Menantu Pilihan (Part 4)

Penulis : Nelliya Ummu Zahra

Pandangan kami bertemu sesaat. Lalu segera kami memutuskan kontak mata diantara kami. Aku teringat firman Allah Swt, akan perintah_Nya untuk menjaga pandangan ini.

Allah Ta’ala berfirman:

وَقُلْ لِلْمُؤْمِنَاتِ يَغْضُضْنَ مِنْ أَبْصَارِهِنَّ وَيَحْفَظْنَ فُرُوجَهُنَّ

“Katakanlah kepada wanita yang beriman: Hendaklah mereka menahan pandangannya, dan memelihara kemaluannya” (QS. An Nuur: 31).

Lalu kulihat dia berlalu memasuki mushola. Akupun segera ketempat wudhu karena solat berjamaah di mushola akan segera dimulai.

"Assalamualaikum warohmatullahi wabarakatuh" kudengar Imam memberi salam.
Alhamdulillah solat asar telah selesai, aku dan adek-adek remaja tadi segera bersiap-siap untuk pulang. Mereka segera berpamitan kepadaku untuk pulang.

Akupun sedang bersiap untuk pulang ketika ku dengar lantunan kalam illahi nan merdu. Sejenak aku tertegun. Subhanallah sungguh indah kalam_Mu ya Illahi.

Tak ingin berlama-lama segera aku beranjak keluar untuk pulang. Tanpa sengaja mataku menangkap sosok yang tengah khusuk membaca kalam Allah.

Ternyata dialah pemilik suara merdu tadi. Iya, tak lain adalah mas Zainal. Lelaki yang kusebut namanya dalam sujud panjangku beberapa waktu ini. Berharap mendapatkan jawaban terbaik dari_Nya.

Segera kuredam gemuruh didada ini. Dengan beranjak meninggalkan mushola.

"Assalamualaikuam" sapaku ketika kulihat Bapak, ibu, dan kedua mas ku sedang duduk santai diruang tamu.

"Walaikumsalam" jawab mereka berbarengan.

"Sudah pulang nak? Gimana tadi ngisi kajiannya rame ndak?" Tanya ibu

" Alhamdulillah lancar dan Allah mudahkan bu. Yang datang kajian juga adek-adeknya semakin bertambah" jawabku sambil mencomot donat buatan ibu.

"Wah, semakin keren adek mas ne. Doa kan lancar ya nanti malam mas juga mau mengisi kajian bapak-bapak di Mushola menggantikan bapak yang kurang sehat" timpal mas Azzam. Beliau adalah anak tertua dikeluarga ini. Jarak usia kami terpaut 6 tahun. Mas Azzam memiliki kulit putih bersih, tubuh yang jangkung, dan tatapan yang teduh. Persis seperti tatapan ibu.

Sebelumnya Baca :
Menantu Pilihan (Part 1)
Menantu Pilihan (Part 2)
Menantu Pilihan (Part 3) 
"Alhamdulillah mas. Maryam senang bisa menyampaikan apa yang Maryam tahu kepada mereka. Maryam berharap dan berdoa semakin banyak umat yang sadar dan berislam kaffah. Terlepas dari jeratan sekulerisme dan faham-faham lainnya yang bertentangan dengan Islam"jelasku

Memanglah itu tujuan dari dakwah ini menyadarkan umat. Membebaskan umat dari pemikiran yang tidak islami menjadi pemikiran islami. Sudah cukup kita dicekoki oleh pemikiran asing yang bukan berasak dari Islam. Sehingga akidah kita tergadaikan. Hidup membebek kepada pemikiran asing.

" good. Yang sebentar lagi mau jadi manten" kali ini mas Hanif yang menggodaku. Mas ku yang satu ini sedari kecil memang sering menggodaku bahkan hingga aku menangis. Sudah dewasapun kebiasaan itu tidak berubah. Iya dia anak kedua dikeluarga ini. Usia kami terpaut 4 tahun. Mas Hanif memiliki kulit sawi matang, rahang yang tegas, dengan badan jangkung yang membuatnya semakin tampan. Persis ayah.

