Hanya Dengan Solusi Islam Banjir dan Infrastruktur bisa di Tangggulangi

Oleh: Yanti Mursidah Lubis
Ibu Rumah Tangga

Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat Basuki Hadimuljono membantah banjir di beberapa wilayah Jabodetabek karena masifnya pembangunan infrastruktur tanpa mengindahkan lingkungan. Hal ini senada dengan Gubernur DKI Jakarta Anies Rasyid Baswedan yang tidak mau menyalahkan pembangunan infrastruktur. Basuki pun meyakini masifnya pembangunan infrastruktur tidak mengurangi daerah resapan air. Basuki pun memastikan pembangunan infrastruktur secara keseluruhan seperti misalnya jalan tol sudah memiliki kajian analisis mengenai dampak lingkungan (AMDAL).

Pembangunan insfrastruktur berupa pembangunan MRT, LRT, dan ruas jalan tol begitu masif dilakukan. Menurut Jokowi nantinya insfrastruktur akan terhubung dengan pusat – pusat kegiatan ekonomi rakyat. Baik UMKM maupun pertanian rakyat. Terbersit satu pertanyaan, apakah pembangunan insfrastruktur untuk kepentingan rakyat?

Untuk proyek tol yang sudah terwujud sepanjang 1245 km. Target 2019 dan 2020 sudah bisa dioperasikan. Tidak banyak rakyat yang menggunakannya. Menilik dari upaya peningkatan investasi yang dilakukan dengan 2 langkah yakni proyek insfrastruktur yang masif dan penyederhanaan birokrasi pembangunan dalam investasi.  Tujuannya adalah mempercepat pertumbuhan ekonomi. Dalam hal ini aktivitas industri akan ditingkatkan dengan jalan investasi. Sedangkan industri membutuhkan ketersediaan bahan baku. Dari sini bisa dimengerti kepentingan proyek insfrastruktur yang dihubungkan dengan sumber – sumber kegiatan ekonomi masyarakat. Lagi – lagi yang akan mampu bermain adalah para investor besar dan korporasi.

Demikianlah konsepsi ekonomi Kapitalisme. Meningkatkan pertumbuhan menjadi tujuan dari pembangunan ekonomi. Pemerataan ekonomi tidak menjadi perhatiannya. Aplikasinya di lapangan, rakyat diberikan kebebasan untuk bisa survive dalam medan persaingan ekonomi yang kejam. Yang bermodal besar dipandang sebagai katalisator pertumbuhan ekonomi bangsa.
Tidaklah mengherankan bila kebijakan ekonomi lebih berpihak kepada para pelaku investasi. Bahkan sektor – sektor yang menguasai hajat hidup bangsa pun dijual atas nama investasi.

Dalam sejarahnya, kekhilafahan Islam berpindah ibukota beberapa kali. Madinah, Kufah, Baghdad, Damaskus, dan Konstantinopel pernah menjadi ibukota sebuah keKhilafahan agung yang wilayahnya hampir 2/3 dunia. Dan semua itu tanpa utang.

Begitu juga pembangunan insfrastruktur digunakan pada hal-hal yang mendukung kebutuhan rakyat. Justru banyak rakyat yang saat ini mengeluhkan fasilitas jalan penghubung yang rusak dan pembuatan jembatan yang bisa menghubungkan desa dengan kota. Ini yang perlu diperbaiki. Sedangkan pembangunan jalan tol dan rel kereta disesuaikan dengan kebutuhan. Yang paling penting adalah untuk kepentingan pertahanan negara dan terurainya macet. Itupun memperhatikan keseimbangan alam sesuai tata ruang kota.

Sultan Abdul Hamid II pernah membuat jalur kereta api dalam rangka pertahanan negara dari serbuan negara kolonial saat itu. Tidak lantas pembuatan jalan tol dan kereta api semata untuk kepentingan investasi dan korporasi. Negara dalam mengelola SDA tidak mengundang investor dari pemodal dan korporasi. SDA itu sepenuhnya dikelola negara dan untuk sebesar – besar kemakmuran rakyat. SDA tidak untuk diprivatisasi dalam bentuk investasi. Tenaga ahli dan korporasi diposisikan negara dengan akad kerja. Dengan begitu, sepenuhnya hasil dari pengelolaan SDA dikelola negara untuk pembangunan. Di samping itu, pengelolaan sepenuhnya oleh negara tidak memberi peluang pemodal dan korporasi yang hanya mengejar keuntungan dalam mengelola SDA dengan menimbulkan kerusakan lingkungan dan bencana longsor serta banjir. Itulah beberapa cara Islam di dalam hal menanggulangi banjir ibukota dan pembangunan insfrastruktur yang ramah lingkungan. Tentunya kembali lagi kepada political will dari penguasa negeri ini untuk mengambil solusi Islam dalam setiap permasalahan, seraya meninggalkan solusi-solusi Kapitalisme yang justru hanya menimbulkan bencana dan kerusakan.

Wallahu’alam Bi Shawwab.

Post a Comment

Previous Post Next Post