Cinta Nabi


Oleh: Citra 
(Owner Sweet Shaley Cookies) 

Bagaimana perasaan kita ketika orang yang paling kita cintai dilecehkan, dihina oleh seseorang? 

Pasti marah, sakit hati, kesal, geram. Salah apa sampai harus dilecehkan, dan dihina? 

Belum lama ini kita memperingati hari lahir manusia yang paling mulia, yang membawa cahaya bagi seluruh alam. Tidak akan berkurang sedikitpun kemuliaannya hingga akhir jaman. Seluruh umat manusia bahagia menyambut kelahiran Nabi Muhammad shallallahu’alaihi wasallam. 

Tapi hati terasa sakit karena kembali ada yang melecehkan beliau. Memajang karikatur sang kekasih Allah di depan kelas, mengolok olok dan mendiskriminasikan ajaran Allah yang diwahyukan kepada beliau. Dengan dalih kebebasan berpendapat hal ini kembali terjadi. Sungguh kemuliaan beliau tidak akan pernah berkurang sedikitpun dengan celaan manusia yang hina. 

Belum lagi melihat bendera Rasul yang dilecehkan, syariatnya dianggap sesat, ulama yang mengikuti ajaran nabi dipersekusi. 

Lisan yang basah karena berucap, "Aku cinta nabi" pun kembali termenung. Benarkah kita sudah benar-benar mencintai Nabi? Sudahkah kita menjalan kan syariatnya?Atau jangan jangan cinta kita palsu yang hanya di mulut saja? Apalagi masih memilih hukum mana yang akan saya terapkan dalam kehidupan.

Kita masih sibuk memilih syariat laksana memilih makanan di prasmanan. Jika suka akan di ambil dan yang tidak suka akan di tinggalkan.  Bukankah harusnya mencintai nabi dengan rasa ittiba kepada beliau? Mengikuti semua risalahnya tanpa pilih pilih. 

Beliau rela berkorban segalanya untuk kita, umatnya. Syariat Islam pun datang bukan hanya untuk kita yang beragama Islam melainkan menjadi Rahmat bagi seluruh alam. Ya, rahmah bagi non muslim juga. Sudah tercatat tinta kegemilangan sejarah penerapannya. Betapa harmonis muslim dan non muslim hidup berdampingan di dalam aturan Islam. 

Bahkan ketika diujung nyawa nya beliau masih memikirkan kita, umatnya. 

“Ya Allah dasyat nian sakaratul maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku” 

Kita terus dipikirkan bahkan ketika nafas terakhir baginda saw. 

Mari bebenah diri. Malu pada kanjeng nabi. Yang sangat menyayangi kita tapi kita banyak lalai mengingatnya, menjalankan sunnahnya, mencintai risalahnya. 

Semoga kita bisa betul-betul menjadi umat Rasul, yang mencintainya dengan sebenar-benar cinta. 
Allahumma sholli ‘ala Muhammad wa ‘ala ali Muhammad.

Wallahu’alam bishowab

Post a Comment

Previous Post Next Post