Tubuhku Auratku

Oleh : Dewi Rahayu Cahyaningrum
Komunitas Muslimah Rindu Jannah Jember

Di era zaman yang semakin modern, setiap muslimah memiliki kebebasan untuk menentukan hidupnya.

Bebas melakukan dan menjadi apapun termasuk dalam hal menutup aurat. 
Dari sebagian besar mereka, muslimah diberikan kebebasan dalam memilih yaitu menutup aurat atau tidak. Dan jikapun muslimah menutup aurat, mereka bisa dikatakan masih jauh dari kata sempurna. 

Sedangkan menutup aurat yang sesuai dengan tuntunan Rasulullah Saw adalah “WAJIB” dilakukan oleh setiap Muslimah, karena menutup aurat sama seperti ibadah-ibadah lainnya yaitu seperti sholat, puasa, zakat yang juga diwajibkan bagi setiap muslim, dan bukanlah kewajiban terpisah yang dikarenakan kondisi daerah tertentu seperti Arab dengan daerah lain.

Rasulullah juga memerintahkan setiap muslimah yang keluar rumah harus menggunakan jilbab, bahkan bila seorang Muslimah tidak memiliki maka sesama Muslimah harus meminjamkan jilbabnya. 

Kewajiban menutup aurat yang datangnya dari Allah SWT langsung kepada Rasulullah Saw berbanding terbalik dengan pernyataan ibu Sinta Nuriyah, istri Presiden RI ke 4 Abdurrahman Wahid atau lebih dikenal dengan nama Gus Dur.

Beliau mengatakan bahwa wanita “TIDAK WAJIB” untuk menutup aurat atau mengenakan jilbab karena selama ini beliau berusaha mengartikan ayat-ayat Al Quran secara kontekstual bukan tekstual dan dipengaruhi oleh adat budaya setempat, sehingga cara beliau berpikir mempengaruhi dalam pemahaman terhadap ayat-ayat Al Qur’an (tempo.co,16/1/2020).

Demikian juga dengan pernyataan putri Gus Dur, Inayah Wulandari Wahid mengatakan bahwa beliau tidak menutup aurat atau mengenakan jilbab karena belum mendapat hidayah dan almarhum Gus Dur tidak pernah memaksakan putrinya menutup aurat karena menutup aurat adalah budaya. Inayah juga mengutip contoh bahwa istri ulama terdahulu khususnya istri para kyai NU dan pejuang perempuan RA Kartini pun tidak menutup aurat secara sempurna (viva.co.id,16/1/2020).

Perintah menutup aurat ini bukan karena untuk menindas kaum wanita tetapi justru demi kebaikan dan keamanan wanita, karena banyaknya kasus pelecehan yang terjadi terhadap kaum wanita serta melindungi masyarakat dari akhlak tercela dan perilaku-perilaku hina.

Larangan membuka aurat sudah ditetapkan berdasarkan Al Qur’an dan Sunnah Nabi Saw. Dalam Al Qur’an Allah SWT berfirman :
“Hai Nabi, katakanlah kepada isteri-isterimu, anak-anak perempuanmu dan isteri-isteri orang mukmin: Hendaklah mereka mengulurkan jilbabnya ke seluruh tubuh mereka. Yang demikian itu supaya mereka lebih mudah untuk dikenal, karena itu mereka tidak diganggu. Dan Allah adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (QS. Al Ahzab : 59)

Menutup aurat yang sempurna adalah bukan yang masih terlihat lekuk tubuh. Menutup aurat yang sempurna adalah memakai pakaian yang digunakan didalam jilbab(baju), memakai jilbab(baju) keseluruh tubuh hingga menutupi kaki, kerudung(khimar) diulurkan sampai ke bawah dada, serta kaos kaki karena kaki kita adalah aurat.

Dan Allah SWT juga berfirman :
“Katakanlah kepada wanita yang beriman hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya, dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya, kecuali yang biasa tampak dari dirinya.” (QS an-Nur: 31)

Menurut Imam Ath-Thabari makna yang lebih tepat untuk “perhiasan yang biasa tampak” adalah muka dan telapak tangan. Keduanya bukan aurat dan boleh ditampakkan di kehidupan umum. 

Sedangkan menurut Imam an-Nasafi yang dimaksud perhiasan adalah tempat menaruh semua perhiasan yang digunakan oleh Muslimah untuk berhias, misalnya cincin, kalung, gelang dan sebagainya. Artinya “Janganlah kalian menampakkan anggota tubuh yang biasa digunakan untuk menaruh perhiasan kecuali yang biasa tampak yakni muka dan kedua telapak tangan.”

Sehingga perintah Allah SWT dan penerapan aturan Islam secara Kaffah untuk menutup aurat yang mempunyai misi penjagaan, perlindungan dan kemuliaan bagi setiap Muslimah harus ditanamkan dan dilaksanakan. Disinilah kesetiaan kita kepada Allah dan Rasulu-Nya diuji. Waktunya untuk membuktikan, kemana kita akan berpihak?   

Allahualam Bisshowab

Post a Comment

Previous Post Next Post