Merindukan Penguasa Pembebas Palestina

Oleh : Jafisa 
(Aktifis Remaja Cilacap dan Penanggung Jawab Pena Muslimah Cilacap)

Palestina membara, berduka, merana untuk kesekian kalinya, namun tak ada satupun pembela. Luka itu terus menganga, air mata itu terus mengalir, kerinduan akan makna 'kemerdekaan' tak kunjung bersua. Selasa, 12 November 2019 Gaza kembali dihujani rudal dari Israel. Akibat serangan ini tercatat, 32 warga Palestina termasuk seorang bocah berusia 7 tahun, tewas akibat serangan udara Israel yang ditargetkan terhadap posisi militan Jihad Islam di wilayah. Dilansir Associated Press pada Kamis, 14 November 2019, jumlah korban tewas akibat gempuran udara Israel ke Gaza hingga kini mencapai 32 orang.Kementerian Kesehatan Gaza menyebut 16 korban tewas di antaranya merupakan anggota kelompok militan setempat.Disebutkan Kementerian Kesehatan Gaza bahwa korban tewas juga termasuk enam warga Palestina yang masih satu keluarga.

Israel melancarkan serangan udara yang menargetkan militan Jihad Islam di Gaza pada Jumat (15/11) waktu setempat, setelah kesepakatan gencatan senjata tercapai.

 Serangan udara Israel disebut merespons rentetan roket yang ditembakkan dari Gaza ke Israel juga setelah gencatan senjata disepakati.Seperti dilansir AFP, Jumat (15/11/2019), gencatan senjata yang disepakati antara Israel dan militan Islam Jihad mulai berlaku pada Kamis (14/11) pagi waktu setempat, usai pertempuran sengit berlangsung sejak Selasa (12/11) lalu yang dipicu gempuran udara Israel yang menewaskan komandan senior Jihad Islam.
Dalam pernyataan kepada wartawan, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) menyatakan bahwa serangan udara berlangsung semalam terhadap posisi militan Jihad Islam di Gaza. Jihad Islam merupakan kelompok militan Palestina di Gaza yang berpengaruh setelah Hamas.

Menurut militer Israel, serangan udara terbaru terhadap target Jihad Islam itu dilancarkan setelah lima roket ditembakkan ke wilayah Israel, dari wilayah Gaza pada Kamis (14/11) malam waktu setempat. Lima roket itu ditembakkan setelah kesepakatan gencatan senjata tercapai dengan Mesir sebagai mediator. Diklaim bahwa dua roket di antaranya berhasil ditembak jatuh oleh sistem pertahanan udara Israel. 

Konflik antara Palestina dengan Israel sudah terjadi puluhan tahun lamanya tanpa ada kesudahan. Sebelum Israel menjadi sebuah bangsa, mayoritas orang yang tinggal di wilayah itu adalah orang Palestina—orang Arab yang tinggal di tempat itu yang kemudian dikenal sebagai Palestina. 70 tahun lamanya Palestina membara.Pada tanggal 14 Mei 1948, Israel secara resmi dinyatakan sebagai negara, menandai negara Yahudi pertama selama lebih dari 2.000 tahun. Satu hari kemudian, perang pecah antara Israel dan lima negara Arab—Yordania, Irak, Suriah, Mesir dan Lebanon. Pada akhir konflik ini, yang dikenal sebagai Perang Arab-Israel 1948, Mesir diberi kekuasaan atas Jalur Gaza.
Jalur Gaza dipisahkan oleh Israel dari Yerusalem, yang memiliki makna religius dan budaya yang mendalam bagi Arab dan Yahudi, dengan Israel dan Palestina mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota Israel.Pada Mei 2018, ketegangan kembali muncul ketika Kedutaan Besar Amerika Serikat (AS) pindah ke Yerusalem.

 Menganggap ini sebagai sinyal dukungan Amerika untuk Jerusalem sebagai ibu kota Israel, rakyat Palestina menanggapi dengan demonstrasi di perbatasan Gaza-Israel, yang dihadapkan dengan pasukan Israel yang mengakibatkan kematian puluhan demonstran. Berikut adalah bagaimana konflik atas kepemilikan wilayah telah terjadi selama 70 tahun terakhir.

Bentangan tanah seluas 140 mil persegi yang terletak di sepanjang pantai Mediterania antara Mesir dan Israel, telah mengalami puluhan tahun demonstrasi, operasi militer, dan kekerasan ketika Israel dan Otoritas Palestina telah menegaskan hak untuk mengontrol daerah tersebut.Jalur Gaza dipisahkan oleh Israel dari Yerusalem, yang memiliki makna religius dan budaya yang mendalam bagi Arab dan Yahudi, dengan Israel dan Palestina mengklaim Yerusalem sebagai ibu kota negaranya.

