Peringatan Maulid Nabi Penuh Hikmah


Oleh: Erik Sri Widayati, S.Si

Bulan Rabiul Awal menjadi bulan yang istimewa bagi kaum muslim. Di bulan ini kaum muslim memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. Manusia pilihan pembawa risalah mulia yang menunjuki manusia dari kegelapan menuju hidayah.

Sesungguhnya peringatan Maulid Nabi SAW seharusnya bukan sekadar kegiatan seremonial dan rutinitas tahunan yang akan berlalu begitu saja tanpa memberikan perubahan kepada umat Islam. Sepatutnya menjadi momen berharga dalam rangka menumbuhkan rasa cinta kepada Nabi. 

Adalah perhelatan Maulid Akbar yang diselenggarakan secara online, bertemakan Cinta Nabi Cinta Syariah bertepatan dengan tanggal 12 Rabiul Awal 1442 H. Menghadirkan narasumber Ustadz Ismail Yusanto (intelektual muslim), KH Rohmad S Labib (ulama) serta testimoni dari tokoh intelektual dan ulama, diantaranya DR. Ichsanuddin Noorsy, Prof. DR. Suteki, S.H., M. Hum., KH. Thoha Cholil (Pengasuh Ponpes Al Kholiliyah) dan KH. Najamudin Ramli (Wasekjen MUI).

Disampaikan KH. Rohmad S. Labib bahwa kecintaan kepada Nabi akan mendatangkan syafaatnya dan bersama-sama di dalam surga. Mencintai Allah dan Rasulullah harus diikuti dengan ketaatan kepada yang dicintai yaitu mengikuti syariat. Ketaatan pada syariah menujukkan besarnya keimanan seseorang.

Ustadz Ismail mengingatkan jika peraturan hidup mengacu pada manusia akan cenderung memihak pada kepentingan tertentu yang seringkali mendzolimi pihak lain. Idealnya peraturan berasal dari pihak yang tidak punya kepentingan pada manusia sehingga tidak condong pada kelompok tertentu. Itulah pentingnya mengapa harus mengambil aturan Allah Sang Maha Pencipta sebagai aturan hidup termasuk dalam bermasyarakat dan bernegara. Niscaya kedzoliman dan ketidakadilan akan hilang. Demikianlah Rasulullah Muhammad SAW mengajarkan.

Kepemimpinan Nabi Muhammad SAW diakui dunia bahkan oleh orang barat sekalipun sebagai pemimpin yang besar dan berpengaruh di dunia. Betapa hebatnya hingga diikuti oleh milyaran orang yang tak pernah berjumpa sebelumnya. Beliau melindungi pengikut dan kaumnya. Selain itu DR. Ichsanuddin Noorsy menyampaikan, pemikiran Rasulullah diwujudkan dalam tindakan beliau. Bukan omong kosong, ini adalah hal penting bagi seorang pemimpin. 

Sementara Prof. Suteki, menyampaikan jumlah kaum muslim Indonesia yang mayoritas harusnya mampu mewarnai peradaban Islam di negeri ini, tidak terpojokkan. Hukum hanya tajam ke bawah tapi tumpul ke atas. Terutama untuk pihak yang melakukan amar ma'ruf nahi munkar. Untuk itu cinta Nabi harus diwujudkan dengan melakukan dakwah dan memperjuangkan syariat dengan amar ma'ruf nahi munkar.

Saat ini telah terjadi penghinaan terhadap Rasulullah maka dengan momen maulid saatnya kaum muslim menunjukkan ghiroh keislamannya. Tidak hanya diam. Agar dunia tahu islam adalah ideologi. Seandainya khilafah itu ada pasti tidak akan ada penghina Nabi. Demikian KH. Thoha Cholil menyampaikan.

Sementara KH. Najamudin Ramli mengingatkan agar umat Islam Indonesia tegas terhadap pranata-pranata kezaliman yang ada di negeri ini. Mencintai Rasul dengan mempraktikkan yang diperintahkan, mengimplementasikan ajaran Islam. Jika ada yang belum terlaksana, InsyaaAllah suatu saat nanti akan terlaksana dengan terus mendakwahkannya.

Terdapat sesi pemutaran film pendek yang menjadi refleksi diri kita yang mengaku sebagai umat Rasulullah yang masih lalai dan sering mencampakkan risalah Rasulullah. Padahal kita berharap syafaat dan naungan Rasulullah di hari akhir. Ini menjadi saat yang tepat untuk membuktikan rasa cinta dengan menegakkan syariat dan menebar kedamaian sebagaimana yang telah dicontohkan.

Dan acara ditutup dengan doa yang mengharukan oleh K.H. Yasin Muthohar, memohon agar Allah segera menyatukan umat Islam di bawah naungan khilafah. Karena kita sudah rindu dengan sosok khalifah yang akan membela syariat dan membawa umat dari kegelapan pada cahaya Islam yang terang benderang.

Semoga kaum muslim dapat mengambil hikmah momen maulid Nabi dan bersemangat meneladani beliau dalam kehidupan dengan perjuangan menegakan syariat secara kaffah. []

Post a Comment

Previous Post Next Post