PELIHARA AYAM BUKAN SOLUSI BERANTAS STUNTING

Oleh : Dwi Sarni 
(aktivis Muslimah)

Istilah stunting naik pamor di masyarakat baru-baru ini. Iklan layanan masyarakat tentang stunting mulai muncul di televisi. Bahkan staf kepresidenan angkat bicara.

Dilansir dari  CNN Indonesia -- Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo mendukung usulan Kepala Staf Kepresidenan Moeldoko agar setiap keluarga memelihara satu ekor ayam untuk mencegah stunting.

Menurutnya, kebutuhan ayam nasional akan terpenuhi jika usulan itu terealisasinya.
"Saya kira ini kan pikiran yang bagus. Kalau kita harus punya ayam kurang satu orang satu ekor kan berarti ada 267 juta ayam. Terpenuhi itu," ujar Syahrul di Kantor PT Charoen Pokhpan Indonesia, Jakarta, Minggu (24/11).

Adapun realisasi, Syahrul menyampaikan pihaknya harus melakukan koordinasi dengan kementerian terkait. Setiap kebijakan di bidang pertanian, peternakan, dan perkebunan bukan tanggung jawab Kementan semata. 

Deputi Bidang Koordinasi Pangan dan Pertanian Kemenko Perekonomian Musdhalifah Machmud mengatakan usulan satu orang pelihara satu ayam adalah hal yang baik. Sebab, dia berkata masyarakat selama ini belum menganggap ayam sebagai kebutuhan yang penting bagi pertumbuhan. 

"Kita kan masih selalu mengutamakan beras. Jadi kalau makan beras apapun lauknya dianggap sukup karena kenyang," ujar Musdhalifah di Kantor PT CPI, Jakarta
"Padahal gizinya tidak berimbang. Itu yang menyebabkan kita masih stunting," ujarnya.

Tampaknya tim rezim kini setiap berwacana hanya asal bicara. Memang benar telur merupakan sumber protein yang tidak diragukan lagi. Memelihara satu ayam dalam satu rumah apakah mungkin akan memenuhi kebutuhan nutrisi keluarga? Apakah ayam itu akan hidup dan bertelur setiap hari? Sehingga dapat mencegah stunting?

*STUNTING dan PENCEGAHANNYA*

Stunting adalah gagal tumbuh dalam 1000 hari pertama kehidupan karena kekurangan nutrisi akut. Penderita stunting akan berperawakan pendek atau kerdil, dan ber IQ rendah. 1000 hari pertama kehidupan dimulai sejak dalam kandungan, masa menyusui dan Mpasi hingga dua tahun. Ini merupakan masa emas pertumbuhan, pada masa ini seorang anak mengalami pertambahan tinggi badan yang sangat signifikan.

Masalahnya adalah di Indonesia stunting tidak hanya dari kalangan ekonomi menengah kebawah namun juga dialami masyarakat menengah ke atas. Kesalahan dalam pemberian MPASI mulai dari 6 bulan adalah penyebab utamanya.

Mayoritas MPASI yang diberikan berupa pure buah dan sayur atau hanya bubur nasi putih dengan kuah sayur. Ini terjadi turun temurun entah di kota maupun di desa. Menurut penelitian ilmiah yang dilakukan oleh WHO komposisi mpasi harusnya mirip dengan komposisi ASI yaitu 35-55% karbohidrat,
35-60 lemak, 15-20 protein. Lalu ditambahkan buah atau sayur sedikit saja sebagai perkenalan pagi bayi. Lemak ini didapat dari minyak, santan atau keju. Orang Indonesia takut menggoreng dalam proses pengolahan karena khawatir bayi akan kolesterol padahal lemak justru sangat penting untuk perkembangan otak. Pemberian bubur nasi putih dengan kuah saja adalah kesalahan besar karena tidak mengandung protein hewani. Anak stunting  kekurangan asam amino esensial yang hanya didapat dari protein hewani seperti daging, ikan dan telur.
Kesimpulannya untuk mencegah stunting adalah dengan memenuhi nutrisi dengan gizi seimbang mulai dari ibu hamil, menyusui dan Mpasi. 

Jadi memelihara satu ayam dalam satu rumah tidak tepat sasaran, tidak cukup itu solusinya. Sepatutnya pemerintah tidak sekedar membuat gerakan nasional yang bertumpu pada masyarakat saja. Pemerintah perlu mengadakan seminar edukasi tentang keseimbangan gizi pada setiap kalangan masyarakat.
Negara harus menjamin nutrisi setiap anak dan menjamin ekonomi rakyat, sehingga setelah mendapat edukasi mereka dapat memenuhi kebutuhan nutrisi tersebut. Kebijakan yang dibuat harus mengupas kemiskinan yang ada. Yaitu dengan pengelolaan sumberdaya alam yang melimpah pada Negeri ini. Serta memaksimalkan layanan kebutuhan masyarakat dengan harga yang terjangkau.

Dengan bekal ilmu dari edukasi dan mudahnya mendapatkan bahan untuk memenuhi kebutuhan nutrisi maka tentu dapat mencegah gizi buruk dan stunting.

*Islam Meriayah Umat*
Dengan penerapan sistem Islam,Negara bertanggung jawab penuh dalam memenuhi kebutuhan dasar bagi setiap keluarga. 
Negara jugamenjamin asupan gizi bagi anak-anak. Sebab, mereka adalah generasi penerus yang harus terpenuhi kualitas pendidikan dan kesehatan mereka. 

Kisah indah kepemimpinan Khulafaur Rasyidin Umar bin Khattab yang bisa dijadikan teladan bagi para pemimpin saat ini. Suatu hari di saat  Umar bin khaththab menjadi seorang khalifah, sebagaimana malam-malam biasanya selalu ia berpatroli ke pemukiman warga memastikan rakyatnya tidak ada yang kelaparan, namun suatu malam ia dapati dari sebuah rumah rengekan anak yang menangis kelaparan, anak tersebut menunggu masakan ibunya yang tidak kunjung matang. Ternyata yang dimasak ibu tersebut adalah batu, sang ibu terus memasak batu mengelabui anaknya supaya anaknya segera tidur. Karena mereka tidak punya apapun untuk dimasak. Sang Amirul mukminin yang mendengarnya segera mengambil gandum dari Baitul mal, beliau memanggul karung gandum tersebut sendiri tanpa menyuruh ajudan. Beliau begitu takut, takut akan pertanggungjawabannya kepada Allah karena ada rakyanya yang kelaparan.

Masa kepemimpinan Umar bin Abdul Aziz tak kalah sukses dalam mengurus umat. Pemerintahannya membawa rakyat pada kesejahteraan, segala kebutuhan terpenuhi hingga setiap keluarga merasa cukup sampai-sampai tidak ada yang mau menerima zakat.

Post a Comment

Previous Post Next Post