Abaikan Bahaya Corona, Demi Ekonomi

Oleh : Syanti Komala Dewi, A.Md.A.K

Beberapa hari terakhir  dunia digemparkan oleh virus yang bernama novel CoronaVirus (nCoV). Virus ini pertama kali ditemukan di China, tepatnya di kota Wuhan. Virus ini diduga berasal dari kelelawar dan ular, karena 60% penderita awal adalah orang-orang yang berkunjung ke pasar  hewan liar di Wuhan. Hingga artikel ini ditulis, Virus yang dapat menyebabkan pneumonia berat ini telah menginfeksi  7864 orang dan mengakibatkan 170 orang meninggal. (detik.News).

Demi mencegah penyebaran virus, pemerintah RRC mengisolasi penduduk kota Wuhan. Mereka tidak diizinkan keluar dari Wuhan. Namun agaknya langkah ini tidak serta merta menutup kemungkinan  tersebarnya virus Corona ke tempat lain. Terbukti dengan adanya penderita di wilayah lain di China dan bahkan di negara lain. Mereka adalah orang yang baru saja mengunjungi Wuhan ataupun wilayah china lainnya sebelum kota  Wuhan resmi diisolasi. Tercatat korban terkonfirmasi di 18 negara (kompas.com). 

Maka dari itu, untuk mencegah terjadinya pandemi Corona di luar China, beberapa negara melarang masuknya turis China ke negara mereka. Beberapa negara seperti  Korea Selatan, Malaysia,Taiwan, Kazakhstan dan Sri Lanka melarang turis china masuk ke negaranya. Selain itu, untuk mencegah warganya yang berada di China terinfeksi virus corona, beberapa negara seperti Rusia, Jerman dan Jepang mengevakuasi warganya dari China.

Namun agaknya, Indonesia mengambil langkah berbeda. Meskipun politisi PDIP, TB. Hasanuddin menyerukan agar pemerintah untuk sementara menutup masuknya warga asing asal China, namun hal berbeda diungkapkan oleh Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I, Bandara Soekarno-Hatta, dr. Anas Ma'aruf di Gedung Kemenkes, Kuningan, Jakarta Selatan pada Rabu (22/1/2020) malam.

"Kita tidak melakukan restriksi, pembatasan perjalanan orang, karena bisnis bisa merugi, ekonomi bisa berhenti,".

Sehingga meskipun khalayak ramai sudah mengetahui pandemi coronavirus di china, pemerintah tetap saja menerima turis china.

Demikian pula sikap pemerintah yang hingga saat ini belum  mengevakuasi WNI yang terjebak di Wuhan maupun yang masih berada di wilayah china lainnya. Ketika semua negara waspada dan melakukan tindakan pencegahan terhadap penyebaran Corona Virus, pemerintah Indonesia justru tidak segera mengambil tindakan pencegahan total dengan kebijakan travel warning atau larangan masuknya turis Cina
Sikap pemerintah yang demikian ternyata adalah perwujudan ideologi kapitalisme yang dianut. Hal ini tersirat dari pernyataan Kepala Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas I, Bandara Soekarno-Hatta, dr. Anas Ma'aruf.

Sikap seperti ini wajar Dalam ideologi kapitalisme. Ideologi buatan manusia yang banyak menimbulkan mafsadat ini hanya menjadikan untung rugi dalam penerapannya. Keselamatan rakyat tidak menjadi prioritas utama.

Sungguh bertolak belakang dengan Islam yang menjadikan kepentingan dan keselamatan rakyat sebagai prioritas utama. Sebagaimana hadits Rasulullah :

“Imam adalah raa’in (pengurus rakyat) dan ia bertanggungjawab atas pengurusan rakyatnya”.  (HR. Bukhari)

Maka semestinya pemimpin mengerahkan segala kemampuan yang ada untuk mengurusi rakyat. Yang dipikirkan adalah keselamatan rakyat. Bukan untung rugi layaknya perniagaan. Islam pun telah memberi solusi ketika terjadi wabah. Rasulullah bersabda :
“Jika kamu mendengar wabah di suatu wilayah, maka janganlah kalian memasukinya. Tapi jika terjadi wabah di tempat kamu berada, maka jangan kamu tinggalkan tempat itu” (HR. Bukhari).

Ya, isolasi adalah solusi tepat yang ditawarkan Islam untuk mencegah penyebaran virus. Karena, belum ada yang menemukan vaksin nCoV.
Semoga di kemudian hari, kita semakin menyadari. Betapa Islam telah memberikan solusi terbaik bagi kehidupan kita. Maka sudah semestinyalah menjadikan Islam sebagai pedoman hidup akan membawa kepada kesejahteraan dan keamanan.
Wallahu A'lam.

Post a Comment

Previous Post Next Post