Status politik wilayah Jalur Gaza dan Tepi Barat telah menjadi subyek negosiasi antara Israel dan PLO dan berbagai pernyataan dan resolusi oleh PBB. Sejak 1994, Otoritas Palestina (PA) yang otonom telah melakukan berbagai tingkat kontrol di sebagian besar wilayah, sebagai hasil dari Deklarasi Prinsip yang terkandung dalam Kesepakatan Oslo.Pemerintah Amerika Serikat menganggap Tepi Barat dan Gaza sebagai entitas tunggal untuk tujuan politik, ekonomi, hukum dan lainnya. Departemen Luar Negeri AS dan lembaga pemerintah AS lainnya, seperti USAID West Bank dan Gaza, telah ditugaskan dengan proyek-proyek di bidang demokrasi, pemerintahan, sumber daya, dan infrastruktur.Bagian dari misi USAID adalah untuk memberikan dukungan yang fleksibel dan terpisah untuk implementasi Quartet Road Map. Road Map tersebut adalah rencana yang didukung secara internasional yang menyerukan pembangunan progresif Negara Palestina yang layak di Tepi Barat dan Gaza.

Ambisi Yahudi menguasai Palestina secara terang-terangan dimulai pada 1892, sekelompok Yahudi Rusia mengajukan permohonan kepada Sultan Abdul Hamid II, untuk mendapatkan izin tinggal di Palestina. Permohonan itu dijawab Sultan Utsmani dengan tegas. Pemerintah Utsmaniyyah memberitahukan kepada segenap kaum Yahudi yang ingin hijrah ke Turki, bahwa mereka tidak akan diizinkan menetap di Palestina. Mendengar jawaban seperti itu kaum Yahudi terpukul berat, sehingga duta besar Amerika turut campur tangan.Theodor Hertzl, si Bapak Yahudi Dunia sekaligus penggagas berdirinya Negara Yahudi, pada 1896 memberanikan diri menemui Sultan Abdul Hamid II sambil meminta izin mendirikan gedung di Al-Quds. Permohonan itu dijawab Sultan dengan penolakan.Sejak saat itu kaum Yahudi dengan gerakan Zionismenya melancarkan gerakan untuk menumbangkan Sultan. Dengan menggunakan jargon-jargon "liberation", "freedom", dan sebagainya, mereka menyebut pemerintahan Abdul Hamid II sebagai "Hamidian Absolutism", dan sebagainya.

Karena gencarnya aktivitas Zionis Yahudi akhirnya pada 1900 Sultan Abdul Hamid II mengeluarkan keputusan pelarangan atas rombongan peziarah Yahudi di Palestina untuk tinggal di sana lebih dari tiga bulan, dan paspor Yahudi harus diserahkan kepada petugas khilafah terkait. Dan pada 1901 Sultan mengeluarkan keputusan mengharamkan penjualan tanah kepada Yahudi di Palestina. 

Pada 1902, Hertzl untuk kesekian kalinya menghadap Sultan Abdul Hamid II. Kedatangan Hertzl kali ini untuk menyogok sang penguasa kekhalifahan Islam tersebut.
Di antara sogokan yang disodorkan Hertzl adalah uang sebesar 150 juta poundsterling khusus untuk Sultan; membayar semua utang pemerintah Utsmaniyyah yang mencapai 33 juta poundsterling; membangun kapal induk untuk pemerintah dengan biaya 120 juta frank; memberi pinjaman lima juta poundsterling tanpa bunga; dan membangun Universitas Utsmaniyyah di Palestina. Namun sayang tawaran tersebut ditolak mentah-mentah oleh Sultan Abdul Hamid II yang menjabat sebagai Khalifah  (pemimpin) kala itu. Itulah gambaran sepak terjang Yahudi dalam menguasai tanah8 Palestina.Hari ini, Yahudi terus berusaha merampas tanah Palestina di jalur Gaza dengan berbagai macam cara. Namun belum berhasil sampai saat ini. Gencatan senjata yang mereka lakukan sungguh biadab karena korban dan tempat yang mereka serang adalah penduduk sipil dan anak-anak. 

