Kepemimpinan Sekuler vs Kepemimpinan Islam

By : Ummu Aqil

Merebaknya keinginan untuk menjadi seorang pemimpin di era sekuler/kapitalisme hakikatnya hanya terfokus pada keselamatan diri, keluarga maupun golongan. Hal ini bukan menjadi rahasia umum lagi, karena sejatinya telah mewabah ditengah-tengah masyarakat.

Terungkapnya kalimat:
"Wong hidup gua buat pribadi dan golongan kelompok. Rakyat kan sudah kita bodohi oleh sistem propaganda yang kita belokkan kebenarannya."

Dengan disadari atau tidak oleh mereka namun kalimat tersebut telah menggores luka di hati rakyat. Dan sudah jelas tujuan dan keinginan mereka untuk menjadi pemimpin, tidak lain demi kepentingan pribadi maupun kelompok mereka.
(wordpress.com).

Kolerasi sistem pemerintahan, pemimpin ialah salah satu wakil rakyat dalam masyarakat yang mencalonkan untuk menjadi pemimpin, apakah melalui jalur independen atau jalur politik. Yang mana indikator utamanya janji manis yaitu untuk menjadikan negeri lebih baik, serta memberikan hak-hak serta jaminan kesejahteraan mencakup sandang, pangan, dan papan. Juga kesehatan, pendidikan dan segala hal yang mencakup kepentingan masyarakat.
(wordpress.com).

Namun, janji manis tersebut sering diselewengkan dengan direnggutnya hak-hak rakyat dengan dalih undang-undang yang diterapkan. Hal itu sudah menjadi kewajaran di dalam sistem sekuler kapitalis yang tidak ada peran agama dalam bernegara juga kemanfaatan yang menjadi tolok ukur perbuatan mereka. Sehingga tidak memandang lagi perbuatan tersebut sesuai dengan ketentuan agama ataukah tidak?

Sistem sekuler kapitalisme juga tidak terlepas dari propaganda. Yang mana propaganda berasal dari bahasa latin modern yang berarti mengembangkan atau memekarkan. Yaitu suatu rangkaian pesan yang bertujuan untuk mempengaruhi pendapat dan kelakuan masyarakat atau kelompok, negara atau bahkan dunia. Propaganda sendiri tidak menyampaikan kebenaran secara objektif. Namun memberikan informasi yang disesatkan atau diselewengkan dan dirancang dengan tujuan bisnis, politik dan bahkan penghancuran negara bahkan global yang berefek pada kelangsungan hidup manusia.

Propaganda hakikatnya mempengaruhi orang yang mendengar ataupun melihat dari media. Baik televisi, radio, website maupun orasi para pemimpin yang sesat, atau juga lebelisasi hak paten pemerintah, sehingga dapat berakibat dengan jurang kematian dan ancaman kehidupan, karena masyarakat yang terpengaruh dengan propaganda tersebut. Sehingga masyarakat yang menstimulasi informasi yang tidak valid akan salah dalam menjalani kehidupannya.

Menteri Propaganda Nazi, Josef Goebbels, pada zaman Hitler pernah mengatakan yaitu;
" Sebarkanlah kebohongan berulang-ulang kepada publik. Kebohongan yang diulang-ulang, akan membuat publik menjadi percaya."
(wordpress.com).

Sistem sekuler kapitalisme  yang memisahkan agama dan negara dan juga berdasarkan kemanfaatan belaka. Sehingga dari sistem sekuler kapitalisme lahirlah darinya empat kebebasan, yaitu:
-kebebasan berpendapat
-kebebasan kepemilikan
-kebebasan bertingkah laku
- dan kebebasan beraqidah/beragama.

Dari empat kebebasan tersebut lah cikal bakal lahirnya manusia yang tidak lagi memanusiakan manusia sesuai dengan fitrahnya. Karena peran agama yang tidak lagi mengatur kehidupan dan bernegara. Agama dianggap hanya sebatas ibadah ritual belaka. 

Kebebasan berpendapat maupun tiga kebebasan lainnya, hakikatnya ditujukan kepada para pengusung paham sekuler/Kapitalisme. 

Karena faktanya, banyak kontradiksi ketika kebebasan tersebut digaungkan oleh para pencari kebenaran dan keadilan. 

Dalam Islam kepemimpinan adalah suatu anugerah dari Allah, ketika menjalankannya sesuai dengan ketentuan agama. Namun ketika menyalahi amanah kepemimpinan, sesungguhnya ancaman siksa juga menanti. 

Dari Ma' qil bin Yasar ra. berkata, aku mendengar Rasulullah Saw bersabda:
" Tidaklah seorang hamba pun yang diberi amanah oleh Allah untuk memimpin bawahannya yang pada hari kematiannya masih berbuat curang atau menipu rakyatnya, melainkan Allah mengharamkan surga atasnya."
(Muttafaq alaih).

