Islam Anti Stunting


By: Abu Mush'ab Al Fatih Bala
(Pemerhati Politik Asal NTT)

Indonesia negeri kaya raya bukan saja dihantam dengan berbagai skandal korupsi mega trilyunan tetapi juga tingginya kasus bayi stunting. Kasus stunting atau gizi buruk merata di semua provinsi di Indonesia dengan tingkat prevalensi yang berbeda-beda. Kasus stunting berbahaya bagi masa depan negeri karena menghambat pertumbuhan generasi penerus.

Biasanya kasus ini mengikuti tingkat kemajuan suatu daerah. Berdasarkan data riset kesehatan dasar (Riskedas) 2019, angka stunting di Indonesia mencapai 30,8 % dari total bayi seluruh Indonesia (tertinggi di antara negara-negara G20). Artinya setiap ada tiga bayi, satu nya pasti stunting (gizi buruk).

Ini lah bencana nasional. Angka akut ini berada di atas standar WHO yang tidak boleh melampaui angka 20%.

Daerah terendah angka stunting adalah DKI Jakarta sebesar 17% dan tertinggi di NTT sebesar 42,6 %. Permasalahan stunting menurut beberapa pihak disebabkan oleh buruknya pola asuh orang tua yang tidak memperhatikan asupan gizi dan tingginya angka kemiskinan.

Khusus NTT, Dr.Ahmad Suryawan, Ketua Ikatan Dokter Anak di Jatim datang ke NTT untuk memberikan seminar tentang cara mengatasi Stunting. Seperti dilansir dari Pos Kupang, (12/02/2020) Ahmad menjelaskan tingginya angka Stunting di NTT bisa dicegah dengan 2 hal. Pertama dengan mengukur tinggi badan jika kurang harus segera diberi perawatan kesehatan. Kedua, pemberian ASI eksklusif selama 2 tahun dapat menggagalkan stunting pada bayi.

Lalu apa solusi Islam bagi masalah stunting? Islam hadir bukan saja sebagai agama ritual tetapi juga sebagai solusi bagi setiap problematika kehidupan.

Islam memandang masalah stunting bukan sekedar pola asupan gizi dan kemiskinan tetapi juga mengenai pemerataan kesejahteraan. Islam mewajibkan negara untuk memenuhi kebutuhan primer bagi setiap warga negaranya, yaitu Sandang, Pangan dan Papan (SPP). Tidak boleh ada warga yang miskin karena kelaparan, tidak mempunyai pakaian dan rumah yang layak tinggal apalagi memiliki bayi yang stunting.

Khalifah Umar bin Khattab ra memberikan contoh bagaimana seharusnya pemimpin negara memperhatikan umatnya. Beliau blusukan setiap malam untuk memantau kesejahteraan rakyatnya. Beliau pernah memanggul gandum untuk diberikan kepada rakyatnya yang kelaparan. Dana bagi rakyat diambil dari kas negara atau baitul mal.

Kebijakan Islam ini mencapai masa keemasannya pada zaman Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Pada saat itu tidak ditemui orang miskin yang kelaparan. Bahkan serigala bersahabat baik dengan domba. Serigala enggan memakan domba karena makanannya pun disediakan oleh negara.

Ini bisa dicontoh oleh Indonesia pada zaman modern ini. Masa boleh berbeda tetapi sistemnya sangat mantap. Indonesia bisa memperkaya kas negara jika serius mengelola kekayaan SDA, menindak tegas kasus korupsi, meningkatkan ekspor  dan mengurangi impor dan kebijakan politis lainnya yang pro rakyat.

Keuntungan yang didapatkan bisa digunakan untuk melakukan pengentasan stunting (gizi buruk) plus biaya pendidikan dan kesehatan yang gratis bagi semua warga negara. Negara akan memberikan makanan gizi tinggi kepada bayi-bayi stunting bukan saja di Jakarta tetapi juga ke seluruh provinsi yang ada bayi stuntingnya. Serta meningkatkan pendidikan kesehatan di seluruh daerah.

Ini salahsatu teknisnya. Selain itu, negara dengan dana yang tinggi bisa melakukan penyuburan daerah-daerah miskin yang tertinggal. Misalnya dengan mengadopsi  teknologi yang menyuburkan tanah atau membuat hujan buatan di tempat yang curah hujannya rendah atau kesulitan air.

Irak adalah contoh negara yang menyulap padang pasir menjadi ladang hijau. Mereka melakukan teknologi menanam lapisan plastik di bawah padang pasir sehingga air hujan bisa tertampung membentuk oase. Banyak pepohonan hijau tumbuh subur.

Islam juga akan memasang sistem sanitasi kota maupun desa yang bersih. Sebagai perbandingan kota Baghdad pada masa Khilafah Abbasiyah memiliki sanitasi terbersih untuk seluruh kota di dunia pada masanya.

Jika langkah-langkah ini dilakukan insyaAllah mutu kesehatan umat di negeri ini akan meningkat. Jika kesehatan baik semua punya peluang untuk mengakses pendidikan yang lebih baik. Negara bukan saja maju secara infrastruktur yang bebas utang dan riba tetapi juga maju dalam kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Sehingga keluarga pun sehat, Ayah semangat mencari nafkah, Ibu mendapat makanan yang bergizi dan halal, bayi mendapat ASI yang melimpah dan makanan yang halal 4 sehat 5 sempurna []

Bumi Allah SWT, 12 Februari 2020

#DenganPenaMembelahDunia
#SeranganPertamaKeRomaAdalahTulisan

Post a Comment

Previous Post Next Post