Hilang Kendali Menangani Pangan Dalam Negeri


Penulis: Arnisah 

Indonesia adalah salah satu negara agraris, yang kaya akan Sumber Daya Alam dengan pertanian yang terbentang luas. Sudah tentu akan menghasilkan hasil yang melimpah. Beras merupakan salah satu kebutuhan pokok di Indonesia. Pemenuhan pangan harusnya tercukupi dengan hasil panen negeri ini. Namun, fakta berkata lain. Indonesia teris-terusan bergantung pada beras impor. Mengapa hal itu terjadi? 

Kebijkan pemerintah yang berencana membuka impor beras sebanyak 1 juta ton pada tahun ini, menuai polemik. Hingga akhirnya Presiden Joko Widodo (Jokowi) meminta perdebatan dihentikan agar tak semakin menekan harga gabah petani.

Kebijakan impor beras pertama kali diketahui dari bahan paparan Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto saat menjadi pembicara pada rapat kerja nasional Kementerian Perdagangan (Kemendag).

Saat itu, Airlangga hanya mengatakan pemerintah perlu menjaga stok beras di Perum Bulog sebanyak 1 juta-1,5 juta ton. Namun, paparannya menjelaskan upaya pemenuhan stok itu diantaranya dengan impor beras.

Dalam paparannya, pemerintah akan melakukan dua kebijakan untuk penyediaan beras dalam negeri, setelah adanya program bantuan sosial (bansos) beras PPKM dan untuk antisipasi dampak banjir dan pandemi Covid-19.

Pertama, dengan melakukan impor beras sebanyak 500.000 ton untuk cadangan beras pemerintah (CBP) dan 500.000 ton lagi sesuai kebutuhan Bulog.

Kedua, dengan penyerapan gabah oleh Bulog dengan target setara beras 900.000 ton saat panen raya pada Maret-Mei 2021 dan 500.000 ton pada Juni-September 2021.

"Pemerintah melihat komoditas pangan itu penting. Sehingga salah satu yang penting adalah penyediaan beras dengan stok 1 juta-1,5 juta ton," ujar Airlangga dalam rakernas Kemendag 2021, Kamis (4/3/2021).

Secara terpisah, Menteri Perdagangan Muhammad Lutfi mengungkapkan, impor itu diperuntukkan menambah cadangan beras atau iron stock guna memastikan pasokan terus terjaga.

Stok ini hanya akan dikeluarkan saat ada kebutuhan mendesak seperti bansos ataupun operasi pasar untuk stabilisasi harga.

"(Impor) ini bagian dari strategi memastikan harga stabil. Percayalah tidak ada niat pemerintah untuk hancurkan harga petani terutama saat sedang panen raya," ujarnya dalam konferensi pers virtual, Senin (15/3/2021).

Apapun kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah pasti banyak menuai pro dan kontra. Pasalnya masyarakat mulai menyadari atas penindasan selama ini. Petani yang malang harus menerima kenyataan, karena pemerintah lebih sayang dengan hasil pertanian dari luar. Beras impor menjadi polemik ditengah pandemi. Harusnya dimasa sulit ini pemerintah lebih memberdayakan petani lokal  dengan menghargai hasil panennya. 

Dilansir dari Bisnis.com (7/3/2021), Ketua Umum Asosiasi Bank Benih dan Teknologi Tani Indonesia (AB2TI) Dwi Andreas Santosa mengatakan, jika ingin mengimpor sebaiknya tunggu Juli atau Agustus ketika sudah ada kepastian berapa potensi produksi 2021.

“Kalau memang kurang silakan impor, kalau tidak kurang tidak perlu impor karena produksi tahun ini diperkirakan memang bagus,” katanya.

Ia mengemukakan wacana impor jelang masa panen raya ini menjadi pukulan tersendiri bagi petani di tengah harga gabah kering panen (GKP) yang terus turun sejak September 2021.

