Kebutuhan Pokok Rakyat ditanggung Kala Wabah melanda

Oleh : Fatmawati Thamrin 
(pemerhati masalah social)

Pemberian bantuan sembako pada warga tak mampu, non penerima PKH maupun BPNT di Kabupaten Kutai Timur (Kutim), Kalimantan Timur masih terus berlanjut. Angka usulan dari masing-masing RT, terutama di Kecamatan Sangatta Utara dan Sangatta Selatan, masih terus bergerak naik. Bupati Kutim Ir H Ismunandar MT mengatakan saat ini yang sudah terverifikasi, jumlahnya 18.000 keluarga. Dari sebelumnya ada 14.000 keluarga.

Sudah naik 4.000 keluarga dan diprediksi kenaikan masih terus terjadi. Pembagian bantuan bagi warga terdampak Covid-19, sudah ada peruntukkannya. Yaitu, mereka yang bukan penerima bantuan PKH dan BPNT dan bukan pekerja tetap.

Tapi mereka adalah pedagang kaki lima, penyapu jalan, dan lainnya, yang langsung merasakan dampak atas kebijakan akibat Covid-19. “Memang banyak, terutama pedagang yang kalau dilihat KTP–nya bukan warga Kutim. Namun, mereka juga warga negara Indonesia. Jadi tetap kita kasih. Karena mereka juga datang ke Kutim untuk mengais rejeki. Termasuk buruh yang dipekerjakan lepas dan diliburkan saat kondisi ini,” ujar Ismunandar.

Alokasi sembako bagi warga terdampak Covid-19, sudah mulai mengalir ke masing-masing kecamatan. Tim Dinas Sosial bekerja sama dengan pihak desa dan RT setempat membagikan sembako dari rumah ke rumah. Agar tidak terjadi kerumunan massa. (TRIBUNKALTIM.CO 6/4/2020)

Nantinya, tim gugus tugas yang telah terbentuk akan bekerja mendatangi satu per satu rumah warga dalam menyalurkan bantuan secara door to door. Jumlahnya ada 200 personil.
Pertumbuhan penduduk di Kutim sangat tinggi bukan karena angka kelahiran, namun lantaran migrasi dari luar. Maklum saja, Kutim memiliki sumber daya alam (SDA) yang cukup besar. Di sektor pertambangan dan pertanian dalam arti luas. Sehingga menarik minat pencari kerja maupun investor.

BPS baru saja merilis angka kemiskinan untuk kondisi Maret 2018. Jumlah penduduk miskin di Kalimantan Timur secara persentase mengalami penurunan sebesar 0,05 persen, dari 6,08 persen pada September 2017 menjadi 6,03 persen pada Maret 2018, namun secara absolut jumlah penduduk miskin di Provinsi Kalimantan Timur bertambah menjadi 218,90 ribu jiwa pada Maret 2018 yang pada September 2017 berjumlah 218,67 ribu jiwa.(kutimkab.bps.go.id)

Dengan jumlah penduduk miskin 218,67 ribu jiwa dengan memilih yang kepada masyarakat miskin yang tidak menerima bantuan Program Keluarga Harapan (PKH) dan Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT). Yang diberikan sangat minim, dengan diminta stay dirumah tentu pendapatan tidak ada, kalaupun bekerja bagi wirausaha sekarang sudah mulai sepi.

Sendangkan SDA yang dimiliki Kutim cukup besar dapat mengisi Kas daerah, untuk dapat menaggung kebutuhan masyarakat. Namun tak semudah itu karna SDA ini sudah di investasikn yang akibat dari UU yg menguntungkan insvestor, sehingga rakyat hanya tinggal gigit jari.

Pemda bergerak tanpa pemimpin
Indonesia Saat ini indonesia seperti negara tanpa pemimpin, pemda harus berusaha sendiri bagaimana menyelamatkan mayarakatnya.
Seharusnya Kepala Negara bertindak sebagai negarawan dan penanggung jawab penuh atas rakyatnya. Prioritasnya adalah keselamatan rakyat, dengan segala kebutuhannya. Mulai dari menetapkan perintah pengaman untuk individu dan masyarakat, penyediaan kebutuhan pokok saat di landa wabah. Bukan malah membuat keputusan yang seakan-akan melindungi tapi pada faktanya melepaskan tanggung jawab. 
Langkah pemerintah pusat hari ini yang berubah-ubah rencana dalam menghadapi pandemi Covid-19, membuka topeng potret yang sebenarnya sosok penguasa dalam peradaban sekuler, Negara Demokrasi.
Sikap penguasa kental sekali dengan perhitungan-perhitungan ekonomi ketika dihadapkan pada kondisi harus melayani rakyatnya tanpa pamrih. Kehilangan nyawa rakyatnya atau mengedepankan pertimbangan ekonomi, yang itu pun belum pasti. 
Sikap penguasa yang terlihat enggan menutup akses interaksi dengan Negara Cina sebagai negara sumber wabah, menutup akses dari dan ke Jakarta sebagai episentrum wabah di dalam negeri, menyiratkan kesan seakan penguasa lebih memilih kehilangan nyawa rakyatnya.
Kemudian menyerahkan kepada pemda untuk menyelesaikan dampak covid-19 di daerah masing-masing. Negara ini sudah darurat kepemimpinan, sistem kapitalis yang diusung tidak mampu mendorong kepemimpinan yang diharapkan.