Mereka melanggar HAM dan melakukan pelanggaran HAM kelas berat. Namun dunia ini seolah bungkam. Konflik Palestina seolah dipelihara, sehingga konflik ini akan terjadi ketika ada kepentingan menungganginya. 
Palestina adalah tanah 'usr (tanah yang dibebaskan). Jerusalem adalah kota suci bagi tiga agama besar di dunia –Islam, Yahudi, dan Kristen-. Karena latar belakang sejrah yang panjang, ratusan atau mungkin ribuan tahun, kota ini memiliki beberapa nama Jerusalem, al-Quds, Yerushaláyim, Aelia (Umar bin Khattba menyebut dengan nama ini dalam surat perjanjiannya), dll. semua nama tersebut mencirikan karakter dan warisan yang beragam. Kota ini juga merupakan tempat tinggal beberapa nabi, seperti: dari Nabi Sulaiman dan Nabi Daud hingga Nabi Isa ‘alahimussalam.

Di masa Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau pun pernah menginjakkan kaki di tanah para nabi ini. Dalam suatu perjalanan dari Mekah menuju Jerusalem, kemudian dari Jerusalem menuju Sidratul Muntaha, perjalanan ini kita kenal dengan peristiwa Isra’ dan Mi’raj. Jerusalem tidak pernah menjadi bagian dari negeri Islam di masa hidup Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, negeri penuh berkah tersebut baru masuk menjadi wilayah Islam pada masa Umar bin Khatab. Di wilayah Utara menuju area kekuasaan Bizantium. Umar mengirim pasukan yang terdiri dari jawara-jawara Arab seperti Khalid bin Walid dan Amr bin Ash menuju Kekaisaran Romawi Timur ini. Perang ini dikenal dengan perang Yarmuk, perang yang terjadi tahun 636 M. Perang ini merupakan pukulan telak bagi Bizantium, sejumlah kota di Suriah berhasil jatuh ke tangan umat Islam, termasuk kota utama Damaskus.

Kedatangan umat Islam ke daerah tersebut disambut dengan baik oleh penduduk lokal, baik Yahudi atau Kristen, termasuk aliran yang ortodok yang meyakini bahwa Yesus adalah Tuhan bukan hanya anak Tuhan. Mereka semua menyabut kehadiran dan era kepeminpinan Islam di wilayah mereka walaupun banyak perbedaan secara teologi. Pada tahun 637 M, pasukan Islam sudah mendekati wilayah Jerusalem. Saat itu Jerusalem dibawah tanggung jawab Uskup Sophronius sebagai perwakilan Bizantium dan kepala gereja Kristen Jerusalem. Ketika pasukan Islam di bawah kepemimpinan Khalid bin Walid dan Amr bin Ash mengepung kota suci tersebut Sophronius tetap menolak untuk menyerahkan Jerusalem kepada umat Islam kecuali jika Khalifah Umar bin Khattab yang datang langsung menerima penyerahan darinya tanpa terjadi pertumpahan darah. 

Ketika fakta sejarah menggambarkan dengan jelas bahwa sejatinya Palestina merupakan tanah haram milik kaum Muslim, maka haram bagi orang-orang kafir untuk menguasainya.

 Keteguhan warga Gaza Palestina dalam menjaga warisan Rasulullah SAW terbukti sampai hari ini. Perampasan tanah Palestina oleh Yahudi ini bukan dianggap sebagai kejahatan oleh dunia, justru didukung oleh dunia. Perampasan dan konflik ini akan terus terjadi tatkala manusia mengadopsi hukum jahiliyah seperti hari ini yang dikomndoi oleh Amerika, barat dan sekutunya. Hukum jahiliyah hari ini jelas tidak akan pernah berfihak pada Islam dan kaum Muslimin karena sejatinya hukum jahiliyah ini dibuat dan diterapkan untuk melenyapkan eksistensi Islam sebagai agama yang memiliki institusi paripurna. 

Institusi paripurna inilah yang akan menjamin setiap hak dan kebutuhan dasar manusia yang dikemas dalam berbagai jaminan. Meliputi jaminan eksistensi, kehormatan, jiwa, harta, kepemilikan, agama dan negara. Wal hasil manusia akan berfikir panjang untuk merampas, membunuh dan melakukan tindakan kejahatan lainya karena selain telah dijamin pemuasanya juga akan ada sanksi berat bagi siapa saja yang melanggarnya.

Terakhir, tidak ada jalan lain untuk membebaskan Palestina kecuali dengan mewujudkan kembali kepemimpinan umum Islam skala dunia. Hanya dengan kepemimpinan inilah Palestina dan Baitul Maqdis terjaga kehormatanya.  Berharap kepada sistem hari ini yang melahirkan para penguasa boneka ('umala) yang memipin demi kepentingan diri dan asing ibarat meminum air laut, bukan melegakan dahaga justru membuat dahaga kian meraja. 

Wallahu a’lam bish-shawab. [ ]

Post a Comment

Previous Post Next Post