Stunting Masalah Sistemik, Bukan Gimik Politik Rezim
Oleh : Rengganis Santika A, S.T.P
Menurut WHO (World Health Organization) Stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada anak-anak akibat kekurangan gizi kronis, terutama pada 1.000 hari pertama kehidupan (dari masa kehamilan hingga anak berusia 2 tahun). Anak-anak stunting terganggu tumbuh kembangnya. Selain fisik, kognitifnya pun terganggu, sehingga kemampuan belajar dan kesehatan anak di masa depan juga menurun. Data stanting nasional hingga kabupaten seperti Kabupaten. Bandung, masih tinggi seiring memburuknya situasi ekonomi global dan lokal. Stunting adalah masalah sistemik sebab terkait banyak aspek, yaitu ekonomi, politik dan sosial. Sayangnya isu stunting jadi sekedar gimik politik rezim. Lantas bagaimana solusi tuntas stanting seharusnya?
Fakta Stanting Dari Global Hingga Lokal Seperti Di Kabupaten Bandung.
Kita tidak boleh menutup mata bahwa realitas global, ada 149 juta anak-anak di dunia mengalami stunting. Akses terhadap makanan bergizi sangat minim. Kondisi paling ekstrim tentu di Gaza, 90% anak-anak disana rawan pangan dan gizi. Faktanya akibat penjajahan israel dan politik. Sepintas negeri kita beruntung, negeri yang katanya gemah ripah loh jinawi. Tapi ironis, angka stunting berdasarkan hasil Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) tahun 2022 tercatat 21,6%. Ada sekitar 6 juta anak Indonesia stunting. Target nasional menurunkan angka stunting menjadi 14% di tahun 2024. Sementara data lokal di Kabupaten (Kab.) Bandung, prevalensi stanting 29,72% tahun 2023, diatas rata-rata nasional. Pemda Kab. Bandung menargetkan penurunan angka stunting menjadi 17,5% pada 2024, meskipun angkanya di atas target nasional.
Padahal kab. Bandung termasuk etalase ekonomi nasional. Sungguh miris! artinya ada sekitar 2.255 balita kurang gizi dari 7.588 balita di Kab. Bandung. Upaya intervensi gizi dengan peningkatan asupan gizi bagi ibu hamil dan balita dilakukan. Namun fakta di lapangan, program ini bernasib sama dengan program-program nasional lainnya, yaitu rawan penyelewangan, apalagi melibatkan anggaran yang tak sedikit. Korupsi selalu menjadi bumbu setiap proyek pemerintah. Dari informasi terpercaya dan cerita umum dilapangan, makanan yang diterima warga tidak sesuai standar gizi. Banyak terjadi korupsi dan penyelewengan dana dan data.
Stanting Adalah Masalah Sistemik Bukan Kasuistik Apalagi Gimik Politik
Seperti program-program bantuan lainnya, stanting dibaca masyarakat sekedar gimik politik. Upaya rezim atau pemerintah saat ini untuk menarik perhatian dan mendongkrak citra pada publik. Mirisnya lagi ditengah kondisi stunting yang kian genting seperti di Kab. Bandung, peran pemda justru makin kendur. Tugas utama pemerintah mengurus rakyat. Sungguh aneh bila tugas utama ini dialihkan pada LPS (Lembaga Penjamin Simpanan). LPS aktif membantu penurunan angka stunting di Indonesia melalui Program LPS Peduli Bakti Bagi Negeri. Dewan Komisioner LPS Purbaya Yudhi Sadewa mengatakan saat ini LPS bekerja sama dengan Yayasan CARE Indonesia memberikan bantuan guna meningkatkan kesehatan dan taraf hidup masyarakat. Seperti di Kecamatan Pangalengan, Kab. Bandung Jawa Barat Jumat (4/10/2024). Pemenuhan pangan layak dan bergizi adalah tanggung jawab penuh negara. Pelibatan LPS dengan menggunakan dana publik secara tak langsung. Pemerintah selain mengandalkan jurus pinjaman luar negri, pajak juga melirik dana-dana publik yang tersimpan dan bisa dimanfaatkan. Rakyat selain diperas lewat pajak untuk kas APBN/APBD juga menanggung beban hutang pinjaman luar negri dengan mahalnya harga kebutuhan hidup. APBN yang seharusnya kembali pada rakyat terselewengkan disana sini.
Islam Solusi Tuntas Stunting.
Stunting bukan sekedar memberi makanan bergizi tapi ini masalah sistemik. Butuh solusi yang mengakar. Selama ini setiap masalah diselesaikan sebatas mengatasi akibat tidak menyentuh sebab utama atau akar masalah, yaitu diterapkannya ekonomi kapitalisme. Yang ciri khasnya Si kaya para olighart ekonomi dan politik, kapitalis, juga para pengusaha makin kaya sebaliknya rakyat banyak makin terpuruk. Kemiskinan akibat badai PHK, ditambah sembako makin mahal, biaya kesehatan pendidikan layak tak murah. Jangankan makan bergizi cukup protein hewani bagi ibu hamil, balita dan anak-anak sekedar bisa beli beras saja sulit.
Ketika islam diterapkan secara kaffah (menyeluruh), sistem ekonomi islam bukan hanya mengatasi stunting tapi juga mampu menyolusi masalah-masalah lain. Filosofi sistem.ekonomi islam menjamin kesejahteraan rakyat. Negara bertanggungjawab penuh memaksimalkan potensi kekayaan alam berupa kepemilikan umum, kepemilikan negara, ZISWAF untuk kesejahteraan rakyat. Distribusi yang adil ditopang kredibilitas pemimpin yang bertakwa. Tiga pilar solusi lewat ketakwaan individu, kontrol masyarakat dan peran negara berjalan. Begitulah Islam menyelesaikan tuntas stunting seiring meningkatkan taraf kesejahteraan rakyat.
COMMENTS