Kaya Harta Tak Jamin Bahagia

By : Afiyah Rasyad
(Aktivis Peduli Ummat)


Narkoba kian menggurita. Kasusnya tak pernah surut dan terus menjadi berita. Peminatnya dari kalangan usia, mulai remaja hingga yang sudah tua. Narkoba menjerat siapa saja, tak peduli miski ataupun kaya, tak peduli artis, pejabat, ataupun rakyat biasa. Narkoba menawarkan segala kenikmatan sementara.

Pemberitaan narkoba tak pernah sepi. Pemberitaan kasus narkoba artis sering kali menghiasi negeri. Lagi-lagi, merebak kabar seorang artis dan suaminya tersangkut kasus narkoba. Kali ini, narkoba menjerat artis yang hartanya melimpah dan hidup mewah. Ternyata kaya harta tak menjamin seseorang bahagia.

Gelegar berita yang menimpa keluarga artis terpandang itu menjadi sorotan publik. Mereka yang diawasi gerak-geriknya oleh khalayak seharusnya memberi teladan yang baik. Sayang beribu sayang, mereka justru terjerumus dalam kubangan barang haram yang menrusak pemikiran. Alasan utama si artis nyabu adalah stress kegiatan syuting stripping.

Kini, mereka ditetapkan menjadi tersangka atas penyalahgunaan narkoba.  Ketiganya dijerat dengan Pasal 127 UU Nomor 35 tahun 2009 tentang narkotika. Mereka kemudian menjalani asesmen di Badan Narkotika Nasional (BNN). Hasilnya, ketiganya direkomendasikan untuk direhabilitasi. Ketiganya mulai menjalani rehabilitasi sejak Minggu (11/7) kemarin. Meski begitu polisi memastikan proses kasus tersebut tetap berlanjut (news.detik.com, 12/7).

Mereka keluarga kaya raya. Rumah megah menjadk tempat bernaunganya. Fasilitas mewah menjadi teman kesehatiannya. Kekayaan mereka sudah bukan rahasia lagi. Kesusahan pemenuhan kebutuhan sehari-hari tampak tak pernah menghampiri. Banyak orang memimpikan kehidupan mereka saat ini.

Kekayaan harta seolah menjadi bagian kebahagiaan. Wajar saja jika ukuran kebahagiaan adalah banyaknya harta. Pasalnya, masyarakat sejak lahir dibentuk oleh paradigma sistem kapitalisme. Dimana pandangan kehidupan ini fokua pada kepentingan materi semata.

Kebahagiaan dan kesuksesan ala kapitalisme berpusat materi. Pekerjaan mapan, rumah mewah, dan harta melimpah menjadi tolak ukur kesuksesan. Sehingga, banyak orang berduyun-duyun mengumpulkan harta tanpa memandang halal haram. Apalagi asas kapitalisme adalah sekularisme, yakni memisahkan agama dari kehidupan. Maka, klop sudah pandangan kebahagiaan akan diraih tanpa memikitkan jalan memperoleh kekayaannya, halal ataukah haram.

Ideologi kapitalisme menjadikan manusia sibuk dengan urusan harta dunia. Padahal, kebahagiaan sejati seorang muslim adalah ketika berhasil meraih rida Allah Swt. Sehingga, saat hendak memperoleh dan memanfaatkan harta akan terikat dengan aturan Allah saja. Hal ini bisa terwujud saat Ideologi Islam diterapkan.

Islam akan menjadikan kaum muslim taat syariat tanpa berpikir ulang. Suasana keimanan akan senantiasa terjaga. Cara pandang masyarakat adalah terikatnya atutan, perasaan, dan pemikiran hanya pada syariat Islam. 

Islam tidak melarang kaum muslim memiliki banyak harta. Namun, Islam mengatur bagaimana cara memperolehnya, hanya dengan cara yang halal dan diradai Allah Swt. saja. Islam juga mengatur cara membelanjakannya. Membelanjakan harta dalam kemaksiyatan adalah haram. Maka, mengonsumsi narkoba jelas haram hukumnya. Maka, siapa pun akan berhati-hati dalam membelanjakan hartanya saat ideologi Islam diterapkan oleh negara.

Wallahu a'lam bish shawab.

Post a Comment

Previous Post Next Post