PENGENDALIAN PANDEMI ATAU PENGENDALIAN DATA

Oleh : Ummu Fahri

Pandemi yang sudah berlangsung hampir dua tahun belum juga usai, korban kematian yang diakibatkan pandemi ini semakin hari semakin bertambah. Belum lagi dampak yang diakibatkan pandemi ini seperti ekonomi yang lesu di berbagai negara.

Menurut data yang diterima beberapa hari yang lalu Indonesia mencatatkan 283.000 kasus virus corona Covid-19 sejak 20-26 Juli 2021. Jumlah itu menurun 18% dibandingkan sepekan sebelumnya yang sebanyak 344.103 kasus corona. Meski menurun, tambahan kasus corona di Indonesia dalam sepekan terakhir masih berada di posisi kedua terbesar dunia. Posisi Indonesia hanya di bawah Amerika Serikat yang kasus coronanya bertambah 378.575 orang dalam sepekan terakhir atau periode 20-26 Juli, angka pemakaman dengan protokol Covid -19 pemakaman. Angka itu menurun jika di bandingkan dengan pekan sebelumnya atau periode 13- 19 Juli.

Menelisik kabar tentang turunnya perkembangan Covid 19 , seharusnya ini menjadi kabar yang menggembirakan , bagaimana tidak..!! Setelah Indonesia ketertinggalan jauh dari negara lain  seperti Jerman ,Taiwan, Selandia Baru dan beberapa negara lainnya dalam penanganan Covid 19.

Akurasi data dibutuhkan dalam mengendalikan pandemi Covid-19. Setiap kebijakan pemerintah pun hendaknya berbasiskan pada data yang lengkap dan akurat. Namun, hingga kini, kelengkapan dan akurasi data masih menjadi persoalan pasalnya ketidakakuratan data bisa menyebabkan simpang siur kabar yang didapatkan.

 ketertutupan data yang mengakibatkan lonjakan itu juga akan memuncak pada ketidakpercayaan masyarakat terhadap pemerintah.

Masyarakat akan melihat bahwa kenyataan di lapangan tidak sesuai dengan data atau informasi resmi dari pemerintah.

"Ketika kenyataan dikatakan beritanya positif, tapi di lapangan ya kematian ada, dan kekurangan lainnya. Ketakutan itu ada, dan tidak bisa ditutupi. Ketakutan itu akan tercermin dari kehidupan sehari-hari. Dan diharapkan adanya pemulihan justru tidak terjadi .

Paradigma dari pengendalian data membuktikan bahwa ketidakseriusan Pemerintah dalam penanggulangan pandemi.

 Tampak bahwa sikap penguasa yang sedemikian memang terkait dengan paradigma kepemimpinan dan sistem pemerintahan yang diterapkan. Bagi negara pengekor seperti Indonesia, mengambil keputusan itu pasti sulit luar biasa. Bukan rahasia jika negeri ini sudah lama sangat bergantung pada dunia luar utamanya Cina dan Amerika. Maka jika menyangkut kepentingan keduanya, Indonesia seolah tak punya pilihan apa-apa. Apalagi di tengah kondisi ekonomi yang makin jeblok. Tepatnya dibuat jeblok. Untuk memutuskan lockdown saja, galaunya luar biasa, serba dilema. 

Semuanya ini telah membuktikan kegagalan Sistem Kapitalis, ketidakmampuan pemerintah dalam menangani pandemi sudah seharusnya menjadi pertimbangan utk kita beralih kepada Sistem Islam. 

Islam telah membuktikan  eksistensinya ketika menghadapi wabah thaun yang mematikan pada masa Khalifah Umar bin Khattab. Ketegasan yang dilakukan menunjukkan sikap pemimpin yang berkarakteristik. Bersungguh-sungguh dalam menyelesaikan setiap masalah yang ada pada saat itu.

Hanya Islam satu-satunya yang dapat menyelesaikan masalah secara menyeluruh dalam segala aspek kehidupan.

WALLAHU'ALAM BISSHAWAB....

Post a Comment

Previous Post Next Post