No title


Honor Dari Pemakaman Pasien Covid-19, Pantaskah?

Oleh : Aisha Besima (Aktivis Muslimah Banua)

Heboh! Ramai diperbincangkan mengenai pejabat yang menerima honor atas pemakaman pasien covid 19 yang jumlahnya sangat fantastis. Namun apakah hal ini ini pantas untuk didapatkan oleh seorang bupati yang notabenenya tugasnya meriayah rakyat, yang mereka sudah mendapatkan gaji dan tunjangan.

Dilansir dari Jakarta, CNN Indonesia -- Nama Bupati Jember Hendy Siswanto menjadi sorotan dalam dua hari terakhir setelah ia dan dua pejabat daerah lainnya mengaku mendapat honor dari pemakaman Covid-19. Ia diketahui mendapat dana akumulasi hingga sebesar Rp70 juta lantaran dirinya menjabat pengarah pemakaman Covid-19 dan melakukan tugas evaluasi dan monitoring.  Selain Hendy, honor pemakaman juga diterima oleh Sekda Jember dan pejabat BPBD. Hendy menyebut pemberian honor itu sesuai dengan Surat Keputusan (SK) No 188.45/107/1.12/2021 yang ditandatangani oleh dirinya sendiri pada 30 Maret 2021 lalu (cnnIndonesia.com, Sabtu 28/8/2021).

Terungkap fakta bahwa pejabat daerah sebagai pihak yang melakukan monitoring (monev) atas pemakaman Covid mendapat honor, padahal posisi mereka adalah Lembaga Negara yang memang harus melakukan monev. Dilansir REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA, Direktur Jenderal Bina Keuangan Daerah Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri) Mochamad Ardian mengingatkan, jangan menyiasati kegiatan penanganan Covid-19 untuk bisa menambah insentif di luar gaji dan tunjangan para pejabat.

Menurut Ardian, ketika para pejabat telah melaksanakan tugas dan fungsinya mereka mendapatkan gaji dan tunjangan, sehingga sepatutnya tidak perlu diberikan honor. Kecuali, pelaksanaannya memang dilakukan di luar jam dan hari kerja atau di luar tupoksinya. Selain itu, tidak setiap kepanitiaan kegiatan berimplikasi pada honor. Apalagi kegiatan tersebut sudah merupakan tugas dan fungsi dari pejabat yang bersangkutan sesuai amanat peraturan (republika.co.id, Sabtu 28/8/2021).

Pejabat pemerintahan memang sudah tugasnya memonitoring kegiatan apapun itu, terlebih lagi ini pelaksanaan pemakaman Pasien Covid-19. Tetapi inilah gambaran nyata dalam sistem kapitalisme sekulerisme yang asasnya pemisahan agama dari kehidupan. Maka wajar jika para pejabatnya mendapatkan honor padahal itu memang tugas mereka.

Dalam sistem sekarang apapun yang dilakukan harus mendatangkan keuntungan materi. Di tengah pandemi yang siap mengancam kapan pun, bahkan empati mereka pun defisit. Kalaulah kasus honor pemakaman ini tidak terungkap, apakah sikap pejabat tersebut sama, dengan mengembalikan uang honor ini. 

Nyata sekali para pejabat sekuler tidak menampilkan perilaku orang-orang yang beriman. Fakta di atas, telah lebih dari cukup menggambarkan mentalitas para penguasa di rezim kapitalistik. Alih-alih berorientasi melayani pemenuhan kebutuhan rakyat, dengan menjabat, mereka hanya berpikir memperkaya dan menyelamatkan diri sendiri. Padahal mereka sebagai wakil rakyat mengurusi dan memenuhi kebutuhan hidup masyarakat, terlebih lagi ini ditengah pandemi yang menimpa. 

Pupus rasanya jika masih berharap diurusi dan dipenuhi kebutuhan hidupnya oleh pemerintah dan para pemangku kebijakan, nyatanya mereka para pemangku kebijakan sibuk dengan urusannya sendiri, mengabaikan kesulitan yang menimpa masyarakat. Wajar memang karena asasnya dalam sistem sekarang adalah kepentingan para penguasa diatas segalanya.

Berbeda jauh dengan Islam, Islam agama yang sempurna sekaligus sebuah mabda yang memiliki aturan kehidupan yang lengkap dan paripurna. Rasulullah saw. sebagai uswatun hasanah, jelas memiliki prototipe terbaik dalam mengelola pemerintahan. Mulai dari memilih para pejabat hingga menetapkan kebijakan.

Dikisahkan bahwa sejak Rasulullah saw. tiba di Madinah, beliau memerintah kaum muslim, memelihara semua kepentingan mereka, mengelola semua urusan mereka, dan mewujudkan masyarakat Islam. Abu Bakar dan Umar adalah dua orang mu’awwin beliau. Beliau juga mengangkat para wali untuk berbagai wilayah setingkat provinsi dan para amil untuk berbagai daerah setingkat kota.

Ketika mengangkat para pejabatnya, beliau saw. memilih mereka yang paling dapat berbuat terbaik dalam kedudukan yang akan disandangnya, selain hati yang telah dipenuhi dengan keimanan. Beliau juga bertanya kepada mereka tentang tata cara yang akan mereka jalani dalam mengatur pemerintahan. Beliau saw. selalu mengirim para wali dari kalangan orang yang terbaik dari mereka yang telah masuk Islam. Beliau memerintahkan mereka untuk membimbing orang-orang yang telah masuk Islam dan mengambil zakat dari mereka.

Beliau saw. juga mengangkat para kadi yang bertugas menetapkan keputusan hukum di tengah-tengah masyarakat. Beliau mengangkat seorang pencatat atau kepala untuk setiap urusan kemaslahatan yang ada, sebanyak apa pun jumlahnya. Beliau saw. banyak bermusyawarah dengan para sahabatnya. Beliau selalu bermusyawarah dengan para pemikir dan orang yang berpandangan luas, berakal, memiliki keutamaan, kekuatan, dan keimanan, serta yang telah teruji dalam penyebarluasan dakwah Islam.

Beliau juga mengelola perekonomian dengan mendistribusikan zakat kepada delapan golongan yang disebutkan dalam Al-Qur’an dan tidak diberikan kepada selain golongan tersebut, serta tidak digunakan untuk mengatur urusan negara. Beliau membiayai pemenuhan kebutuhan masyarakat dari fai, kharaj, jizyah, dan ganimah.

Pada saat ada wabah, beliau saw. pun bersabda, “Apabila kalian mendengar wabah di suatu tempat maka janganlah memasuki tempat itu, dan apabila terjadi wabah sedangkan kamu sedang berada di tempat itu maka janganlah keluar darinya.” (HR Muslim). Ini sebagai solusi hakiki bagi penanganan pandemi. Wallahu a'alam bishowab.[].

Post a Comment

Previous Post Next Post