Menantu Pilihan (Part 5)

By : Nelliya Ummu Zahra
(Akademi Menulis Kreatif)

Sayup ku dengar adzan subuh berkumandang. Bergegas aku kekamar mandi untuk wudhu dan bersiap solat berjamaah bersama ibu seperti biasa. Karena bapak dan kedua masku tentu sudah lebih dulu untuk jamaah di mushola.

Alhamdulillah selesai solat aku  membereskan rumah. Sementara ibu sudah sibuk di dapur untuk membuat sarapan.

Sedari aku SD ibu memang sudah mengajariku untuk membantu mengerjakan pekerjaan rumah. Bukan saja karena aku anak perempuan. Tetapi aku tahu bahwa tugas seoarang wanita adalah menjadi ummun warobbatul bait (ibu dan pengatur rumah). Karenanya berbekal ilmu dari sekarang, sehingga jika kelak Allah mengizinkan aku akan menjadi istri dan seorang ibu aku tak kaku lagi dengan tugas dan kewajibanku.

"Assalamualaikum.wrwb." kulihat bapak mas Azzam dan mas Hanif sudah pulang dari mushola.

"Walaikumsalam" sahutku seraya mencium tangan bapak.

"Ibu sudah menyiapkan sarapan di dapur. Ayo kita sarapan pak, mas" ajakku untuk sarapan bersama pagi ini.

" ah dari aromanya saja sudah enak ini bu kayaknya" sahut mas Hanif sambil memasukkan makanan kedalam piring.

" iya ayo dicoba masakan ibu. Hanif kemarin ada mahasiswi mu datang kerumah. Tapi sepertinya kamu lagi ngajar di kampus ya. Dia ada titip seseuatu itu mungkin saja tugas kuliah ya?"  Mas Hanif adalah dosen muda disalah satu Universitas di kotaku.

"Oh iya bu. Itu mahasiswi yang izin akan keluar kota. Jadi saya minta titip dirumah saja tugasnya"  sahutnya sambil menyendokkan nasi kemulut.

Selesai sarapan semua bersiap-siap untuk aktifitas masing-masing hari ini. Bapak akan mengajar dan begitupun kedua mas ku yang ganteng ini.

Aku pun bersiap-siap. Teringat ajakan bude Rini yang memintaku untuk kerumahnya hari ini. Sebenarnya aku merasa deg deg kan juga saat ini. Bagaimana tidak, jika nanti bu Rini bertanya-tanya maka jawaban seperti apa yang akan aku siapkan. Ini yang terlintas dibenakku saat ini.

" Ibu, Maryam mau kerumah bude Rini dulu ya bu" menghampiri ibu yang sedang membaca buku di dalam kamar.
"Iya nak, nanti sampaikan salam ibu ya sama bude Rini. Dan bawa kue bronis itu ibu letakkan diatas meja makan ya" ibu mengalihkan tatapannya dari buku dan menggenggam tanganku. Kurasa ibu tau apa yang kurasakan saat ini. Dengan menggenggam tanganku ada kehangatan dan ketenangan yang beliau alirkan lewat genggaman tangannya.

" nak, jadilah dirimu sendiri. Jangan mencoba menjadi orang lain untuk menyenangkan orang dan membuat orang suka terhadap kita. Tidak ada yang lebih baik dari kejujuran terhadap diri sendiri"  ibu menatapku lembut sembari mengusap-usap punggung tanganku.

"Iya bu, Maryam tau maksud ibu" aku memeluknya dan kurasakan ibu balik memelukku dan mengusap khimarku.

"Sudah-sudah ayo, nanti keburu ditunggu sama bude Rini" ibu mengurai pelukannya dan menuntunku keluar kamar untuk mengambil kue bronis buatan ibu.

Setelah mengucapkan salam dan mencium tangan ibu kulajukan motorku menuju rumah Bude Rini.

Alhamdulillah tidak berapa lama aku segera sampai dirumah mewah ini. Pagarnya menjulang tinggi. Dengan bangunan megah yang berdiri kokoh. Kulihat juga beberapa mobil  terparkir di halaman.
Ku tekan bel rumahnya. Tidak berapa lama kulihat lelaki paroh baya menghampiriku dan membuka gerbang. Aku mengucapkan terimakasih dan segera masuk untuk memarkirkan motor.


"Neng Maryam ya?" Tanya lelaki paro baya itu.

"Iya pak saya maryam"sahutku

"Saya mang Ujang, tadi pesan ibu kalau ada neng Maryam disuruh masuk aja sudah ditungguin ibu didalam" mang Ujaeng menjelaskan.