“Alasan importasi untuk menjaga stok cadangan beras pemerintah (CBP) tidak bisa diterima karena Perum Bulog sebagai pengemban tugas seharusnya menyerap beras petani lebih banyak tahun ini,” cetusnya.

Ia menunjukkan hasil proyeksi yang dirilis Badan Pusat Statistik (BPS) bahwa produksi padi nasional untuk periode Januari–April 2021 bakal lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelumnya akibat naiknya potensi luas panen.

“Hasil survei kerangka sampel area (KSA) yang dilakukan BPS menunjukkan luas panen padi pada musim Januari–April 2021 mencapai 4,86 juta ha atau naik sekitar 1,02 juta ha (26,53 persen) dibandingkan dengan sub round Januari–April 2020 yang sebesar 3,84 juta ha,” jelasnya.

Dengan potensi luas panen yang besar, produksi gabah kering giling (GKG) pada Januari–April mencapai 25,37 juta ton atau naik 26,68 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Jika dikonversi  menjadi beras, potensi produksi pada periode Januari–April 2021 diperkirakan mencapai 14,54 juta ton beras atau mengalami kenaikan sebesar 3,08 juta ton (26,84 persen) dibandingkan dengan produksi beras pada sub round yang sama tahun lalu sebesar 11,46 juta ton.

“Potensi kenaikan masa panen raya kali ini cukup tinggi menurut perkiraan BPS. Jika pemerintah mau mengimpor satu juta ton mau disalurkan ke mana? Usia beras ini kan hanya enam bulan,” ujarnya.

Padahal hasil panen petani Indonesia melimpah dan dipastikan cukup untuk memenuhi kebutuhan. Namun kebijakan impor lagi-lagi membawa beban, bagi petani menjadikan hilang harapan. Sebenarnya ada apa dibalik impor beras? Adakah keuntungan menjadi tujuan? Sistem Kapitalisme sangat mendukung negara untuk terus melakukan impor tanpa memperhatikan apakah hal itu dibutuhkan atau tidak. Karena sistem Kapitalisme hanya memandang dari sisi keuntungannya saja.

Beginilah ketika hidup bergantung dengan asing. Masihkah kita ingin tetap bertahan pada sistem demokrasi yang ditunggangi oleh para kapitalistik? Semboyan yang dinyatakan dari rakyat, oleh rakyat,  dan untuk rakyat nyatanya tidak sesuai dengan ekspetasinya. Dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk kepentingan para kapitalis menjadi tujuan. Kasihan sekali rakyat yang dibutakan oleh perihal perpolitikan.

Bagaimana Islam menyelesaikan permasalahan ini?  sistem Islam adalah satu-satunya sistem yang mampu mewujudkan kesejahteraan rakyat. Dengan kesempurnaan syariat-Nya Islam mengatur setiap lini kehidupan, termasuk kebutuhan pokok pangan. Negara akan menjamin dengan memberikan harga terjangkau tanpa merugikan petani, meningkatkan kualitas produk serta Sumber Daya Manusianya, membekali para petani dengan ilmu sehingga mampu mengelola lahan pertanian dengan baik. Jaminan menjadi hak bagi petani dan wajib bagi negara untuk merangkul segala kebutuhannya, termasuk seluruh rakyat. 

Sistem Islam adalah sistem yang akan menghapus segala bentuk kezhaliman. Sebab antara yang Haq dan Bathil tidak akan dapat bersatu. Dan kemenangan akan berpihak pada yang Haq. Dengan berjalan diatas kebenaran Islam kita akan hidup sejahtera dibawah naungan Khilafah Islamiyah. Yaitu sistem kepemimpinan umat diseluruh dunia Yang berlandaskan Alqur’an dan Assunah untuk menjalani kehidupan.

Kapankah Khilafah tegak? Jangan tanya kapan jika kita belum turut memperjuangkannya.
 Wallahu a‘lam bish-shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post