Walaupun tidak bisa sepenuhnya memimpin seperti yang pernah  diperbuat Rasul, setidaknya Rasulullah telah mengajarkan kepada umatnya bagaimana seharusnya seorang pemimpin dalam Islam
Sebagaimana firman Allah SWT yang tertuang dalam Al-Qur'an:

" Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
(QS. Al-Ahzab: 21).

Tentang kepemimpinan, Rasulullah Saw juga bersabda:
" Setiap kalian adalah pemimpin dan bertanggung jawab atas apa yang dipimpinnya. Seorang Pemimpin adalah pemimpin bagi rakyatnya dan bertanggungjawab atas mereka, seorang isteri adalah pemimpin dirumah suaminya dan dia bertanggungjawab atasnya. Seorang hamba sahaya adalah penjaga harta tuannya dan dia bertanggungjawab atasnya.
(HR. Bukhari).

Sebagaimana kriteria pemimpin menurut Islam adalah beriman dan beramal shaleh, memiliki niat yang lurus, tidak meminta jabatan, berpegang teguh pada hukum Allah. Memutuskan perkara dengan adil, tidak menerima hadiah, tegas dalam memimpin dan tidak bersifat lemah.

Pemimpin dalam Islam sangat menentukan terhadap perjalanan hidup umatnya. Dan menjadi salah satu pilar penting dalam kebangkitan umat. Dan sangat berbeda ketika kepemimpinan yang dikendalikan oleh sistem buatan manusia, yang justru banyak menyengsarakan.

Kepemimpinan yang diturunkan sesudah Rasulullah adalah sebuah kepemimpinan yang dipimpin oleh seorang Khalifah dengan tujuan mengemban kewajiban sebagai pemimpin untuk mengatur urusan umat yang fikrah dan thariqahnya sudah dicontohkan oleh Rasulullah ketika beliau masih ada diantara manusia. Aturan yang diterapkan  sesuai dengan Al-Qur'an dan Sunnah Rasul. Jadi bukan karena kemanfaatan apalagi pencitraan.

Penerapannya adalah untuk kemashlahatan masyarakat pada umumnya baik muslim maupun non-muslim yang hidup dalam sistem Islam. Seorang pemimpin haruslah memprioritaskan dirinya sebagai pelayan masyarakat dengan memberikan perhatian yang lebih kepada masyarakat dalam upaya mensejahterakan umatnya. Dan bukan malah mempergunakan kekuasaan dan jabatannya untuk mengeksploitasi sumber daya yang ada, demi kepentingan pribadi, keluarga dan golongan. Seperti yang banyak terjadi di sistem sekuler kapitalisme.

Islam tidak mengenal empat kebebasan sebagaimana yang terjadi di sistem sekuler kapitalisme apalagi propaganda yang jelas-jelas di haramkan dalam Islam. Namun kebebasan manusia selalu terikat dengan hukum Syara'.
Hal itu karena semata-mata berdasarkan perintah dan larangan Allah.

Karena sesungguhnya aturan yang diambil dari yang menciptakan alam semesta dan juga manusia dan makhluk yang lainnya, sehingga mengetahui segala apa yang tidak diketahui  segenap makhluk.

Sehingga kepemimpinan yang berdasarkan syariat Allah sajalah yang pantas diterapkan dimuka bumi. Selainnya hanya akan membawa keburukan bagi manusia yang mengambil dan menjalankannya.

Imam An-Nawawi dalam Syarah Shahih Muslim menyatakan:

Rasulullah Saw memerintahkan untuk mentaati Ulil Amri walaupun pada dirinya terdapat kekurangan tersebut selama dia memimpin dengan kitabullah. 

Para Ulama berkata,
" maksudnya selama dia berpegang teguh kepada Islam dan menyeru kepada Kitabullah Ta'ala walau bagaimanapun keadaan diri mereka, agama mereka dan akhlak mereka."
(Imam An-Nawawi).

Rasulullah Saw  juga pernah bersabda:
" Sebaik-baik pemimpin kalian adalah mereka mencintai kalian dan kalian mencintai mereka, mereka mendoakan kalian dan kalian mendoakan mereka. Dan seburuk-buruk pemimpin kalian adalah mereka yang membenci kalian dan kalian membenci mereka, mereka mengutuk kalian dan kalian mengutuk mereka.

Beliau ditanya," Wahai Rasulullah, tidakkah kita memerangi mereka?
Maka Beliau Saw bersabda, " Tidak, selagi mereka mendirikan sholat bersama kalian.
Jika kalian melihat dari pemimpin kalian sesuatu yang tidak baik maka bencilah tindakannya, dan jangan kalian melepas dari ketaatan kepada mereka."
(HR. Muslim).

Demikianlah kepemimpinan yang terbaik sejatinya yang berasal dari Allah dan Rasul-Nya. Sebagaimana yang telah ditentukan oleh  Syari'at-Nya. Semoga umat manusia lebih merindukan pemimpin sebagaimana yang pernah ada dalam sistem Islam.
Wallahu a'lam bish shawab.
Previous Post Next Post