlak yang baik. Kupikir wajar saja jika ibu-ibu itu menginginkan untuk menjadikannya menantu.

Setelah selesai aku membaca cv nya kembali segera kuletakkan diatas nakas. Semalam selesai solat istikharah aku berharap mendapatkan jawaban dari_Nya. Aku ingin selalu melibatkan Allah Swt dalam setiap urusanku. Karena itu aku tidak ingin tergesa-gesa dalam membuat keputusan.
Insyaallah jika dia ada jodohku maka perasaan ini akan Allah Swt condongkan kepadanya.

Kulirik jam sudah pukul 6 pagi. Hari ini kebetulan aku ingin mengisi kajian adik-adik remaja putri di mushola komplek. Aku selalu bersemangat jika ingin bertemu mereka. Selain mereka sedang semangat untuk hijrah, mereka juga sangat antusias  mendengar setiap materi yang kusampaikan.

Harapanku mereka menjadi remaja yang nantinya akan bersama-sama membawa perubahan ditengah-tengah masyarakat. Melihat fakta remaja saat ini yang  membuat hati orang tua ketar ketir.
Pacaran, LGBT, hedonisme, tawuran, dan lain sebagainya. Semua ini tentu membuat hati sedih dan khawatir.

Kulihat ibu sedang membuat sarapan di dapur. Hari ini Ayah seperti biasa akan mengajar dan kedua saudaraku pun sama. Sementara ibu hanya irt.

"Ibu sedang buat sarapan apa?" Sambil berjalan menghampiri ibu yang sedang mengulek bumbu.

"Ibu mau buat nasi goreng saja untuk pagi ini. Kebetulan bahan makanan sudah habis di kulkas. Nanti kamu temeni ibu kepasar ya"

"Iya bu" jawabku sambil membantu ibu mengiris bawang.

"Maryam, gimana taaruf kamu sama anaknya pak hasan? Apa sudah ada jawaban. Atau anaknya sudah memberi tahu kamu kalau akan dilanjutkan" tanya ibu beruntun.

" semalam maryam sudah solat istikharah bu. Mohon doanya ya semoga Allah Swt berikan jawaban yang terbaik untuk maryam" jawabku

"Amiin ya Allah. Tentu ibu selalu doakan nak. Pilihlah yang utama itu karena agamanya nak. Mau yang memilih pacaran atau taarufan tidak ada jaminan rumah tangganya akan langgeng. Yang menjamin rumah tangga akan langgeng kelaknya adalah ketaatan orang itu kepada Allah nak"

Nasehat ibu selalu menyejukkan hati. Ya, hanya ketaatan kepada Allah yang menjadi jaminan.

"Iya bu, insyaallah maryam akan mengingatnya" jawabku sambi memeluk ibu. Wanita yang kata-katanya selalu menenangkan dan penuh kasih sayang.

"Sudah ayo panggil ayah dan abang-abang mu untuk sarapan. Sudah mau menikah jangan manja-manja lagi" ibu mulai menggodaku. Mungkin aku begini karena aku satu-satunya anak perempuan dikeluarga ini.

"Ibu, jangan godain maryam, meskipun nanti maryam sudah menikah maryam kan tetap anak ibu"

"Lah, yang bilang kamu bukan anak ibu siapa?" Sahut ibu.
Aku hanya tertawa dan segera memanggil ayah dan kedua abangku.

Selesai sarapan seperti permintaan ibu tadi aku akan menemani ibu ke pasar.
Segera kuhidupkan motor matic ku. Dan kami menuju kepasar. Tidak terlalu jauh dari rumahku.

Setelah sampai terlebih dahulu kuparkirkan motor. Dan setelahnya bersama ibu untuk membeli belanjaan untuk selama seminggu.

Kami sedang memilih sayur. Tiba-tiba ada ibu-ibu yang menghampiri kami.
" bu rumi belanja juga ya" sapanya

Kami menoleh dan kulihat bude Rini yang menyapa tadi dan Artnya sedang menenteng belanjaan. Sepertinya mereka sudah selesai belanja.

"Oh ibu Rini, assalamualaikum bu. Iya saya dan maryam sedang belanja bu" ibu menjawab sembari tersenyum kepadanya.

Kulihat bude rini beralih menatapku dari atas sampai bawah, dan seperti sedang menilai.

Bersambung... Menantu Pilihan Part 3
Waah ada yang ketemu camer😁
Previous Post Next Post