Narasi Sesat Radikalisme Menyerang Islam

Oleh : Erni Ummu Hamzah 
Pemerhati Umat

Isu radikalisme masih menarik untuk diperbincangkan. Terlebih setelah ada wacana pergantian istilah dari radikalisme menjadi manipulator agama. Hal ini disampaikan oleh Presiden Jokowi dalam rapat terbatas di Istana Presiden, Jalan Merdeka Utara, Jakarta Pusat, Kamis (31/10/2019) lalu. “Apakah ada istilah lain yang bisa kita gunakan misalnya manipulator agama. Saya serahkan kepada Pak Menko Polhukam untuk mengkoordinasikan masalah ini,” tutur Jokowi dalam pertemuan tersebut. (detik news, 31/10/2019)

Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan, Mahfud MD, yang diperintahkan untuk mengkoordinasikan masalah ini mengatakan, “Istilah itu bukan istilah hukum, silakan yang mau pakai atau tidak pakai, tak perlu ditindaklanjuti secara resmi,” kata Mahfud kepada detik com, Kamis (14/11/019).

Hampir senada dengan Mahfud MD, Ketua Komisi Dakwah Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH. Cholil Nafis tidak setuju dengan usulan Jokowi tersebut.  “Saya melihat antara manipulator agama dan radikalisme itu dua hal yang berbeda. Manipulator itu orang yang tahu kebenaran kemudian dia memanipulasi, membohongi. Sementara radikalisme itu paham yang mendalam tentang sesuatu dan paham itu jadi ekstrem.” (detik.com, Kamis, 31/10/2019)

Apa yang dilakukan pemerintah kepada Islam dan kaum muslim saat ini, mengingatkan kita pada sebuah peristiwa sejarah perjalanan dakwah Rasul di Makkah. Dimana pada saat itu para pembesar Quraisy berkumpul di suatu tempat untuk membicarakan hal terkait julukan yang akan disematkan kepada Rasulullah dan ajaran Islam yang dibawanya. Mereka mencari kata yang tepat hingga sampai pada satu kesimpulan bahwa Rasulullah Muhammad saw. akan dijuluki si penyihir lewat kata-kata.

Tujuan mereka tidak lain hanya untuk menjegal dakwah Rasul. Mereka bertebaran di setiap sudut kota untuk menakut-nakuti manusia agar tidak menerima dakwah Rasul. Mereka menyampaikan bahwa ajaran Islam adalah sesat dan terlarang. Agama yang akan mencerai-beraikan persatuan, memisahkan orang tua dengan anaknya, memisahkan istri dari suaminya. Begitulah upaya kafir Quraisy untuk menghalangi manusia hidup dalam naungan Islam.

Kita lihat para penguasa di negeri ini yang mengulang sejarah dengan menapaki jejak langkah para pembesar Quraisy yang selalu menghalangi dakwah Rasul saw. Hal itu tampak dari kebijakan-kebijakan yang diambil oleh pemerintah. Misalnya, pencabutan BHP partai politik Islam HTI yang mengusung ide khilafah, mereduksi istilah syar’i tentang jihad, serta mengkriminalisasi ajaran Islam khilafah. Di samping itu, pemerintah juga mengusik kenyamanan kaum muslim yang bercadar, berjenggot dan celana cingkrang. Ditambah lagi dengan adanya kriminalisasi ulama, persekusi dan pembubaran pengajian. Semua itu menjadi bukti ketidaksukaan dan ketakutan  penguasa terhadap Islam.

Ketakutan dan kebencian terhadap kebangkitan Islam semakin tampak dari formasi kelima menteri yang mendapat tugas khusus untuk deradikalisasi. Kelima menteri yang diangkat Presiden Jokowi, yaitu Jenderal Fachrul Razi (Menteri Agama), Jenderal Tito Karnavian (Menteri Dalam Negeri), Tjahjo Kumolo (Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi), Mahfud MD (Menteri Koordinator Politik, Hukum dan Keamanan), dan Jenderal Prabowo Subianto (Menteri Pertahanan). Ini semua menjadi bukti keseriusan pemerintah untuk menghadang dakwah Islam kafah.

Kondisi umat yang penuh dengan fitnah seperti sekarang ini telah digambarkan dalam sebuah hadis. Dalam hadis itu dikatakan bahwa, kelak di akhir zaman akan ada sebuah kondisi dimana kebaikan akan dianggap sebuah kejahatan dan kejahatan akan dianggap sebuah kemakrufan.

