KONTEN SAMPAH DI TENGAH WABAH

Oleh : Dwi Suryati Ningsih, S.H 
(Guru dan Pemerhati Generasi)

Di tengah wabah Covid-19 saat ini hampir semua sektor ambruk. Penyebaran virus yang sedemikian cepat, hingga mencapai 14.000 kasus lebih sejak diumumkannya pertama kali pada 2 Maret 2020. Keadaan ini akhirnya menjadikan perekonomian negeri ini melemah. Jutaan karyawan di PHK dan dirumahkan serta angka kemiskinan meningkat. Akhirnya banyak masyarakat yang tidak mampu untuk memenuhi kebutuhan sehari-harinya, meski hanya untuk makan. Namun, ada juga sebagian masyarakat yang menggalang dana untuk membantu orang-orang yang membutuhkan.

Ditengah tingginya harapan masyarakat untuk memperoleh bantuan sekedar sembako untuk memenuhi hajat hidupnya. Namun sayangnya terdapat beberapa oknum yang dengan sengaja menipu. Mereka berjumlah tiga orang, yaitu Ferdinan Paleka (21), Aidil (21) dan Tubagus (20) yang ketiganya masih muda. Sejumlah orang menjadi korban dari konten yang mereka buat, yaitu prank memberikan ‘sembako’ sampah. Sembako tersebut berbentuk kardus mie instan yang berisi batu dan sampah. Hal itu tentu membuat warganet marah dengan ulah mereka.

Kapolrestabes Bandung Komisaris Besar Ulung Sampurna Jaya mengatakan, berdasarkan hasil pemeriksaan, pelaku membuat konten yang membuat warganet marah itu hanya untuk menambah pelanggan (subscriber) sehingga penghasilannya dari youtube bertambah. Atas kejadian tersebut, salah satu korbannya Dhani Rizky merasa malu, terhina dan terancam nama baiknya. Sehingga ia melaporkan ke polisi. Atas laporan tersebut, akhirnya Ferdian dkk ditangkap dan terancam hukuman 12 tahun penjara. (CNN Indonesia, 09/05/2020)
Sungguh miris keadaan generasi negeri saat ini. pemuda generasi bangsa yang seharusnya sibuk belajar menaikkan taraf berfikir diri mempersiapkan peradaban justru disibukkan dengan hal-hal sampah yang tak berfaedah. Sistem sekuler yang hanya memandang dari segi materi telah berhasil membutakan tujuan dan membuat lupa kewajiban seorang hamba. Akhirnya mereka memandang hanya materilah satu-satunya tujuan dan standar sukses tidaknya seseorang.

Di tengah wabah saat ini seharusnya seseorang berfikir untuk dapat membantu masyarakat yang membutuhkan. Terlebih saat ini adalah bulan Ramadhan dimana umat Muslim berlomba-lomba melakukan kebaikan karena pahala dilipat gandakan.  Namun yang dilakukan sejumlah pemuda tersebut justru sebaliknya. Malah mencerminkan betapa rendahnya moral yang mereka miliki. Pendidikan di negeri ini memiliki PR besar dan masih jauh dari kata berhasil untuk mencetak generasi yang bermoral dan berkarakter.

Masa muda adalah masa keemasan yang menentukan masa depan kita nantinya. Ketika masa muda diisi dengan hal-hal yang berfaedah, tentu menghasilkan sesuatu yang berfaedah pula. Begitu pula sebaliknya, ketika masa muda diisi dengan hal-hal sampah, maka akan menghasilkan sampah pula. Islam senatiasa memerintahkan kepada seluruh umat muslim agar selalu taat kepada perintah Allah SWT dan Rasulullah-Nya. Sejarah mencatat bahwa dalam masa keemasannya, Islam banyak mecetak pemuda-pemuda yang harum namanya karena memuliakan Islam. Kisah Muhammad Al-Fatih yang hidup saat  menaklukkan Konstantinopel adalah salah satu pemuda yang seharusnya dijadikan contoh bagi kehidupan anak muda saat ini. Ia dapat menaklukkan Konstantinopel di usianya yang ke 21 tahun.

Belajar dari hal di atas, pemuda muslim seharusnya sadar betapa beratnya beban yang ada di pundak mereka. Menjaga agama, kemajuan negara dan umat berada di tangan mereka. Maka sudah seharusnya pemuda-pemuda generasi milenial ini menjadi pemuda yang menyibukkan diri dalam ketaatan. Dengan memperdalam akidah dan ilmu-ilmu keislaman. Tak hanya itu, negara juga harus mempersiapkan generasi yang dapat berfikir cemerlang jauh dari perilaku sampah untuk mencetak generasi terbaik mendatang.

Post a Comment

Previous Post Next Post