GANGGUAN MENTAL, PROBLEM SISTEMIK, BUTUH SOLUSI SISTEMIK


Oleh : Rifdhatul 'Anam 

Maraknya gangguan kesehatan mental yang semakin meningkat setelah pandemi covid 19, menjadi kekhawatiran tersendiri di tengah-tengah masyarakat. Menurut organisasi kesehatan dunia (WHO), jenis gangguan kesehatan mental berupa depresi, bipolar, kecemasan, gangguan makan, dan skizofrenia. 

Bahaya gangguan kesehatan mental ini dapat berakibat fatal hingga melakukan bunuh diri. Seperti kasus yang terjadi pada seorang mahasiswa Universitas Gajah Mada (UGM) pekan lalu, yang melakukan bunuh diri karena gangguan kesehatan mental yang dialaminya. Ini seharusnya menjadi perhatian besar bagi bnyak pihak.

Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Gajah Mada (UGM) bekerja sama dengan University of Queensland di Australia dan Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health di Amerika menemukan bahwa 1 dari 20 remaja di Indonesia terdiagnosis memiliki gangguan kesehatan mental. Ini berarti 2,45 juta remaja di seluruh Indonesia masuk dalam kelompok Orang Dengan Gangguan Jiwa (ODGJ). (Kumparan.com)

Dikatakan oleh Amirah Ellyza Wahdi, hasil penelitian menunjukkan bahwa gangguan kecemasan menjadi gangguan mental paling umum di antara remaja berusia 10-17 tahun di Indonesia (3,7%), disusul dengan gangguan depresi mayor (1%), gangguan perilaku (0,9%), serta gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan gangguan pemusatan perhatian dan hiperaktivitas (ADHD) yang masing-masing 0,5%. Dimana remaja laki-laki prevalensinya cenderung lebih tinggi dari perempuan.

Gangguan mental makin banyak terjadi di tengah masyarakat, ada banyak faktor internal maupun eksternal termasuk lingkungan dan corak pembangunan yang kapitalistik. 

Karena rentannya usia remaja yang terkena gangguan kesehatan mental, maka hal ini harus segera diatasi karena dapat mengganggu terlahirnya generasi muda yang cemerlang. Apalagi sistem hari ini yaitu sistem ekonomi kapitalistik demokrasi sangat mempengaruhi kehidupan yang menjadi trend gaya remaja saat ini.

Sistem ini membuat mental remaja tidak jelas, rapuh, mudah putus asa, stres hingga depresi. Karena tidak adanya sandaran yang kuat dalam menjalani kehidupan. 

Kebebasan berekspresi dan berpendapat didalam sistem ini, memicu banyak remaja mengikuti gaya hidup yang hedonis. Didukung dengan begitu longgarnya kebijakan untuk media yang dapat dipelajari secara bebas oleh remaja mulai dari kekerasan, pornografi, pornoaksi, dan masih banyak lagi perilaku menyimpang lainnya. 

Belum lagi tekanan yang dihadapi dalam menjalani kehidupan, baik itu di lingkungan masyarakat, sekolah bahkan keluarga yang dimana tidak adanya perhatian lebih dari orang tua karena tuntutan hidup yang harus dipenuhi.

Banyaknya faktor yang menjadi penyebab, menunjukkan bahwa gangguan kesehatan mental adalah problem sistemik. Oleh karena itu problem ini membutuhkan solusi yang sistemik pula.

Peran orang tua sangat mempengaruhi kesehatan mental anak-anaknya. Didikan orang tua yang memberikan pemahaman ajaran Islam secara kaffah dan total dapat melahirkan generasi cemerlang, yang bukan hanya kuat fisiknya tapi juga kuat mentalnya.

Dengan menanamkan rasa ketakwaan kepada Allah SWT, yang menjadi pijakan dalam berperilaku dan bersikap sesuai dengan aturan Islam. Tak lepas dari peran orang tua, negarapun mempunyai peran yang  besar dalam hal ini. 

Negara yang menerapkan aturan yang sesuai dengan aturan Allah SWT, dapat meminimalkan bahkan menghilangkan permasalahan gangguan kesehatan mental.  Jadi Islam adalah solusi yang tepat, karena Islam adalah agama yang sempurna yang dapat menuntun manusia ke arah yang jelas dan dapat membuat manusia mampu menghadapi berbagai permasalahan hidup.

Wallahu'alam bishawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post