Banjir Berulang, Buah Dari Pembangunan Kapitalistik

Oleh : Dewi Ummu Hafidz 
Ibu Rumah Tangga 
    
Bencana banjir yang melanda kawasan Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang dan Bekasi (Jabodetabek) pada momen pergantian tahun kemarin yang diakibatkan oleh derasnya hujan yang terjadi sejak Selasa sore 31 Desember 2019   sampai Rabu pagi 1 Januari 2020 menjadi banjir pertama dan terbesar di awal tahun 2020.

Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan menuturkan, berdasarkan laporan dari Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) derasnya hujan pada malam pergantian tahun ini terbilang paling ekstrem selama kurun waktu 24 tahun terakhir. Lebih lanjut, Anies menjelaskan bahwa dirinya tidak mau membuat alasan atau menyalahkan pihak manapun atas musibah banjir saat ini termasuk pembangunan infrastuktur yang sedang digenjot pemerintah saat ini." 

Kalau curah hujan tidak ada kaitannya dengan bangunan karena curah hujan datangnya dari atas toh, tapi pengendalian air yang sudah turun, disitu letak tantangannya," pungkasnya.

Bencana banjir yang terus berulang setiap tahunnya disejumlah wilayah Indonesia, termasuk di Jakarta selalu dianggap sebagai fenomena alam semata ketika musim hujan tiba, namun sebagai makhluk yang berpikir kita harus berusaha mengatasi permasalahan ini sampai ke akarnya. 

Dimulai dari mencari tahu sebab-sebab yang mengakibatkan banjir yang terus berulang. Selain curah hujan yang deras dimusim penghujan banjir juga disebabkan oleh ulah tangan manusianya sendiri yang tidak peduli terhadap kebersihan lingkungan, seperti diselokan sering ditemukan tumpukan sampah yang menggunung sehingga menghambat aliran air dan pembangun infrastuktur dan tata kota yang tidak menggunakan analisis dampak lingkungan (amdal).

Oleh karena itu, bencana banjir yang terus berulang jelas itu bukan faktor alam semata, melinkan masalah sistemik yang lahir dari sistem kapitalistik. Penerapan sistem kapitalisme oleh negara telah mengakibatkan berbagai kerusakan dimuka bumi ini. Untuk itu masalah banjir ini tidak bisa diselesaikan dengan hanya memperbaiki teknisnya saja, namun harus melakukan perbaikan secara keseluruhan yaitu dengan mengganti sistem kapitalisme dengan sistem Islam. 

Pada masa aturan Islam yaitu Khilafah dahulu, untuk mencegah banjir terjadi, negara Khilafah akan membangun bendungan-bendungan. Di Propinsi Khuzestan, daerah Iran Selatan misalnya masih berdiri kokoh bendungan-bendungan yang dibangun untuk kepentingan pencegahan banjir. Negara Khilafah juga akan melakukan pengerukan sungai-sungai agar tidak terjadi pendangkalan, selain itu Khilafah akan memberi sanksi pada masyarakat yang kedapatan mencemari atau mengotori sungai atau danau.

Itulah beberapa solusi yang dibuat oleh negara Khilafah Islamiyah dalam mengatasi masalah banjir dan itu tidak ada di negara kapitalis. Yang terakhir, musibah banjir ini harus menjadi pengingat bagi seluruh manusia khususnya para pemimpin negeri ini agar bertaubat kepada Allah SWT dan bersedia menerapkan sistem Islam kaffah dalam segala aspek kehidupan.
Wallahu’alam Bi Shawwab

Post a Comment

Previous Post Next Post