Selamatkan Riau Dengan Sistem Pengelolaan Lahan dalam Islam

Oleh : Anggi Rahmi 
(Suara Muslimah Pemerhati Perempuan dan Generasi)

Aku masih berdiri disamping rimbun pohon sore ini. Menyaksikan kobaran api yang begitu ganas melahap ratusan  pohon bagai bangkai yang tak berdaya. Tak mampu teriak atau bahkan melawan. Pasrah dengan keadaan. Aku diam. Diam dalam derai jatuhnya kecewa. Pohon kita yang rimbun di hajar api. Gejolak api para kapitalis yang membabi buta tanpa belas kasihan dan akhirnya roboh juga. 

Asap Ancaman Nyata Bagi Riau
Kabar duka itu akhirnya tersebar melalui Republika.co.id- Berdasarkan data di laman BMKG, sejak Jumat pagi sekitar pukul 06.00WIB, ada sekitar 1.319 titik panas yang menjadi indikasi awal kebakaran di Pulau Sumatera. Kualitas udara di Provinsi Riau sudah dinyatakan berbahaya pada jumat (13/9) oleh Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG). Hal tersebut juga semakin mengganggu aktivitas warga, bahkan tidak sedikit yang mengeluh karena hal tersebut. Dilansir dari Kompas.Com (14/9) – bencana kabut asap membuat warga berbondong-bondong mengantri pengobatan gratis yang digelar di kepolisisan satuan lalu lintas (satlantas) polresta Pekan Baru pada Jumat (13/9/19). Kebanyakan warga yang datang mengeluhkan sesak napas, dan batuk pilek.

Detiknews (13/9)- Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK) Siti Nurbaya Bakar mengatakan 5 Perusahaan asing asal Singapura dan Malaysia disegel karena penyebab kebakaran hutan dan lahan (karhutla). Empat perusahaan berlokasi Kalimantan Barat (Kalbar), semetara 1 di perusahaan Riau.”Ada 4 PT Hutan Ketapang Industri (asal) Singapura di Ketapang, PT Sime indo Agro (asal) Malaysia di Sanggau, PT Sukses Karya Sawit asal malaysia di Ketapang, dan PT Rafi Kamajaya Abadi di Melawi ini yang disegel. Akibat ulah keserakahan 4 perusahaan ini membuat masyarakat harus menanggung bencana kabut asap yang sewaktu-waktu dapat membahayakan kesehatan mereka. Apa salah mereka? hingga kau hancurkan lestari hutanku. Sebagai penyejuk negeriku ketika polusi kota tak mampu lagi menahannya, disinilah tempat meredamnya. Sekarang kalian hancurkan tanpa belas kasihan. Kalian tertawa melihat kami yang wafat sebagai korban dari kebrutalan tangan-tangan kalian.

Karhutla Butuh Penanganan Serius dari Pemerintah 
Menanggapi hal tersebut sebuah ungkapan belasungkawa pun datang dari Kepala Staf Kepresidenan Jenderal TNI (Purn) Moeldoko turut berduka atas peristiwa karhutla. Mendadak jiwa spiritualnya muncul, kali ini beliau mempunyai keyakinan bahwa musibah datangnya dari Tuhan dan diperuntukkan untuk orang yang dipercayai dengan porsinya masing-masing. Moeldoko mengimbau masyarakat untuk tidak mengeluh dan terus berusaha menjalaninya dengan ikhlas. Mengutip dari, Gelora.co. Hanya itu kata dari kalian ikut berbela sungkawa. Ketika semua bangkai-bangkai mati perlahan karena asap. Ketika hutan kami kau hancurkan kau ratakan dengan tanah demi kepentingan perut-perut kalian. Bedebah-bedebah istana masih saja singgah berkeliaran menyebutkan “kami atas nama rakyat”. Bicaralah kepada orang-orang ynag bisa kau bohongi tapi tidak kepada kami. Tapi apa yang bisa kita lawan, apa yang bisa kami teriakan. Ketika kami melawan hanyalah jeruji-jeruji besi sudah mengahadang. Pasal-pasal karet kalian buat untuk kami mati perlahan. Suara kita terendam ketika sebuah ancaman menghadang.

Islam Hadir dengan Solusi Untuk Berantas Karhutla
Karhutla harus segera di akhiri tidak hanya berbahaya dan meninbulkan kerugian tetapi juga meneybabkan terjadinya fasad akibat sikap abai penguasa yang tidak lagi takut kepada ayat-ayat Allah. sebagaimana Allah berfirman dala Q.S  Ar-Ruum (40) : “Telah tampak kerusakan di darat dan di laut akibat ulah tangan manusia, Allah menghendaki agar manusia merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar). 
Sebagaiamana yang telah kita ketahui bahwa islam adalah agama yang pari purna memiliki solusi pasti bagi setiap permasalahan umatnya. Perihal karhutla pun juga ada pengaturannya dalam islam. sebagimana sabda Rasulullah Saw, “Manusia itu berserikat dalam tigahal yaitu, air, padang rumput, dan api”. (HR Abu Daud dan Ahmad). Dari hadist tersebut telah jelas bahwa negara dengan alasan apapun tidak dibenarkan memberikan hak istimewa atas pemanfaatan lahan gambut pada individu atau kelompok tertentu.

Sebagaimana ditegaskan Rasulullah melalui lisannya yang mulia, "Seorang pemimpin adalah bagaikan penggembala dan ia bertanggung jawab atas rakyatnya”. Maka tidaklah patut penguasa hari ini dijadikan pemimpin jika mereka hanya mampu menyatakan ungkapan belasungkawa atas setiap permasalahan yang terjadi. Karena rakyat membayar mereka sebagai pemberi kata ungkapan-ungkapan saja. Tetapi rakyat menginginkan kerja nyata mereka sebagai pengurus urusan umat.

Negara berfungsi sebagai pemelihara urusan rakyat (raa’in). Maka yang seharusnya bertanggung jawab dalam mengelola hutan dan lahan gambut adalah negara, sehingga hak setiap individu terjmain dalam memeproleh haknya atas kepemilikan umum tersebut. Selain itu negara juga berfungsi sebagai junnah (perisai) bagi hutan dan lahan gambut yang merupakan harta publik. Sehingga apapun agenda dari Barat untuk mengeksploitasinya akan segera dikaji dan ditindak oleh negara.

Tentu saja kita tidak sanggup lagi hidup berlama-lama di bawah rezim sekuler saat ini yang meletakkan kepentingannya dia atas urusan rakyat. Menggadaikan hajat hidup rakyat kepada asing-aseng. Bencana asap  akrhutla ini adalah bentuk kezaliman rezim yang kesekian kalinya menghampiri rakyat. Maka dari itu mari kita sama-sama benahi pengaturan negeri ini dengan islam yang hadir sebagai rahmat bagi seluruh alam.

Post a Comment

Previous Post Next Post