Pemimpin dalam Islam menjadi penjaga untuk rakyatnya
Islam adalah agama yang paripurna, mengatur seluruh aspek kehidupan termasuk di dalamnya masalah kepemimpinan negara. Khalifah sebagai pemimpin yang bertanggung jawab begitu besar dalam mengurusi urusan umat. Rasulullah Saw. bersabda:

“Imam (Khalifah) adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggung jawab atas pengurusan rakyatnya” (HR al-Bukhari).

Kondisi kesulitan ekonomi yang dirasakan masyarakat saat ini tidak akan kita temukan ketika sistem islam ini yang digunakan. Dan ini sudah terbukti dimasa khilafaan Umar bin khatab. 
Khalifah Umar ra. langsung memerintahkan untuk membuat posko-posko bantuan. Diriwayatkan dari Aslam: Pada tahun kelabu (masa krisis), bangsa Arab dari berbagai penjuru datang ke Madinah. Khalifah Umar ra. menugaskan beberapa orang (jajarannya) untuk menangani mereka. Suatu malam, saya mendengar beliau berkata, “Hitunglah jumlah orang yang makan malam bersama kita.”

Khalifah Umar ra. memberi makanan kepada orang-orang badui dari Dar ad-Daqiq, sebuah lembaga perekonomian yang berada pada masa pemerintahan Umar. Lembaga ini bertugas membagi tepung, mentega, kurma, dan anggur yang berada di gudang kepada orang-orang yang datang ke Madinah sebelum bantuan dari Mesir, Syam dan Irak datang.

Dar ad-Daqiq kian diperbesar agar bisa membagi makanan kepada puluhan ribu orang yang datang ke Madinah selama sembilan bulan, sebelum hujan tiba dan memberi penghidupan.
Musibah yang melanda, juga membuat Khalifah semakin mendekatkan diri kepada Allah, meminta pertolongan Allah subhanahu wa ta’ala Pemilik alam seisinya.

Khalifah juga langsung memimpin tawbat[an] nasûhâ. Bisa jadi bencana/krisis yang ada akibat kesalahan-kesalahan atau dosa yang telah dilakukan oleh Khalifah dan atau masyarakatnya. Khalifah menyerukan tobat. Meminta ampun kepada Allah agar bencana segera berlalu.

Kepada rakyatnya yang datang karena membutuhkan makanan, segera dipenuhi. Yang tidak dapat mendatangi Khalifah, bahan makanan diantar ke rumahnya, beberapa bulan sepanjang masa musibah. Salah satunya di ceritakan Malik bin Aus (berasal dari Bani Nashr) juga menceritakan bagaimana sepak terjang Khalifah Umar ra. dalam menangani krisis ini.

Tatkala menghadapi situasi sulit, Khalifah Umar bin Khaththab meminta bantuan ke wilayah atau daerah bagian Kekhilafahan Islam yang kaya dan mampu memberi bantuan.

Gubernur Mesir, Amru bin al-Ash mengirim seribu unta yang membawa tepung melalui jalan darat dan mengirim dua puluh perahu yang membawa tepung dan minyak melalui jalur laut serta mengirim lima ribu pakaian kepada Khalifah Umar.

Fragmen di atas menunjukkan kesigapan pemimpin kaum Muslim dalam menyelesaikan krisis; ketika mendapati pemerintah pusat sudah tidak mampu lagi menutupi semua kebutuhan dalam rangka menyelesaikan krisis.

Pemerintah pusat langsung memobilisasi daerah-daerah wilayah Kekhilafahan Islam yang kaya dan mampu untuk membantu menyelesaikan krisis tersebut. Khalifah Umar langsung mengirim surat dan utusan langsung untuk mengurusi hal ini, agar bantuan segera terkondisikan dan disiapkan.

Ini memberi gambaran kepada kita bahwa bantuan untuk orang per orang yang tertimpa krisis jumlahnya sangatlah banyak, berlebih bahkan cukup hingga mereka mampu bekerja sendiri mencari rezeki. Para korban krisis diceritakan mendapat batuan sebanyak apa yang dibawa oleh satu unta.

Sedangkan proyek-proyek mercusuar infrastruktur indonesia saat ini dengan jumlah triliun rupiah. keuangan negara itu bisa untuk memenuhi kebutuhan dasar rakyat di kala mereka sangat membutuhkan. Sebetulnya tersedia, lalu alasan apa lagi yang membuat langkah itu tidak segera dilakukan?

Semua ini membukakan mata hati dan pikiran umat bahwa penguasa Negara Demokrasi memang tidak akan pernah tulus menyayangi rakyatnya. Konsep Format Negara Demokrasi gagal memunculkan sosok penguasa yang seperti itu. 

Wallahu’alam

Post a Comment

Previous Post Next Post