BBM dan LPG Naik Lagi, Bukti Negeri Diswastanisasi


Oleh Rati Suharjo
Pegiat Literasi (AMK)

Jika dilihat dari jumlah kekayaan alam terutama pertambangan, negeri ini termasuk urutan ke-13 di dunia. Adapun jumlah cadangannya mencapai 103.350.000 juta kubik per hari. Secara persentase, Indonesia menyimpan 1,5% gas alam atau gas bumi dari cadangan seluruh dunia.

Sayangnya, dengan jumlah kekayaan alam yang luar biasa tersebut tidaklah bisa dinikmati oleh rakyatnya dengan baik. Berkali-kali rakyat dikejutkan dengan kenaikan harga BBM dan LPG. Seperti saat ini, bahwa PT Pertamina melalui anak usaha Pertamina Patra Niaga resmi mengumumkan kenaikan harga sejumlah produk Bahan Bakar Khusus (BBK) atau Bahan Bakar Minyak (BBM) non subsidi. Adapun jenis kenaikan harga meliputi Pertamax Turbo, Pertamina Dex, dan Dexlite serta LPG non subsidi seperti Bright Gas. Pertamina tidak menutup-nutupi, bahwa penyebab kenaikan harga tersebut mengikuti pasaran dunia secara berkala. Hal ini tercantum dalam Kepmen ESDM 62/K/12/MEM/2020 tentang formulasi harga Jenis Bahan Bakar Umum (JBU). (tirto.id.com, 10/7/2022)

Anehnya, kenaikan harga Rp 15.500/kilogram disebut wajar. Menurut Direktur Eksekutif Reforminer Institute, Komaidi Notonegoro menilai, kebijakan menaikkan harga LPG non subsidi merupakan langkah yang wajar. Ini disebabkan harga LPG di pasar dunia sedang meningkat dan yang memakai LPG tersebut masyarakat kelas menengah.

Di tengah biaya kehidupan yang serba mahal ini, besar kemungkinan para pengguna LPG non subsidi akan berangsur-angsur beralih ke LPG (khusus orang miskin), yakni tabung melon. Begitu juga dengan BBM, masyarakat ramai-ramai akan pindah ke Pertalite. Walaupun, syarat untuk mendapatkan pertalite tersebut mempunyai aplikasi MyPertamina.

Dampak tersebut juga disampaikan Ketua Pengurus Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI), selain beralih ke gas melon subsidi, dampak yang membahayakan adalah munculnya kejahatan. Kejahatan yang paling  membahayakan masyarakat adalah pengoplosan.

Jika banyak masyarakat beralih ke LPG dan BBM bersubsidi, maka hal ini akan menjadi ancaman bagi APBN . Pasalnya, selama ini APBN mengalami defisit. Seperti yang disampaikan Kepala Ekonomi Citybank, Indonesia Helmi Alman Mukhlis mengatakan bahwa  tahun ini defisit APBN mencapai 4,5% Produk Domistik Bruto (PDB) atau 840,2 triliun dibanding tahun sebelumnya yang mencapai 868 triliun. Sedangkan untuk menutupi devisit tersebut tidak ada cara lain selain menaikan penarikan pajak atau menaikan angka utang kepada negara lain.

Jika negara terus menerus mengalami defisit, maka otomatis penarikan pajak  dan penambahan utang terus dilakukan. Dalam negara yang menerapkan kapitalisme sumber pemasok kas negara adalah pajak dan utang. Mirisnya, sampai hari ini posisi utang Indonesia terhadap luar negeri telah mencapai 7000,2 triliun atau 409,6 miliar dollar AS.

Tentu saja permasalahan ini butuh penanganan serius untuk memperbaiki negeri ini. Utang dan pajak, selain mempengaruhi kehidupan rakyatnya juga mempengaruhi negara. Bagi negara, lilitan utang justru menggiring negara menuju kebangkrutan. Srilangka, Argentina, Venezuela, Laos, Yunani menjadi contohnya.

