Kerjasama BMKG dan Meteo Swiss

Agam, Nn ~ Kita patut bangga Palupuh Kabupaten Agam merupakan salah satu tempat stasiun GAW (Global Atmosphere Wath ) kotributor data pengukuran pencemaran udara dari 33 buah stasiun yang ada di dunia. Hasil pengukuran pencermaran udara yang dilakukan negara-negara anggota WHO tahun 1989 mengambarkan sedang terjadi permasalahan dalam lingkungan alam global seperti penipisan Ozon di Strastosfer, Hujan Asam, Asap Kabut dan peningkatan Gas Rumah Kaca di atmosfer yang saat ini disebut dengan perubahan iklim global dunia.

Ini disampaikan oleh Gubernur Irwan Prayitno pada acara Inagurasi Kerjasama BMKG-Meteo Swiss dalam Program CATCOS (Capacity Building and Twinning for Climate Observing System) di Bukit Kototabang Palupuh Kabupaten Agam, Senin (9/9). Hadir dalam kesempatan itu Duta Besar Swiss H E Heinz Walker- Nederkoorn serta rombongan, Direktur BMKG Dr. Andi Eka Sakya, Bupati Indra Catri, serta Kadis Sosial Abdul Gafar,SE,MM Ka BPBD Ir. Yazid Fadly serta beberapa kepala SKPD dlingkungan Pemkan Agam.

Lebih jauh Gubernur menyampaikan, Program kerjasama saat ini perlu kita dukung guna menjawab persoalan yang terkait dengan  Pemanasan Global dan Perubahan Iklim yang tentunya bermanfaatkan bagi masyarakat dunia. Dengan adanya stasiun penelitian iklim ini di Sumatera Barat tentunya merupakan sumbangan dari Indonesia untuk masyarakat dunia.

Hingga sampai saat ini Sumatera Barat masih memiliki alam yang masih terjaga keasriannya. Karena itu prospektif potensi wisata sangat baik untuk dikembangkan. Meskipun Sumatera Barat bukanlah daerah industri akan tetapi beberapa kali daerah ini terkena dampak dari kebakaran hutan dilahan industri provinsi tetangga. Dan pada skala tertentu kiriman asap akibat kebakaran lahan industri mempengaruhi aktifitas masyarakat di Sumbar.

Oleh karena itu kita berharap masyarakat Sumatera Barat tetap konsisten mempertahankan keasrian lingkungan hutan di daerah ini, sebagai sebuah kebanggaan untuk masyarakat dunia, ajaknya.

Irwan juga menyampaikan, pemilihan lokasi kerjasama BMKG-Meteo Swiss dalam program Catcos di stasiun GAW Bukit Kototabang merupakan kepercayaan dari dunia internasional bahwa kita mampu melaksanakan program tersebut.

Hal ini tentunya dapat menginspirasi generasi muda kita, terhadap potensi luar biasa sumber daya alam dan sumber daya manusia dibidang lingkungan, terutama dalam menjawab persoalan perubahan pemanasan global saat ini, ungkapnya.

Direktur BMKG Dr. Andi Eka Sakya dalam kesempatan itu menyampaikan, dahulu kita dituduh penyumbang gas rumah kaca yang tinggi, namun setelah dilakukan penelitian secara mendalam Indonesia sangat rendah dalam Gas Rumah Kaca (Co2), karena kita masih memiliki alam dan hutan yang baik.

Kondisi alam kita saat ini bisa dikatakan telah mengalami kejenuhan karena aktivitas manusia seperti asap pabrik, kendaraan bermotor, kebakaran hutan, sehingga mengalami penumpukan gas CO2 yang menyebabkan terjadinya pemanasan global. Dengan adanya pemanasan global iklim yang terdapat di bumi kita ini mengalami perubahan yang cukup ekstrim, dan ini menyebabkan siklus antara musim hujan dan kemarau juga mengalami pergeseran , serta membawa dampak yang cukup signifikan di berbagai bidang kehidupan manusia.

Dengan adanya kondisi alam tersebut maka dari itu diperlukan sebuah penelitian untuk memberikan pembuktian apa yang sedang terjadi terhadap alam kita ini. Dan di Stasiun GAW Koto Tabang ini, kita dapat memberikan laporan dan data-data kepada dunia internasional.

Kerjasama yang dilakukan hari ini merupakan langkah perbaikan sistem dan peralatan yang nantinya akan dibantu oleh beberapa negara untuk lebih mengakutan laporan hasil penelitian sesuai kebutuhan dan kemajuan tehnologi saat ini, ujarnya. Zardi
Previous Post Next Post