"Oh iya pak Ujang. Terima kasih pak saya permisi kedalam dulu kalau begitu" aku segera menuju pintu utama rumah mewah ini.

"Assalamualaikum.wrwb" aku melihat banyak ibu-ibu dirumah bude Rini. Kupikir sedang ada acara hari ini.

"Walaikumsalam" serempak mereka menoleh kearah ku. Berbagai tatapan yang kulihat ketika mereka melihatku melangkah masuk.

Kulihat bude Rini menghampiriku dengan langkah yang anggun. Menampakkan kecantikan diusianya yang tak lagi muda. Mungkin karena bude Rini selalu memperhatikan penampilan dan merawatnya dengan baik.

"Maryam silahkan masuk" bude Rini mempersilahkan aku masuk dan mengajaku bergabung bersama ibu-ibu yang sedang mempersiapkan dan menyajikan  berbagai  macam makanan diatas meja.

Setelah aku menyerahkan kue bronis buatn ibu ke bude rini,
Aku segera berdiri dari dudukku dan melangkah kedapur untuk membantu persiapan untuk acara hari ini. 
Selagi kami menyiapkan makanan kulihat bude Rini mengahmpiri diiringi salah satu ibu-ibu.

"Mbak yu. Zainal udah mau nikah belum? Kalau iya saya ada ini calon untuknya. Anaknya adik saya. Orangnya ayu, pintar, sudah S2 dan sekarang kerja jadi dosen mbak yu. Wes pokok e mantep kalau jadi sama Zainal. Yang ganteng yang satu lagi cantik. Serasi" ibu itu bercerita dengan antusias.

Kulihat bude Rini melirik kearah ku sekilas. Lalu berbicra dengan ibu yang tadi menawarkan calon untuk mas Zainal.

" emm begini dewi. Itu sebenarnya Zainal sedang berkenalan dengan salah satu perempuan yang katanya dikenalkan sama kakak seniornya di kampus dulu. Yah memang belum tau kelanjutannya" sahut bude Rini sambil menghela nafas panjang.

" oh begitu toh mbakyu. Tapi kan itu baru calon mbak yu ya ndak apa-apa coba dikenalkan saja sama Zainal. Biar ada perbandingan. Kan sebelum janur kuning melengkung masih bisa" 

Lalu kudengar tawa bude Rini dan ibu tadi menggema di dapur. Lalu bude Rini menghampiriku. Aku hanya tersenyum mendengar obrolan mereka.

"Maryam itu es buahnya taruh diatas meja didepan ya" sambil menunjuk meja diruang tamu.

"Iya bude" sahutku berlalu meninggalkan dapur.
Kemudian aku bolak balik untuk mengambil makanan dan menatanya di meja. Beberapa ibu-ibu tersenyum ramah kepadaku dan tak segan mengajakku mengobrol.

"Aduh jeng ini siapa ya? Ayu tenan" tanya seorang ibu kepada bude Rini.

"Kenalkan jeng ini Maryam, anak tetangga saya satu komplek ini" bude menarikku untuk mendekat pada temannya.

"Ibu. Saya Maryam" jawabku sambil mencium tangannya.

"Duh ayu tenan kamu nduk. Mau ndak jadi mantu ibu" ibu itu tersenyum sambil menoel pipiku.

"Wes jeng jangan salah loh ya, Maryam ini sudah punya calon, ya kan Maryam?" Bude Rini melirikku tajam.

"Oh iya bu insyaallah saya sekarang sedang masa taarufan" jawabku kikuk dan sedikit malu.

"Olalah jeng. Sudah ada calonnya toh ternyata. Kalo ndak ya aku mau. Udah cantik, menutup aurat, dan cekatan pula dari tadi ibu lihat bantu-bantu di dapur"

Aku dan bude Rini hanya tersenyum. Dalam hati bersyukur aku bisa berbaur dengan saudara dan teman-teman bude Rini kali ini. Meskipun penampilanku mungkin berbeda tetapi mereka tidak mengucilkanku.

"Mbak Rini. Ini gimana ya ustadzah yang mau ngisi kajian untuk arisan kita hari ini mendadak tidak bisa hadir karena anaknya sakit. Duh gimana ini ya mbak" kulihat ibu itu panik. Bude Rini yang barusan mendengar kabar itu pun tak bisa menyembunyikan kepanikan diwajahnya.

