KONSEKUENSI KEIMANAN ADALAH TAAT TERHADAP SYARIAT-NYA

Oleh :Sahiyah
Ibu Rumah Tangga

Umat Islam seantero dunia baru saja merayakan Hari Raya Idul Adha 10 Dzulhijah 1441H. Mereka merayakan bersama-sama, bukan sebagai bangsa Arab, Afrika, Eropa, Amerika, Australia maupun Asia. Akan tetapi sebagai satu umat yang diikat oleh akidah yang sama dan aturan yang sama pula.

Sayang, kesatuan sebagai umat ini hanya sesaat. Begitu selesai mengerjakan sholat Idul Adha dan berhaji, kesatuan itu pun sirna. Umat Islam pun kembali dihadapkan dengan persoalan yang sama, pertikaian, perselisihan, perpecahan, kemiskinan, pelanggaran hak-hak kemanusiaan, dan berbagai problematika lainnya yang begitu nyata di depan mata.

Pada Hari Raya Idul Adha ini biasanya kita diingatkan dengan peristiwa agung pengorbanan Nabi Ibrahim as. dalam menaati perintah Allah SWT untuk menyembelih putranya, Ismail as. Bagi Nabi Ibrahim as. Ismail adalah buah hati, harapan dan cintanya yang telah lama didambakan. Akan tetapi, ditengah rasa bahagia itu, Allah SWT memerintahkan untuk menyembelih putra kesayangannya itu.

Menghadapi peristiwa itu, Nabi Ibrahim mengedepankan kecintaannya yang tinggi dan ketaatan kepada Allah SWT. Ia menyingkirkan kecintaannya kepada selain-Nya, yaitu kecintaan kepada anak, harta dan dunia. Perintah untuk taat itu sangat berat, namun disambut oleh putranya dengan penuh kesabaran dan ketaatan.

Bagaimana membuktikan ketaatan kita saat ini? Kondisinya harus sama persis dalam artian ketaatan yang tidak memilah dan memilih terhadap berbagai perintah Allah. Baik yang dirasakan berat ataupun ringan. 
Wujud ketaatan kepada Allah SWT di saat tidak diterapkan seluruh hukum Allah adalah memperjuangkan agar tercapainya penerapan seluruh syariat Islam di seluruh aspek kehidupan, mulai dari individu, keluarga, ekonomi, pendidikan, politik hingga negara. Ketaatan total pada syariah secara kaffah/menyeluruh itu merupakan konsekuensi keimanan. Allah SWT berfirman yang artinya:

“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (TQS. Al-Baqarah, 2: 208)

Lalu bagaimana bisa ada orang yang mengaku dirinya Muslim mengimani keberadaan Allah SWT sebagai pencipta dan pengatur seluruh alam semesta ini tetapi memusuhi ajaran agamanya sendiri?
Islam adalah agama dari Allah SWT. Semua ajarannya benar, tidak ada yang perlu ditakuti, apalagi dianggap sebagai ancaman. Sebaliknya, ajaran Islam justru untuk memperbaiki kehidupan manusia. Itulah yang dipraktekkan Rasulullah SAW. 
Rasulullah hadir ditengah masyarakat dengan membawa Islam untuk menebarkan rahmat bagi semesta alam dan juga untuk menghancurkan tirani kedzaliman serta rezim kediktatoran manusia. Semestinya itu pula yang harus dilakukan umatnya.

Dalam kondisi sekarang, kaum Muslim juga wajib berjuang keras untuk melenyapkan sistem kufur yang membelenggu mereka, seperti kapitalisme, liberalisme, sekularisme, sosialisme, dan komunisme. Lalu kaum Muslim pun wajib mengganti semua itu dengan syariah Islam. Dengan syariah Islam ketentraman, kesejahteraan, dan perilaku manusia yang berakhlaqul karimah pun akan terwujud.

Kini saatnya kita menghimpun kekuatan demi mewujudkan diterapkannya syariah Islam sebagai rahmatan lil ‘alamin dalam naungan Khilafah Islamiyah.
Wallahu ‘alam bi asshawab.
Previous Post Next Post