Di Balik Layar Arus Opini Kesetaraan Gender di Kampus"


Nurbayah Ummu Tsabitah, AMd
(Pemerhati Generasi)

PMII Unmul menjelaskan dengan gamblang digali dari kodrat wanita secara  biologis perempuan adalah setara dengan laki-laki tanpa menghalangi laki-laki sebagai pemimpin.

Dari perjelasan tersebut tidak dipungkiri bahwa kiprah perempuan diberbagai bidang memang tidak bisa disepelekan. Laporan Grant Thornton International per Maret 2019 menyimpulkan “peran eksekutif perempuan di bisnis global makin besar, dan khususnya seluruh negara ASEAN termasuk Indonesia telah melakukan upaya perbaikan dalam mengentaskan kesenjangan gender di tempat kerja”. 

Sorotan terhadap kiprah perempuan inilah yang menjadikan isu utama dunia menetapkan tahun 2030 sebagai tahun perwujudan planet 50 - 50 dan SDG’s. Planet 50 – 50 di tahun 2030 adalah upaya yang dilakukan pemerintah indonesia bersama dengan 9 negara lain yang berkomitmen mewujudkan kesetaraan gender antara laki – laki dengan perempuan. 

Negara – negara di dunia juga telah mengkampanyekan gerakan “ He for She” sebagai upaya memperluas komitmen untuk memberikan rasa aman dan nyaman kepada perempuan, sehingga memperoleh akses kesehatan, pendidikan dan ekonomi yang layak. 

Ilusi Kesetaraan Gender
Berbagai inisiatif dan kampanye telah diluncurkan untuk mempercepat terwujudnya kesetaraan gender. Para pejuang aktivis kesetaraan gender (kaum feminis) tidak henti – hentinya bahkan semakin gencar mengkampanyekan kesetaraan gender. Namun nyatanya hal tersebut belum juga terwujud, alih – alih menyelesaikan masalah negara, justru kesetaraan gender ini menambah masalah dalam masalah. 

Pengarusutamaan gender (PUG) memporak-porandakan bangunan keluarga Muslim. Kesetaraan gender sebagai sebuah ide sejatinya hanya fatamorgana semata. Mencita – citakan terwujudnya planet 50 – 50 adalah sebuah kemustahilan karena bertentangan dengan kodrat manusia. 

Secara fitrah laki – laki dan perempuan di ciptakan Allah dengan tugas yang berbeda. Memaksakan perempuan menjadi tulang punggung sekaligus tulang rusuk sungguh tidak manusiawi. Perempuan diberikan penghargaan palsu sebagai driver of economic, penggerak ekonomi dan menjadi pemimpin dalam hierarki pemerintahan hanya akan memberikan beban ganda terhadap perempuan.

Upaya pemberdayaan perempuan hanya akan menambah jumlah penggangguran laki – laki. Narasi kesetaraan gender ini selalu memberikan kesimpulan bahwa nilai perempuan terletak pada pekerjaan dan kemandirian financial dari laki – laki.

Tidak hanya itu beban ganda yang dipikul perempuan akan mengikis perannya sebagai seorang ibu. Anak – anak akan tumbuh tanpa pengawasan penuh seorang ibu, hal tersebut menyebabkan potensi kenakalan remaja. 

Perempuan akan mengorbankan peran keibuan dan waktu berharga bersama anak – anaknya dengan sebuah keyakinan bahwa pekerjanaanya akan menaikan status social dalam kehidupan bermasyarakat. Padahal nyatanya para ibu tersebut hanya bekerja membayar orang lain untuk membayar dan membesarkan anak – anak mereka. 

Terkikisnya peran ibu sebagai pendidik di sistem kapitalis hari ini adalah multieffect yang ditimbulkan oleh ide kesetaraan gender. Kesetaraan gendernya adalah konsep yang cacat secara rasional dan merusak secara sosial. Cita – cita ini hanya akan membebani para ibu dengan tanggung jawab ekstra, mencabut hak-hak mereka atas penyediaan keuangan, menyebabkan konflik dalam pernikahan mereka, dan mencurangi peran keibuan mereka.

Inilah watak asli kapitalisme yang mengatasi masalah di masyarakat dengan uang dan dengan UU yang bersifat reaktif. Untuk merebut hati para muslimah, mitos-mitos buruk tentang syariat Islam mereka sebarkan melalui kanal-kanal media. Hal ini untuk mencapai tujuan Barat, yakni membelokkan perasaan, pemikiran, dan nilai-nilai Islam menjadi seperti yang mereka inginkan. 

Mereka menggambarkan bahwa syariat Islam memenjarakan, memperbudak, dan menjadikan perempuan sebagai warga kelas dua. Kerudung dan hijab dianggap sebagai belenggu dan simpul penindasan Islam terhadap perempuan.

Tuduhan palsu ini terus mereka ulang dari waktu ke waktu, tanpa henti, sehingga banyak muslimah yang terpengaruh dan merasa malu dengan tsaqafah Islamnya sendiri. Mereka jadi membenci sejarah Islam, takut dengan kembalinya sistem pemerintahan Islam, dan turut larut dalam budaya sekuler Barat.

Oleh sebab itu, penting bagi umat Islam (terlebih para muslimah) untuk memahami adanya pengaturan syariat Islam yang mengandung persamaan maupun perbedaan ini sesuai fitrah dan tabiat masing-masing. Bukan karena kedudukan yang satu lebih tinggi dari yang lain, ataupun adanya kesetaraan atau tidak, melainkan semua semata-mata demi kemaslahatan dan kelanggengan hidup manusia. 

Satu – satunya harapan adalah islam, sistem hidup sempuna yang diturunkan Allah SWT. Oleh karena itu, Din kita sendirilah yang perlu kita rujuk untuk memecahkan banyak masalah yang dihadapi perempuan, anak-anak, dan keluarga saat ini. Islam selalu memandang laki-laki dan perempuan sama dalam hal nilai, status, dan intelektualitas mereka serta berhak mendapatkan hak politik, ekonomi, pendidikan, dan peradilan yang sama. 

Sistem kehidupan Islam memosisikan kewajiban utama seorang muslimah adalah ummun wa rabbatul bait. Peran strategis dan politisnya itu dipastikan akan berjalan optimal karena Islam memberi jaminan finansial, keamanan, pendidikan, dan kesehatan yang memadai; melalui penerapan syariat Islam kafah, seperti sistem ekonomi dan keuangan Islam, sistem sanksi Islam, dan sebagainya.

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman,
“Allah menjadikan bagi kamu istri-istri dari jenis kamu sendiri…” [QS. An-Nahl: 72].
Dan Rasulullah ï·º bersabda,
«Ø¥Ù†Ù…ا النساء شقائق الرجال ما أكرمهن إلا كريم وما أهانهن إلا لئيم» “
“Perempuan adalah saudara kembar laki-laki. Tidaklah memuliakan perempuan kecuali laki-laki yang mulia. Tidaklah menghinakan perempuan kecuali laki-laki yang hina
Allah dengan syariat-Nya yang adil telah memberikan ruang yang cukup bagi perempuan sebagai hamba-Nya yang memiliki kesempatan yang sama untuk bertakwa. 

 “Barang siapa mengerjakan kebajikan, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka pasti akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan akan Kami beri balasan dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.” (QS An-Nahl: 97).

Post a Comment

Previous Post Next Post