Bagaimana Seharusnya Wakil Rakyat Bertindak


Oleh : Suhirnan, S.Pd
(Pemerhati kebijakan publik)

Kehidupan saat ini sangat sulit untuk menyuarakan kebenaran dan keadilan. Keadilan hanya akan dimiliki oleh orang-orang yang memiliki kekuasaan. Contohnya saja ketika rakyat berteriak menyuarakan penolakan harga BBM justru anggota DPR yang katanya sebagai wakil rakyat malah tetap merayakan ulang tahun Ketua DPR di rapat paripurna saat demo kenaikan BBM.

Padahal di sisi lain rakyat rela berpanas-panasan untuk menyampaikan asrpirasinya kepada wakil rakyat, namun usaha yang mereka lakukan tidak membuahkan hasil justru yang mereka dapat hanyalah kekecewaan di mana para wakil rakyat acuh tak memperdulikan. Bahkan Forum Masyarakat Parlemen Indonesia (Formappi) sampai mengkritik momen perayaan tersebut. 

Lucis mengatakan bahwa momen tersebut memperlihatkan seberapa serius komitmen anggota DPR sebagai wakil rakyat. Dia pun menilai tindakan tersebut seakan mengolok-ngolok rakyat yang menyampaikan aspirasinya di gerbang DPR. (detikNews.7/9/2022)

Sama halnya dengan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Jawa Timur yang menolak kebijakan pemerintah yang menaikkan harga BBM bersubsidi. PKS meminta Presiden Joko Widodo menarik kebijakan yang merugikan rakyat. (CNN Indonesia. 6/9/2022)

Pasalnya pemerintah menaikkan harga BBM untuk mengatasi pembekakan anggaran subsidi dan kompensasi tahun 2022. Namun justru menambah problem dalam masyarakat dengan menaikkan harga BBM tersebut. 

Jika harga BBM tidak mengalami penurunan dalam waktu dekat ini maka akan sangat berdampak pada kehidupan masyarakat. Banyak dari masyarakat akan mengalami kesulitan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya terlebih lagi masyarakat tingkat menengah ke bawah. 

Begitupun angka pengangguran akan meningkat sebab BBM merupakan bahan dasar operasional perusahaan dan akan membebani biaya produksi perusahaan dengan begitu perusahaan mau tidak mau akan menghentikan proses perekrutan karyawan baru hingga terpaksa terjadi pemutusan hubungan kerja (PHK) yang berpotensi meningkatnya angka pengangguran dan apabila itu sampai terjadi tentu hal ini akan berujung pada peningkatan kemiskinan.  (detikedu.6/9/2022).

Berdasarkan data Kementerian Keuangan Republik Indonesia bahwa ambang batas garis kemiskinan pada Maret 2022 meningkat sebesar 4,0% menjadi Rp 505.469 dari sebelumnya Rp 486.168 pada September 2021. (Kemenkeu.go.id, 17/7/2022).

Berdasarkan data tersebut ditahu bahwa setiap tahun terjadi peningkatan angka kemiskinan yang tak berujung. Kehidupan masyarakat semakin hari dibuat rumit dengan kebijakan yang diterapkan. Kebijakan ini pun selalu membebani rakyat dan rakyat selalu menjadi korban atas berlakunya kebijakan tersebut.

Memang tak mengherankan jika berada dalam sistem sekuler kapitalisme yang lebih mementingkan para korporat dari pada kepentingan rakyatnya.
Keadilan tak menjamin hak-hak rakyat yang menyuarakan kebebasan atas haknya. Sudah menjadi hal yang lumrah jika berada di dalam sistem kapitalis sekulerisme. Di mana problem dalam masyarakat tidak pernah mendapatkan solusi yang pasti. Solusi yang diberikan selalu merugikan dan menambah beban rakyat.

Seharusnya sebagai wakil rakyat sudah sepantasnya menjadi perantara ketika terjadi ketidakadilan ditengah-tengah umat serta lebih peduli dengan kepentingan rakyatnya begitu pun dengan Pemimpinnya. Wakil rakyat juga harusnya mengemban amanah semata-mata untuk kepentingan dan kebutuhan rakyat bukan untuk kepentingan pribadi ataupun kepentingan para korporat. 

Orang yang diberikan amanah seharusnya melakukan yang terbaik untuk orang yang memberikan amanah kepadanya karena takut kepada Allah dan menanamkan dalam diri bahwa suatu saat akan dimintai petanggung jawaban kelak di akhirat. Seperti firman Allah SWT.

“Wahai orang-orang yang beriman! Janganlah kamu mengkhianati Allah dan Rasul dan (juga) janganlah kamu mengkhianati amanat yang dipercayakan kepadamu, sedang kamu mengetahui” (Qs Al-Anfal [8] : 27).

Bahkan dulu Umar bin Khattab dikritik oleh seorang wanita terkait kebijakan yang diterapkannya yaitu menentuan biaya mahar untuk laki-laki namun wanita tersebut merasa keberatan dan langsung mengutarakan pendapatnya dihadapan Khalifah pada saat itu adalah Umar bin Khattab dengan mengatakan tidak berhak untuk menetapkan biaya mahar tersebut dengan bersandar pada firman Allah SWT dalam Qs An-Nisa [4] : 20 

“Kalian telah memberikan kepada seorang di antara mereka harta yang banyak (sebagai mahar), maka janganlah kalian mengambil kembali sedikit pun darinya". (Qs An-Nisa [4] : 20)

Kemudian bagaimana Umar bin Khattab bersikap terhadap wanita itu? Apakah langsung marah dan menyuruh pengawalnya untuk menangkap wanita tersebut?

Tentu tidak, ketika diingatkan dengan firman Allah, Umar langsung merasa bersalah dan beristigfar lalu berkata bahwa wanita itu benar.

Sungguh sangat berbeda dengan keadaan sekarang, ketika ada yang sekedar berpendapat atau mengkritik kebijakan yang diterapkan oleh Penguasa saat ini yang memang sudah merugikan rakyat malah dilarang dan bahkan merujuk pada pengadilan.

Berbeda dengan kehidupan Islam yang pernah berjaya pada saat itu di mana segala kepentingan umat adalah tanggung jawab pemimpin. Waktu itu betapa takutnya mereka memikul tanggung jawab sebagai pemimpin seperti masa ketika Umar bin Khattab diangkat menjadi khalifah (pemimpin). 
Segala amanah menjadi tanggung jawab yang amat berat dikarenakan ia menjadikan tolak ukur akhirat sebagai pengangannya maka segala kepentingan umat adalah tanggung jawab yang harus ia pertanggung jawabkan diakhirat kelak.

Seperti kisah Rasulullah SAW dengan Abu Dzar. Suatu hari, Abu Dzar berkata, “Wahai Rasulullah, tidakkah engkau menjadikanku (seorang pemimpin)? Lalu, Rasul memukulkan tangannya di bahuku, dan bersabda, ‘Wahai Abu Dzar, sesungguhnya engkau lemah, dan sesungguhnya hal ini adalah amanah, ia merupakan kehinaan dan penyesalan pada hari kiamat, kecuali orang yang mengambilnya dengan haknya, dan menunaikannya (dengan sebaik-baiknya).” (HR Muslim).

Maka jika hari ini kita diberikan amanah dan tanggung jawab baik besar maupun kecil apapun itu, semuanya akan dimintai pertanggung jawaban di akhirat kelak. Seperti firman Allah SWT dalam  QS Al-Hasyr [59] : 18

“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat), dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan”. (QS Al-Hasyr [59] : 18)

Post a Comment

Previous Post Next Post