Inilah kebobrokan akibat meninggalkan aturan agama dari kehidupan. Agama yang sudah sempurna mengatur kehidupan manusia secara kafah, kini hanya diambil sebagian semata. Yakni agama hanya diterapkan dalam ritual. Namun, dalam urusan ekonomi negara justru menerapkan sistem ekonomi kapitalis. Mereka mengambil akal sebagai rujukan masalah. Padahal akal manusia adalah terbatas. Sesuatu yang terbatas tersebut pasti ada yang menciptakan yakni, Allah Swt.

Sudah selayaknya manusia sebagai mahluk untuk tunduk dan patuh terhadap Allah Swt. Karena, Allah Swt. selain sebagai Sang Pencipta juga sebagai Sang Pengatur  makhluk-Nya. Hal ini juga telah dijelaskan dalam Al-Qur'an oleh Allah Swt.

"Katakanlah! Sesungguhnya salatku, ibadahku, hidupku, dan matiku hanyalah untuk Allah, Rabb semesta alam." (QS al-An’aam:162)

Begitu juga pesan Rasulullah saw. ketika melakukan ibadah haji. Pada saat hari Arafah beliau duduk di atas ontanya yang bernama  al-Qashwa. Beliau berkhotbah, "Wahai manusia, sesungguhnya aku telah meninggalkan kamu sesuatu. Jika kamu memeganginya niscaya kamu tidak akan sesat, yakni Kitabullah dan Sunnah. (HR at-Tirmidzi, Ahmad)

Oleh karena itu, penyebab naiknya LPG dan BBM adalah akibat tidak mengikuti petunjuk Allah Swt. dan Rasulullah saw. Padahal Allah Swt. telah menganugerahkan sumber daya alam berupa minyak kepada manusia. Sayangnya negara menerapkan sistem ekonomi kapitalisme. Semua kekayaan tersebut dikeruk para kapitalis dan dinikmati oleh segelintir orang. Padahal jelas dalam hadis Rasulullah saw. bersabda,

"Kaum muslim berserikat dalam tiga perkara yaitu rumput, api, dan air." (HR Abu Dawud dan Ahmad).

Di antara kekayaan yang tergolong api adalah minyak, emas, natrium, dan lainya. Hal ini haram dikelola individu. Dalam Islam semua kekayaan tersebut milik rakyat. Melalui negara, sumber daya alam tersebut dikelola dan hasilnya untuk melayani rakyatnya. Seperti pengelolaan di bidang pendidikan, kesehatan, dan berbagai kebutuhan yang lain.

Jika saja negara mengambil Islam sebagai aturan dalam sebuah konstitusi, niscaya kemiskinan, pengangguran, dan berbagai bentuk kejahatan tidak separah saat ini. Karena rakyat akan dilayani oleh negara dengan hasil sumberdaya alam tersebut. Dan negara pun akan memberikan sumberdaya alam seperti LPG dan BBM tersebut semurah mungkin. Karena sifat negara bukanlah pedagang, yakni menghitung untung dan rugi terhadap rakyatnya. Tetapi melayani rakyat adalah amanah yang di akhirat kelak akan diminta pertanggungjawaban. 

Dengan dorongan keimanan, negara akan menerapkan sistem ekonomi Islam. Penerapan sistem ini akan mewujudkan negara yang sepenuhnya melayani rakyatnya dengan baik. Pendidikan, kesehatan gratis, dan kebutuhan pokok yan lain pun akan dinikmati oleh rakyatnya. Inilah sebagian fakta, bahwa negara dalam Islam adalah perisai bagi rakyatnya, bukan pemeras pada rakyatnya. Sebagaimana yang terjadi saat ini rakyat terlunta-lunta menanggung beban negara.

Wallahu a'lam bishshawaab.

Post a Comment

Previous Post Next Post