"Aduh, gimana ini Rina. Acara sebentar lagi mau dimulai. Ya ndak sempat kalau mau mengganti ustadzah yang lain.
Kulihat bu Rina melirik kearahku yang tadi hanya diam menyimak obrolan kakak adik itu.

Bude Rini beralih menatapku dan mengamit tanganku mengajak menjauh dari tamu.

"Maryam. Kamu mau ndak bantu bude gantikan ustadzah yang gagal datang untuk mengisi kajian arisan kali ini" kulihat wajahnya penuh harap.

Awalnya aku sedikit kaget. Tetapi akhirnya aku juga senang mendapat kesempatan untuk berbagi ilmu dengan ibu-ibu ini.

"Insyaallah Maryam mau Bude. Tapi nanti kajiannya mau tentang apa ya bude?" Tanyaku. Agar aku bersiap-siap sebelum mulai.

"Emm apa ya?" Kulihat bude Rini berfikir.

"Bude, maaf kalau maryam boleh kasih saran bagaimana tentang menutup aurat saja untuk kali ini" 

"Oh iya. Boleh-boleh. Terimakasih ya Maryam. Kalau ndak  ada kamu bisa malu bude sama tamu"  bude Rini sambil memegang tanganku.


Baiklah tamu sudah berkumpul diruang tengah rumah bude yang luas. Bismillah aku mulai menyampaikan materi kali ini terkait menutup aurat.

"Ibu-ibu jadi menutup aurat Allah Swt wajibkan bagi seluruh muslimah yang telah baligh ya bu. Untuk pakaian keluar dari rumah kita wajib menutupnya secara sempurna.
Ada dua ya ibu-ibu.

Khimar atau kerudung yang sedang saya pakai untuk menutupi rambut ini dan kepala ini
Bberdasarkan firman Allah Swt terdapat dalam surat An-Nur ayat 31. Yang artinya:

"Katakanlah kepada wanita yang beriman: "Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang (biasa) nampak dari padanya. Dan hendaklah mereka menutupkan kain kudung kedadanya, dan janganlah menampakkan perhiasannya kecuali kepada suami mereka, atau ayah mereka, atau ayah suami mereka, atau putera-putera mereka, atau putera-putera suami mereka, atau saudara-saudara laki-laki mereka, atau putera-putera saudara lelaki mereka, atau putera-putera saudara perempuan mereka, atau wanita-wanita islam, atau budak-budak yang mereka miliki, atau pelayan-pelayan laki-laki yang tidak mempunyai keinginan (terhadap wanita) atau anak-anak yang belum mengerti tentang aurat wanita. Dan janganlah mereka memukulkan kakinyua agar diketahui perhiasan yang mereka sembunyikan. Dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, hai orang-orang yang beriman supaya kamu beruntung"( TQS. An-Nur:31). Nah, inilah dalil wajibnya kita menggunkan khimar atau kerudung ketika kita hendak keluar rumah ya ibu-ibu. Syar'inya menutupi hingga batas dada. Mau lebih panjang dari itu. Boleh saja.

Dan yang kedua jilbab atau gamis yang sedang saya pakai dan ibu-ibu sekalian pakai. Kita wajib memakainya ketika kita hendak keluar rumah ya bu, berdasarkan firman Allah kewajiban kita memakainya terdapat dalam surat Al-Ahzab:59. Allah Swt berfirman:

يَا أَيُّهَا النَّبِيُّ قُلْ لِأَزْوَاجِكَ وَبَنَاتِكَ وَنِسَاءِ الْمُؤْمِنِينَ يُدْنِينَ عَلَيْهِنَّ مِنْ جَلَابِيبِهِنَّ ۚ ذَٰلِكَ أَدْنَىٰ أَنْ يُعْرَفْنَ فَلَا يُؤْذَيْنَ ۗ وَكَانَ اللَّهُ غَفُورًا رَحِيمًا

"Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: "Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka". Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak di ganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang" (QS. Al-ahzab:59).

Nah, jadi yang menutupi kepala kita itu namanya khimar atau kerudung, sedangkan yang kita pakai untuk baju kita itu namanya jilbab ya ibu-ibu" aku menjelaskan kepada ibu-ibu ini. Dan kulihat mereka menyimak setiap penjelasan dariku.

Prook...prook...prook. kudengar suara tepuk tangan. Serentak kami semua menoleh menuju suara itu.

Dan kulihat laki-laki tinggi jangkung sedang melihat kearah kami.
Deg. Mas Zainal.

Previous Post Next Post