Mengembalikan Peran Ibu

Oleh : Sri Purwanti, Amd. KL
Pegiat Literasi, Member AMK

 Ibu adalah sosok yang istimewa, tanpa mengerdilkan peran ayah dalam kehidupan. Allah menjanjikan bahwa surga ada di telapak kakinya, karena Ibu yang telah bersusah payah mengandung selama sembilan bulan, melahirkan, menyusui dan merawatnya sampai dewasa.  Ibu adalah madrasah pertama bagi putra-putrinya oleh karena itu, ibu memiliki peran besar dalam membentuk karakter, watak maupun pengetahuan seorang anak. Bahkan di Indonesia setiap tanggal 22 Desember di peringati sebagai hari Ibu, sebagai wujud penghargaan terhadap dedikasi seorang ibu.

Namun dewasa ini peran ibu mulai tidak lagi  optimal.  Tuntutan untuk memenuhi biaya hidup semakin hari  semakin tinggi, membawa ibu terjun ke dunia kerja untuk membantu memenuhi kebutuhan keluarga. Padahal sesungguhnya  hukum bekerja yang awalnya mubah berubah menjadi wajib karena tuntutan keadaan. Tugas mendidik yang awalnya menjadi tugas utama teralihkan, kadang di laksanakan di sela- sela waktu sisa. Hal ini karena energi sudah habis di tempat kerja, atau  justru diserahkan sepenuhnya kepada guru maupun asisten rumah tangga sehingga kedekatan psikologis anak dengan ibunya menjadi berkurang. Hal ini akhirnya menimbulkan  jurang pemisah yang terbentang sehingga anak menjadi kurang asuh dan asih dari ibunya. Akhirnya muncul generasi bermasalah, seperti pergaulan bebas, narkoba, tawuran pelajar , gank motor dan lain sebagainya. Hal itu terjadi karena anak kurang perhatian sehingga mencarinya di luar rumah.

Seorang ibu yang bekerja akan memiliki beban yang lebih berat karena harus menyeimbangkan antara pekerjaan dan keluarganya. Mereka harus bekerja ekstra untuk menyeimbangkan emosi supaya tetap stabil sehingga masalah di rumah tidak terbawa ke tempat kerja demikian juga sebaliknya, masalah di tempat kerja tidak terbawa ke rumah.

Islam sebagai agama yang sempurna telah mengatur bagaimana peran perempuan ( ibu) dalam kehidupan. Peran tersebut mencakup peran domestik dan peran publik. Dalam ranah domestik perempuan berperan sebagai Ummun wa Rubbatul bait ( Ibu dan pengelola rumah tangga), ini merupakan tugas pertama dan utama.  Peran ini merupakan pondasi untuk membentuk generasi masa depan yang cemerlang. Menjadi ibu yang berkualitas, memiliki kepribadian yang tangguh dan kecerdasan spiritual, serta selalu terikat dengan aturan Allah merupakan faktor untuk menghasilkan generasi emas pewaris peradaban.

Perempuan sebagaimana manusia lainnya merupakan makhluk sosial, bagian dari masyarakat, memiliki kewajiban untuk menyeru kepada yang ma’ruf dan mencegah kemungkaran. Dalam sektor publik perempuan boleh mengembangkan potensi dan mengaktualisasikan dirinya tanpa meninggalkan kodrat sebagi seorang Ibu. Islam juga menjadikan perempuan sebagi partner laki-laki dalam membangun peradaban. Sebagaimana sabda Rasulullah Saw, “ Sesungguhnya kaum perempuan adalah mitra kaum laki-laki”. (HR. Abu Dawud) 

Mengingat pentingnya peran ibu dalam proses pertumbuhan dan perkembangan seorang anak, maka perlu ada upaya untuk mengembalikan peran ibu sesuai dengan fitrahnya. Seorang ibu harus memiliki ilmu yang cukup untuk mendidik anak-anaknya, faktor ini  sangat penting karena kualitas ibu akan mempengaruhi anak-anaknya.  Ibu harus harus memiliki akidah yang kuat sehingga bisa membentengi anak-anak dari pengaruh buruk dari luar, memiliki serta memiliki semangat untuk senantiasa mengupgrade diri agar memahami  perkembangan kondisi anaknya serta mengetahui konsep pendidikan yang sesuai dengan tahapan perkembangan sang anak. Sehingga harapan untuk mewujudkan generasi yang tangguh benar-benar akan terwujud. Sudah saatnya para ibu kembali kepada fitrahnya sebagai pendidik pertama dan utama.

Wallhu’alam bish shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post