Oleh: Novalis Cinta Sari
Aktivis
Dakwah
Dunia tengah waspada terkait
munculnya varian Omicron yang dilaporkan pertama kali terdeteksi di Benua
Afrika, termasuk Afrika Selatan. Varian Omicron pertama kali dilaporkan dari
Afrika Selatan pada November 2021. Sementara itu, varian Omicron ini
disebut-sebut telah menyebar hingga ke 57 negara (health.detik.com, 29 November 2021). Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengatakan
bahwa Covid-19 varian Omicron dapat mengubah arah pandemi yang kini telah
menjadi krisis global. (covid19.go.id,
01 Desember 2021)
Dengan mulai bertambahnya
negara-negara yang melaporkan terkait deteksi Omicron di wilayahnya, WHO
meminta semua negara untuk meningkatkan upaya pengawasan, pengujian, dan
pengurutan gen, serta mengirimkan lebih banyak data ke Platform Data Klinis WHO
menggunakan formulir pelaporan kasus daring yang telah diperbarui. WHO juga
meminta agar negara-negara untuk memvaksinasi secepat mungkin dan menjaga
langkah-langkah untuk melindungi orang-orang dari infeksi Covid-19. Hal ini
juga memicu kekhawatiran akan Omicron yang menjadi sebab munculnya wabah
pandemi gelombang ke 3, dikarenakan tidak memadainya informasi dan penanganan.
Begitu pula di negeri kita
Indonesia, Kementerian Kesehatan kembali mendeteksi dua pasien konfirmasi
varian Omicron. Dengan demikian per hari Jumat (17/12) tercatat tiga kasus
konfirmasi varian Omicron. Juru Bicara Vaksinasi Covid-19 Kementerian Kesehatan
RI dr. Siti Nadia Tarmidzi, M.Epid mengatakan "Penting bagi setiap pelaku
perjalanan luar negeri yang masuk ke Indonesia untuk melakukan karantina.
Terdeteksinya Omicron di Indonesia merupakan salah satu keberhasilan dari karantina
dan kita bisa dengan segera melakukan tracing untuk mencegah meluasnya
penularan Omicron” (nasional.kompas.com,
20 Desember 2021).
Ini menjadi bukti ke sekian
kali kegagalan sistem dunia untuk menangani pandemi. Bagi peradaban kapitalisme
satu-satunya nilai yang diakui adalah nilai materi/ekonomi yaitu, untung-rugi.
Kemudian panduan kapitalis ini diadopsi oleh rezim berkuasa di seluruh dunia,
termasuk rezim demokrasi di negeri ini. Akibatnya, penanganan pandemi tidak
diarahkan pada tujuan yang benar, berupa pembasmian virus secara cepat dan
tepat.
Berbeda dengan sistem Islam.
Islam datang sebagai pemberi solusi bagi setiap persoalan kehidupan manusia,
tidak terkecuali persoalan pandemi. Adanya tindakan penguncian daerah wabah
(lockdown) harus dengan mengikuti syariat Allah SWT. Di waktu yang bersamaan
pun dilakukan penanganan dengan memisahkan orang yang sehat dari yang
terinfeksi sesegera mungkin agar bagi yang sakit bisa segera diobati tanpa
mengulur waktu.
Begitu pun dengan pemenuhan
kebutuhan pokok agar mobilitas manusia bisa dihentikan bagi daerah yang
terisolasi. Hal ini pun tak luput harus didukung dengan adanya pemimpin Islam
yang berkapasitas sebagai pelaksana hukum syariat Allah secara sempurna.[]
Post a Comment