Kebijakan Ugal-Ugalan, Rakyat Menjadi Korban


By Ummu Azka 

Naiknya harga BBM (Bahan Bakar Minyak) di negeri ini jelas mengakibatkan efek domino di masyarakat. Sebagai kebutuhan dasar, naiknya harga BBM akan menjalar kepada kenaikan semua harga barang dan juga jasa angkutan. 

Tak usah menunggu lama, rakyat dengan segera merasakan dampaknya. Sembako naik, kebutuhan pelayanan meningkat, jasa transportasi pun ikut meroket. Siapa yang menanggung? Lagi-lagi rakyat. 

Jeritan rakyat melalui demo berbagai kalangan seolah tak memberi pengaruh apapun. Bagai pepatah anjing menggonggong kafilah berlalu. Atau berlaku sebaliknya? Ya, penguasa tetap pada pendiriannya bahwa BBM dinaikkan harganya. Ironis, karena negeri ini sejatinya adalah salah satu sumber penghasil minyak dunia. 

Di tengah kesulitan yang menjalar, rakyat berharap adanya solusi konkret. Jika mereka berdemo dan mengeluh pada penguasa, seharusnya mereka sadar bahwa dirinya masih menjadi tumpuan keluhan rakyat. Namun yang terjadi debaliknya, alih alih mendengarkan suara mereka. Penguasa kembali menerapkan kebijakan yang menambah jeritan rakyat. Yakni konversi tabung gas untuk ditukar dengan kompor listrik. 

Rencana tersebut mulai gencar dikampanyekan. Isu pembersihan energi dan penghematannya menjadi alasan kebijakan tersebut. Faktanya, kompor listrik yang akan dibagikan memakan daya listrik besar bahkan hingga 1000 watt. Akibatnya, mau tak mau masyarakat harus menaikkan daya listrik di rumahnya untuk bisa memasak menggunakan kompor listrik. 

Mudah ditebak, masyarakat tak setuju dengan rencana tersebut. Karena menghadapi kenaikan BBM saja sudah kalut, kemudian datang kebijakan baru yang membuat kesulitan semakin akut. 

Kebijakan Ugal-Ugalan. 

Inilah fakta penguasa dalam sistem kapitalisme sekuler yang hanya memikirkan keuntungan dalam meriayah rakyat. Tak lagi memikirkan nasib mereka, perasaan pun seolah tercabut dari nuraninya. Keluhan, kritik, dan saran dari rakyat sama sekali tak dianggap. Sebaliknya kebijakan ugal-ugalan seperti membawa kendaraan di jalanan membuat penguasa sudah kehilangan kendali dalam memimpin negeri ini. Yang ada di hadapannya adalah bagaimana rakyat menjadi pundi pundi uang yang menguntungkan selama mereka berada dalam jabatan kekuasaan. 

Kondisi ini sudah pasti membahayakan negeri. Ibarat kendaraan yang dijalankan secara ugal-ugalan, pilihannya hanya dua : tabrakan beruntun dengan kendaraan lain, atau kecelakaan tunggal yang sama-sama membahayakan. Keduanya tak ada yang lebih baik. 

Karenanya sudah saatnya kita beralih pada solusi yang benar dalam menyelesaikan permasalahan ekonomi dan kehidupan secara umum. Islam dengan jelas membagi kepemilikan secara jelas. Dalam sebuah hadits Rasulullah SAW bersabda : 

"Kaum Muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu padang rumput, air, dan api". (HR. Abu Dawud dan Ahmad)

Ketiga hal tersebut mencakup apa apa yang terkandung di dalamnya seperti minyak bumi, batu bara , emas dan gas alam serta barang tambang lain yang kepemilikannya jelas sebagai milik ummat. Pengelolaan terhadapnya dilakukan oleh negara dan dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemashlahatan rakyat. 

Semuanya akan niscaya diterapkan dalam bingkai daulah khilafah sebagai institusi formal negara yang menerapkan syariat Islam secara kafaah. Demikianlah Islam melindungi rakyatnya dari kebijakan dzalim dalam bingkai aturan yang shahih yang diterapkan oleh pemimpin shalih. Wallahu alam bish showab.

Post a Comment

Previous Post Next Post