KEMERDEKAAN SEMU

By: Watia Visionersa
Aktivis Kampus

Merdeka...! merdeka...! merdeka...!
Gegap gempita pekikan lantang kata “merdeka” bersinyalir serak basah dari kerongkongan anak negeri nusantara. Bulan Agustus tepatnya tanggal 17 menjadi event akbar mewarnai setiap pelosok negeri ini, dari kota hingga desa semua tak luput bersorak sorai. Mulai dari pemasangan umbul-umbul, lampu hias, pernak pernik dan lain sebagainya di siapkan guna menyemaraki hari kemerdekaan bangsa ini. Tak absen pula berbagai lomba kian menjadi ajang berebut hadiah dari panjat pinang, balap karung, gigit sendok, makan kerupuk dan tarik tambang serta bermacam lomba lainnya. 

Pantaskah kita bersorak merdeka?
Merdeka dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), yakni [bebas dari penghambaan, penjajahan dsb]. Artinya bebas dari penghambaan manusia kepada manusia, yang dimana kita hanyalah hakikatnya seorang hamba Allah swt. Yang harus tunduk dan patuh pada titah-Nya. Bukan diperhambakan oleh manusia. Merdeka dalam wacana, yakni bebas pula dari belengguh aturan tirani penjajah barat dan antek-anteknya. Naif sekali jika saat ini kita begitu bersorak merdeka! Bebas, mudah berekspresi, berpendapat, beragama dan bebas berkepemilikan. Kebebasan begitu dijamin hingga tak ayal bagi sesiapa saja untuk melakukan sesuatu yang dianggapnya mampu memuaskan dirinya, bahkan tak memikirkan kerugian bagi orang lain. 

Ternate, 03 Agustus 2020 tepatnya di kelurahan Kelapa Pendek, kelakukan Bocil (bocah cilik) bikin meresahkan dan mengundang amarah warga. Pasalnya bocil tersebut melakukan aksi mabuk lem, mabuk miras sampai main perempuan dan melakukan maksiat ditempat tersebut. Dari pengakuan salah satu warga yang muak dengan ulah para bocil namun, tidak membutuhkan waktu lama Polsek Ternate Selatan langsung menciduk para bocil tersebut.(Status Ternate 03/08/20). 

Fakta yang begitu menggigit di sistem saat ini, anak seharusnya menjadi manifestasi aset bagi kedua orang tuanya dengan menjadi anak sholeh dan sholihah berpendidikan agama yang baik, bermoral dan dapat memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar, dan utamanya pemuda itu sendiri adalah tonggak estafet peradaban. Jika generasi pemuda saat ini sudah biasa terdidik dengan hal-hal yang rusak, maka wajar jika saat ini moral dan adab kian tergerus, bahkan rasa takut dan malupun minggat jauh dari diri mereka. 

Semua ini tak berjalan sendiri, terjadi tanpa alasan yang dirancang. Melainkan semuanya telah di setting, tersistem dengan berbagai undang-undang yang telah dibuat oleh parlemen dan dengan berbagai kurikulum di PTN maupun PTS dan sekolah-sekolah semua itu merupakan ide para penjajah barat untuk selangkah demi selangkah menghancurkan generasi-generasi pemuda islam di berbagai negeri-negeri yang ada. Hidup untuk pemenuhan materi telah menjadi bola kristal di benak masyarakat. Sekolah ujung-ujungnya hanya berakhir pada pencarian pekerjaan, mampu menghasilkan uang dan hidup mapan. Tak hanya itu propagada akan kehidupan bebas ala barat juga di angin segarkan melalui berbagai media. Yah karna saat ini merekalah pemilik adidaya itu, jadi patutlah mereka memaksimalkan aksi manisnya dengan beribu iming-iming kehidupan bahagia ala barat dengan pemisahan agama dari kehidupan sehingga tak ada aturan yang mengikat mereka. 

Islam adalah agama rasional yang begitu paripurna. Islam senantiasa menghargai hak-hak setiap individu, memberikan hak manusia secara adil dengan tidak memandang ras, suku bangsa maupun agama dan memberikan manusia kebebasan tanpa merugikan diri sendiri terlebih orang lain. Kebebasan di dalam islam bukan berarti bebas yang semauya dilakukan atas keinginan manusia itu sendiri karna nafsunya. Melainkan islam memberikan wadah bagi siapa saja asal tetap dalam koridor syara. Olehnya di dalam islam kebutuhan pendidikan sangat diperhatikan dan merupakan hak dasar yang wajib dipenuhi oleh negara untuk setiap masyarakat di dalam negara tersebut, sehingga tidak akan pernah terlahir generasi-generasi peradaban yang miskin moral, dan fakir adab. Sejatinya pendidikan itu berbuah hasil yang baik bergantung pada perubahan pemikiran dan tujuan pendidikan itu sendiri.  Pendidikan dalam islam merupakan upaya sadar dan wujud eksistensi terstruktur serta sistemis untuk menyukseskan misi penciptaan manusia sebagai khalifah Allah di muka bumi, yang asasnya yakni akidah islam. 

Di masa khilafah islam telah banyak lahir generasi cemerlang yang tidak hanya sukses dan unggul dalam bidang saintek, mereka pun sukses menjadi ulama yang faqih fiddin. Keseimbangan ilmu ini karena islam dijadikan asas dan sistem yang mengatur dunia pendidikan. Sebutlah imam Syafi’i. Tak hanya ahli ushul fiqih, beliau juga fakih dalam ilmu astronomi. Ada juga Ibnu Khaldun,sebagai bapak historiografi, sosiologi dan ekonomi. Beliau juga hafal Al-quran sejak usia dini. Begitupun Ibnu Sina sang bapak kedokteran sekaligus ahli filsafat dan masih banyak lagi orang-orang hebat yang lahir dibawah sistem agung islam ini. 

Peristiwa yang terjadi pada generasi saat ini merupakan perwujudan dari prematurnya aturan yang diberlakukan oleh manusia. Bukan memerdekakan kita secara lahir dan batin, namun kita masih terus dibelengguh dan di jajah dari berbagai aspek sudut kehidupan. Kemerdekaan sekedar seremonial yang menghabiskan anggaran tetapi tidak pernah merubah nasib anak bangsa bertahun lamanya. Pendidikan dibawah asuhan kapitalisme sekuler telah nyata dan tampak mengaborsi fitrah manusia dan mengubur hidup-hidup akal sehat untuk menyuarakan haq dimana akal sehat para petinggi negara telah tergadaikan dengan bongkahan-bongkahan rupiah semata. 

Pandangan islam terhadap kemerdekaan hakiki adalah seperti yang disampaikan Rib’iy Ibn Amir, saat ia menghadap seorang diri pada Panglima Persia Rustum. “Kami diutus untuk mengeluarkan manusia yang dikehendaki-Nya, dari peribadatan sesama hamba menuju peribadatan kepada Allah semata. Membebaskan manusia dari sempitnya dunia menuju luasnya akhirat. Membebaskan manusia dari kedzoliman agama-agama menuju keadilan islam. [Ibn Katsir, Al Bidayah Wan Nihayah, 7/38]. 

Jadi makna merdeka ialah diterapkannya sistem aturan yang berasal dari Sang Al-Khaliq sekaligus Al-Mudabbir Allah swt. Yang mengatur manusia sesuai takaran porsinya. Dan di dalam tatanan aturan itu hanyalah hak Allah tanpa ada secuil campur tangan manusia. 
Wallahu’alam Bisyowab....
Previous Post Next Post