Bagaimana Kaum Muslim Menyikapi Hal Ini

Rasulullah saw. adalah teladan terbaik setiap masa. Setiap sikap dan perilakunya adalah contoh bagi kita. Bagaimana seharusnya sikap seorang muslim ketika berada dalam kondisi yang penuh dengan fitnah seperti sekarang ini? Sikap Rasulullah dan kaum muslim ketika berada di kota Makkah menjadi contoh terbaik untuk diikuti oleh kaum muslim di abad ini.

Yang pertama adalah bersabar. Rasul ketika berada di Makkah tidak memerintahkan kaum muslim untuk mengangkat senjata dalam melawan kemungkaran. Beliau justru memerintahkan kaum muslim untuk bersabar dan terus membina para sahabat dengan Islam agar memiliki keyakinan yang penuh terhadap Islam dan siap untuk berkorban dalam membela agama Allah. Begitu pula dengan kaum muslim saat ini yang hidup dalam kubangan fitnah yang diciptakan oleh kaum penguasa. Kaum muslim harus bersabar menghadapi cobaan dan rida terhadap qada.
“Apakah kamu mengira bahwa kamu akan masuk surga, padahal belum datang kepadamu (cobaan) sebagaimana halnya orang-orang terdahulu sebelum kamu? Mereka ditimpa oleh malapetaka dan kesengsaraan, serta digoncangkan (dengan bermacam-macam cobaan) sehingga berkatalah Rasul dan orang-orang yang beriman bersamanya, “Bilakah datangnya pertolongan Allah?” Ingatlah, sesungguhnya pertolongan Allah itu amat dekat.” (TQS. Albaqarah (2): 214).
“Akan datang pada manusia suatu zaman dimana orang yang bersabar dalam agamanya bagaikan orang yang menggenggam bara api.” (HR. Attirmidzi, Altifan, hadis no 361).

Yang kedua, kaum muslim juga harus senantiasa memperkuat keyakinan dan pemahaman dengan mentadaburi Alquran. Di samping itu juga mengkaji tsaqofah Islam, mendatangi majelis-majelis ilmu dan berdiskusi dengan para ulama yang hanif. Kaum muslim juga harus bersatu dengan landasan akidah Islam, tetap berjamaah dan jangan bercerai-berai.
“Dan berpegang teguhlah kamu semua pada tali (agama) Allah seraya dengan berjamaah dan janganlah kamu bercerai-berai.” (QS. Ali ‘Imran (3): 208-209).
“Telah aku tinggalkan di tengah-tengah kalian dua hal, kalian tidak akan tersesat setelah kalian berpegang teguh pada keduanya, kitabullah dan sunahku.” (HR.Atthabrani).

Yang ketiga, tetap berdakwah di tengah-tengah masyarakat, menyadarkan masyarakat pentingnya penerapan Islam secara kafah dalam bingkai khilafah, serta membongkar setiap makar yang mendiskreditkan Islam dan kaum muslim. Meyakinkan umat bahwa hal yang sangat mendesak sekaligus menjadi solusi atas semua permasalahan kehidupan kita adalah diterapkannya Islam oleh negara, yang pelaksanaannya tentu saja harus sesuai dengan yang Rasul contohkan.

Yang keempat, menerapkan sistem politik Islam dalam kehidupan bernegara. Ketika Rasulullah saw. berhijrah ke Madinah, maka Rasul membangun sebuah institusi politik yang akan menjamin dan melindungi kaum muslim dan semua kabilah yang berada di bawah kekuasaannya. Maka dari situlah sebuah peradaban agung dimulai.

Penyelesaian atas permasalahan umat saat ini tidak bisa dipandang secara parsial, tetapi harus menyeluruh. Karena pada hakikatnya penyerangan terhadap Islam saat ini adalah skenario global negara Amerika beserta sekutunya. Mereka orang-orang kafir melupakan sekat-sekat nasionalisme yang mereka ciptakan sendiri. Mereka menyerang Islam dan kaum muslim seluruh dunia dengan jargon perang melawan teroris.

Untuk itu, persatuan kaum muslim di bawah panji Rasulullah yang dilandasi keimanan adalah langkah awal untuk melawan kemungkaran demi terciptanya ‘izzul Islam wal muslimin.
Wallaahu a’lam bishshawaab

Post a Comment

Previous Post Next Post