Qurban dan Pemenuhan Protein Hewani untuk Umat

Oleh : Riskiyah Agustina, STP 
(Teens Community Founder of Gensha Bekasi)

Berakhirnya hari tasyrik bukan akhir ibu-ibu ngurusin perdagingan qurban tahun ini. Walau kondisi ekonomi yang sulit karena pandemi covid 19 ternyata masih banyak orang-orang yang tetap melaksanakan qurban.

Di momen ini hampir semua orang kebanjiran stok daging qurban. Termasuk saya seorang ibu rumah tangga yang bahagia ngeliat melimpahnya daging di rumah sekaligus harus muter otak gimana harus memaintens daging “segambreng” ini. Walaupun sudah dibagi-bagi ternyata tetep masih banyak.

Berikut tips ala ibu rumahan gimana cara nyimpen daging qurban yang berlimpah ruah berdasarkan pengalaman 8 tahun nyemplung ke dunia persilatan dapur rumah tangga :
1. Karena freezer rumahan tidak begitu besar sehingga kalau disimpan pakai wadah storage box sudah pasti tidak muat. Maka caranya bisa simpan pakai kantong platik tapi better tetap simpan pakai storage box jika punya freezer yang gede. 

2. Pisahkan per bagian dagingnya yaitu daging halus-otot-iga-mix, pilah pilah sesuai kategori tersebut. Kenapa? Asli biar masaknya gampang, mengerti jenis daging yang harus diambil sesuai kebutuhan kita masak hari itu. Misal, bikin bakso berarti harus ambil daging halus, bikin kuah bakso ambil daging iga, bikin rendang ambil daging halus dan otot, dll. 

3. Dikemas juga per sekali masak biar daging ngga bolak balik thawing karena akan ngaruh banget ke kualitas dan kesegaran si daging. 

4. Pake plastiknya transparan biar ketahuan juga kualitas daging dari warnanya, jadi nanti tahu harus dahulukan masak yang dagingnya warna apa. Tapi ingat lagi bahwa better packingnya pakai storage box kalo memang punya freezer gede karena lebih aman secara umur simpan.

5. Sebaiknya juga jangan lupa untuk cuci daging sebelum di-preparation. Gampang dengan bilas, bersihin dan siangi lemak-lemaknya. Apalagi di kondisi covid seperti sekarang, walaupun yang motong-motong daging sudah menerapkan  standar protkes tapi tidak ada salahnya untuk melakukan dobel proteksi.

Oya, sudah pada tahu belum kalau daging qurban itu daging yang diberkahi, kenapa? Karena hewannya benar-benar disiapkan terbaik oleh shohibul qurban. Disembelih di waktu waktu mustajabnya doa. Disembelih dengan melafadzkan nama Allah subhanahuwata`ala dan kalimat-kalimat thoyibah lainnya. Jadi, kalau ada yang merasa tidak doyan makan daging qurban karena melihat proses pemotongannya atau karena berfikir daging ini untuk sedekah terus jadi ngerasa minder kalo ikut makan, beneran rugi! Sayang banget. Justru daging ini harus kita makan karena daging ini insya Allah terjamin halalan thoyiban-nya. Kita olah sendiri dan disuapkan ke anak-anak kita. Karena makanan yang diberkahi Allah subhanahuwata`ala bisa jadi wasilah mendapatkan anak-anak generasi sholih/sholihah.

Inilah salah satu cara bagaimana Islam menjamin akan kebutuhan protein hewani umatnya. Lewat momen Idul Adha, semua orang dapat merasakan kebahagiaan menikmati daging yang diberkahi. Salah satunya freezer di rumah penuh. Stok daging hingga 2 bulanan ke depan aman terpenuhi. Dengan begitu kebutuhan protein hewani untuk keluarga dan anak-anak dipastikan akan cukup. 

Namun, bukan ajaran Islam kalau yang dipikir hanya kebutuhan perut sendiri atau hanya keluarga sendiri. Seorang muslim harus peduli dengan saudara muslim lainnya.
Mari tengok data anak-anak Indonesia yang terkategori stunting hingga hari ini masih juga tinggi. Hasil riset studi status gizi balita Indonesia (SSGBI) 2019 mencatat bahwa jumlah balita stunting di Indonesia mencapai 27,67 persen. Artinya, 6.3 juta dari 23 juta balita di Indonesia mengidap masalah stunting. Jumlah ini melampaui nilai standar maksimal dari Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) sebesar 20 persen. Sekian tahun lamanya Indonesia dianggap sebagai negara yang berkontribusi besar terhadap masalah stunting dunia. Jika mengacu pada data 2013 saja, prevalensi stunting di Indonesia bahkan lebih tinggi daripada Myanmar (35%), Vietnam (23%), dan Thailand 16%. Tingginya kasus stunting ini memberikan implikasi negatif terhadap pembangunan di Indonesia. Stunting mengancam produktivitas sumber daya manusia, karena rentan diserang oleh pelbagai penyakit. (Detiknews,2020)

Persoalan qurban harusnya bukan sekedar momen berbagi umat yang kelebihan rizqi, tapi momen negara menyiapkan stok pangan terutama gizi protein hewani di seluruh wilayah. Belum meratanya daging qurban salah satu hal yang perlu diselesaikan negara. Belum lagi persoalan bagaimana orang-orang yang tidak punya freezer, terutama di momen berlimpahnya daging qurban. Termasuk daerah yang moda transportasinya masih sangat minim seperti di pelosok-pelosok daerah.

Islam telah menetapkan pembiayaan atas berbagai keperluan umat yang dibebankan kepada negara dari baitul mal. Dengan kas Baitul maal negara dapat membuat kebijakan distribusi hewan maupun daging qurban. Distribusi daging qurban tidak melulu berupa hewan yang masih hidup untuk disembelih di lokasi lain. Bisa juga sudah berupa daging karena terbatasnya waktu penyembelihan selama hari tasyrik. Penulis membayangkan betapa akan memudahkan distribusi daging qurban bila ada kebijakan pengadaan freezer umum atau freezer umat sebagai tempat menyimpan daging terutama di momen qurban agar bisa disimpan dan tetap awet terjaga kualitasnya. Selain itu pengadaan transportasi berpendingin juga membantu daging qurban umat Islam terdistribusi ke tempat tempat yang jauh. Sehingga cadangan protein hewani terdistribusi ke seluruh wilayah secara menyeluruh. 

Tidak ada di kemudian hari kasus anak-anak stunting yang hidup di “lumbung padi” karena semua kebutuhan vital berupa pangan benar-benar tercukupi dengan baik. Jadi jelas, krisis gizi lewat persoalan stunting yang terjadi saat ini bukan karena jumlah pangan kita tidak mencukupi kebutuhan manusia, melainkan karena sistem distribusi yang buruk, akibat penerapan sistem sekuler yang memisahkan urusan agama dengan tanggungjawab negara dalam hal ini.
Previous Post Next Post