Peringatan Maulid Nabi saw. Momentum Bangkitkan Ghirah Umat Islam


Oleh Nur Syamsiah Tahir
Praktisi Pendidikan, Pegiat Literasi, dan Member AMK

Memasuki bulan Rabiul awal, euforia peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. mulai tampak. Baik di sekolah-sekolah, perkumpulan sarwah, musala, masjid, maupun di instansi-instansi pemerintahan. Acara yang digelar umumnya adalah pembacaan kitab Barzanji, selawat atas Nabi, dilanjutkan dengan ceramah, dan ditutup dengan acara makan bersama. Bahkan tak jarang jamaah berebut makanan dan buah-buahan yang dibawa oleh para jamaah sendiri. Hanya saja, setelah acara selesai tak tampak makna yang membekas dan berpengaruh terhadap kehidupan umat Islam. 

Padahal sejatinya, Maulid Nabi Muhammad saw. ini diperingati dalam rangka membangkitkan kembali _ghirah_ keislaman umat. Sebagaimana yang disebutkan dalam buku "Di Balik 7 Hari Besar Islam" karya Muhammad Sholikhin, bahwa  perayaan maulid Nabi saw. bermula dari kekalahan umat Islam dalam perang Salib pada abad ke-13.

Pada saat itu, Sultan Turki Utsmani, Shalahuddin al-Ayyubi mencari cara untuk membangkitkan semangat jihad di kalangan umat muslim. Maka cara yang dipilih adalah dengan mengadakan sayembara penulisan kitab (buku) tentang sejarah hidup Rasulullah saw.. Adapun tujuannya hanya satu yaitu mengingatkan kembali tentang tauladan semangat perjuangan Rasulullah dalam menegakkan kalimat Allah.

Dari hasil seleksi, kitab sirah Nabi berjudul Maulid Syarif al-Anam karya Syaikh Idris al-Barzanji  yang paling memikat hati umat Islam dan mampu membangkitkan semangat perjuangan. Alhasil, _ghirah_ jihad kembali muncul secara mengagumkan dan umat Islam kembali menang membela hak agamanya, termasuk memasukkan kembali Yerusalem ke dalam pangkuan kaum muslimin.

Adapun fakta yang terjadi saat ini, euforia peringatan Maulid Nabi saw. membahana, tetapi girah umat Islam untuk menegakkan kalimat Allah tak tampak. Untuk itu, bersamaan dengan peringatan Maulid Nabi Muhammad saw. ini diproduksi dan diputarlah film Jejak Khilafah di Nusantara. 

Pembuatan film JKDN ini, selain sebagai bukti eksistensi muslim sejati. Film ini juga bertujuan untuk meluruskan sejarah penyebaran Islam di Nusantara yang selama ini dikaburkan dan berusaha dikuburkan oleh kaum penjajah.

Jika dalam buku-buku sejarah disampaikan bahwa Islam dibawa oleh para pedagang Gujarat dan Mekah. Tetapi, dalam film JKDN perdana, ditampilkan sejarah penyebaran Islam yang sebenarnya di Nusantara. Negeri yang _gemah ripah loh jinawi_ ini merupakan bagian dari kekhilafahan. Hal ini tampak dari bukti-bukti yang ada, seperti adanya kesultanan Demak, kesultanan Banten, kesultanan Ternate, dan kesultanan Aceh Darusallam. Kesultanan-kesultanan tersebut diakui keberadaannya oleh kekhilafahan di Istambul.

Para utusan -penyebar Islam- ini sengaja diutus oleh kekhilafahan yang berpusat di Istambul saat itu. Mereka disebar di beberapa wilayah Nusantara dengan tujuan dakwah bukan yang lain. Keberadaan para wali yang berjumlah 9 juga menjadi bukti penyebaran Islam di Nusantara.

Perjuangan yang dilakukan oleh Pangeran Diponegoro, Cut Nyak Dien, Cut Meutiah dan para pejuang lainnya dalam membebaskan diri dari penjajahan juga menjadi bukti atas perjuangan dengan dasar Islam.

Fakta-fakta ini membuktikan bahwa Islam bisa diterima oleh semua lapisan masyarakat. Di mana pun mereka berada, apa pun warna kulit, bahasa, adat, maupun kebiasaan mereka. Karena Islam adalah agama yang sesuai dengan fitrah manusia, bisa diterima akal, dan menentramkan hati.

Oleh karena itu, sekuat apa pun tenaga dan upaya yang dilakukan untuk mengaburkan dan menguburkan jejak Islam di Nusantara,  kebenaran pasti akan terungkap. Sebagaimana kilaunya mutiara yang terpendam di dalam lautan, pasti akan mampu ditemukan. Maka, akankah kita terus hanyut dengan euforia tanpa makna? Atau akan bergerak maju bersama umat demi menegakkan kalimat Islam sesuai dengan metode dakwah Rasulullah saw.?

Wallahu a'lam bishshawab

Post a Comment

Previous Post Next Post