Kunjungan Pejabat AS Indikasi Makin Kuatnya Sandera Adidaya



Oleh : Nurhalidah, AMd.Keb

Sudah menjadi wacana umum bahwa Indonesia merupakan negara yang subur, karena kesuburannya dijuluki tanah surga. Tidak hanya itu Indonesia dijuluki negara maritim, negara seribu pulau dan zamrud khatulistiwa, hingga dijuluki paru-paru dunia. Julukan tersebut bukan sekedar jargon semata, melainkan faktanya negara Indonesia memang memiliki kekayaan yang sangat luar biasa. Namun, sayangnya dengan segala kekayaan yang ada Indonesia masih tetap menjadi negara pengekor dan sandera negara adidaya.

Hal ini bisa dipantau salah satunya dengan kunjungan para pembesar negara adidaya ke Indonesia. Kunjungan ini bukan sekedar menikmati panorama alam melainkan ada maksud tertentu. Mau tidak mau Indonesia harus menjamu dengan baik mengingat Indonesia berada di bawah ketiak mereka.

Terlansir oleh Suara.com, Indonesia jadi salah satu negara tujuan dalam rangkaian kunjungan Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo ke Asia. Pompeo direncanakan bertemu dengan Menlu RI Retno Marsudi dan menghadiri forum GP Ansor.

Saat ditanya spesifik mengenai kunjungan ke Indonesia, pompeo menyatakan ia tahu orang Indonesia memiliki keinginan serupa dengan Asia Tenggara lainnya yakni Indo-Pasifik yang terbuka. Negara-negara Asia Tenggara, kata dia, ingin memastikan “hak-hak dasar, hak maritime, hingga hak kedaulatan. Pompeo diketahui telah mengobarkan perlawanan terhadap China dalam berbagai hal, mulai dari perdagangan, keamanan, hingga pandemik Covid-19. Pada bulan Juli, Amerika Serikat mencap klaim luas Beijing di laut China selatan sarat sengketa dan ilegal (CNN Indonesia, 22 Oktober 2020).

Alhasil jika dilihat dari sisi kunjungannya pompeo tentu memiliki maksud dan tujuan tertentu. Kunjungan pejabat AS ini bermaksud mendesak Indonesia berada di belakang AS dalam soal ketegangan Laut China Selatan dan perang dagang AS-China. Disaat yang sama China juga menempatkan Indonesia berada dipihaknya. Indonesia bagaikan gula yang direbutkan oleh semut. Indonesia sudah barang tentu menjadi bahan rebutan para negara adidaya. Sebab Indonesia memiliki kekayaan yang sangat luar biasa. Ketika negara adidaya mampu menggaet Indonesia, otomatis kebutuhan mereka dalam menghadapi persaingan dan menghidupi rakyatnya terpenuhi.

Sebab negara adidaya menggaet negara ini bukan untuk meraih kemajuan, keamanan dan ketentraman bersama melainkan memoroti kekayaan yang ada dalam negeri ini. Tidah hanya kekayaan, bahkan peraturan pun akan dibayang-bayangi oleh mereka. Mereka laksana ular yang meliliti mangsanya kemudian mematoknya, begitulah keadaan Indonesia ketika berada dalam sandera negara adidaya pada akhirnya akan terkulai. Karena tidak persahabatan dan perkawanan yang abadi dalam sistem kapitalisme. Yang ada adalah bagaimana bertahan dan mempertahankan sistem ini. Kunjungan yang dilakukan oleh petinggi negara adidaya ini juga merupakan cara untuk bertahan dan mempertahankan sistem yang mereka anut. Semakin banyak negara yang mereka sandera maka akan semakin tertancap kuat sistem yang mereka terapkan.

Selain soal isu pertahanan dan keamanan, isu sosial-politik, memanfaatkan kelompok umat juga dilakukan dalam kunjungan ini. Ini semata dilakukan untuk kepentingan AS.  Selain melakukan pertemuan bilateral dengan Menlu Retno, Pompeo akan hadir dalam forum gerakan pemuda Ansor. Dalam lawatannya ke Ansor, Pompeo akan membahas mengenai dialog agama dan peradaban (Republika.co.id, 22 Oktober 2020).

AS sangat rakus dan licik, tidak hanya menarik dukungan dari pemerintah Indonesia tetapi mereka berusaha mengait dukungan umat Islam melalui kelompok Islam. Ketika AS berhasil mencuci pemikiran umat Islam melalui kelompok tersebut. Tentu mereka berharap gambaran Islam akan berjalan sesuai dengan keinginan mereka. Sesuai setiran mereka, yaitu Islam hanya boleh diterapka ketika dalam melakukan ibadah mahda saja sedangkan tentang politik, kenegaraan, ekonomi, dll. Dijalankan sesuai arahan mereka dengan basis keuntungan. Oleh karena itu, akibat intervensi negara adidaya yang semakin yang bebas di negeri ini maka bukan hal yang mengagetkan lagi ketika kaum muslim merasa asing dengan ajaran agamanya (Islam). Padahal dalam Islam tidak hanya mengajarkan tentang ilmu mahda melainkan seluruh aspek terangkum semua dalam bentuk negara Khilafah.

Sebab, tanpa berbasis ideologi Islam, mustahil bisa menolak agenda adidaya. Juga umat Islam hanya menjadi korban politik belah bambu AS. Sebab hanya Islam yang wajib diterapkan dalam kehidupan mulai dari kehidupan yang bersifat pribadi hingga bernegara. Hal ini telah tercatat dalam tinta emas sejarah dunia bahwa Islam mampu memimpin 2/3 dunia selama 13 abad. 

Tercapainya keberhasilan memimpin dunia dalam kurun waktu yang lama tiada lain karena negara Islam menjalankan politik luar negerinya berdasarkan Islam. Akidah Islam dijadikan asas negara dan pilar dalam segala bentuk hubungan yang dijalankan oleh kaum muslim termasuk hubungan luar negeri. Dalam merajut hubungan luar negeri negara khilafah memiliki aturan yang tegas. Yakni ketika dengan negara kafir Mu’ahid yaitu negara kafir yang memiliki perjanjian dengan negara khilafah. Baik perjanjian perdagangan atau ekonomi, sains dan teknologi, atau hubungan diplomatik, dll. Khilafah memperlakukannya sesuai dengan butir-butir perjanjian yang telah disepakati. Artinya posisi negara Islam disini memiliki kekuatan sendiri tanpa dikte dari negara yang menjalin hubungan dengannya. 

Kemudian dengan negara yang tidak terikat perjanjian apapun, negara Khilafah bersikap waspada dan tidak dibolehkan membina hubungan diplomatik. Penduduknya dibolehkan memasuki wilayah negara khilafah dengan syarat memiliki paspor dan visa khusus untuk setiap perjalanannya. Sedangkan dengan negara yang melakukan konfrontasi dan peperangan  dengan negara khilafah, mereka diperlakukan sebagai kondisi dalam peperangan. Seluruh penduduknya tidak diperbolehkan memasuki negara khilafah, karena mereka adalah musuh.

Demikianlah ketika mengambil Islam sebagai asas negara. Hubungan dengan negara lain akan diatur sedemikian rupa. Sehingga tidak ada peluang negara Barat untuk melakukan hegemoni. Oleh karena itu, untuk menghentikan hegemoni dan melepas sandera negara adidaya (Barat) maka tidak ada cara lain selain menjadikan Islam sebagai asas negara dalam bingkai negara Khilafah.

Wallahu a’lam bishshawaab.

Post a Comment

Previous Post Next Post