"Mas Hanif, kamu ini tidak pernah berubah ya suka menggoda adekmu" kali ini ayah yang bersuara.

Aku tersenyum melihat mas Hanif ditegur bapak. Kami menghabiskan waktu sore ini dengan bercengkerama hingga menjelang magrib.

Alhamdulillah menjelang magrib aku sudah sampai dirumah.

" Asslamualaikum" ku lihat rumah sepi. Mungkin ibu sedang sibuk bathinku.

"Walaikumslam" kulihat ibu muncul dari dapur dan tersenyum kearahku.

" sudah pulang le. Kok ndak barenga bapak. Bapak sudah pulang satu jam yang lalu" tanya ibu sembari menuntunku duduk di sofa.

" iya bu tadi Zainal mampir dulu di mushola"

"Le tau ndak tadi ibu ketemu sama buk rumi. Lah terus ibu juga ketemu salam calonnya kamu loh. Si Maryam" cerita ibu begitu semangat.

Ah iya aku jadi teringat pertemuan kami tadi sore di mushola. Saat tidak sengaja mata kami saling bertemu untuk sesaat. Kulihat dia segera menunduk. Cantik.

Iya dia wanita berkerudung panjang dengan aura yang cantik. Dengan tampilan sederhana tidak seperti karyawan wanita di kantor dan wanita yang sempat ibu kenalkan padaku. Merek rata-rata berhias berlebihan.

Ada desiran aneh dalam hatiku ketika melihat wajah yang meneduhkan itu.

"Le, kamu kok yo melamun" ibu menggoyangkan lenganku.

"Eh iya bu. Jadi tadi ibu ketemu ibu rumi dan Maryam di pasar ya"

"Iya, terus ya le besok kan ada arisan keluarga kita ibu undang saja si Maryam kerumah. Ibu mau lihat bisa ndak dia bergaul sama keluarga kita. Apa dia cuma bisa bergaul sama perempuan yang penampilannya sama tu seperti dia. Yang itu kerudungnya udah kayak baju aja pangjangnya" sungut ibu.

" ibu, kalau mau mengundang Maryam kerumah ya silahkan saja ya. Hanya saran Zainal tetap perlakukan Maryan dengan baik bu. Andaikan Zainal tidak berjodoh dengannya kita bisa tetap menjalin sila ukhuwah dengan keluarga pak Ahmad" ya, aku ingin meskipun jika Maryam tidak berjodoh denganku aku ingin tetap menjalin sila ukhuwah dengan keluarga mereka. Tidak ingin menimbulkan perselisihan kedepannya.

"Iya ibuk tau le. Yan ndak mungkin toh ibuk apa-apain calon kami itu. Eh le kalau ibu lihat-lihat ya. Itu si Maryam cantik yo le. Pantesan kamu kesemsem sama dia" ibu mulai menggodaku.

"Iya bu dia memang cantik. Tapi kita harus memilih pendamping itu yang utama karena agamanya. Ini zainal dengar saat kakak senior dulu memberikan tausiyah kepada kami. Boleh memilih wanita karena kecantikannya, tapi yang lebih utama karena agaman. Berdasarkan Sabda Rasulullah:

Al-Bukhari meriwayatkan dari Abu Hurairah Radhiyallahu anhu, dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam, beliau bersabda:

تُنْكَحُ الْمَرْأَةُ لأَرْبَعٍ: لِمَـالِهَا وَلِحَسَبِهَا وَلِجَمَالِهَا وَلِدِيْنِهَا، فَاظْفَرْ بِذَاتِ الدِّيْنِ تَرِبَتْ يَدَاكَ.

“Wanita dinikahi karena empat perkara; karena hartanya, keturunannya, kecantikannya, dan agamanya; maka pilihlah wanita yang taat beragama, niscaya engkau beruntung". (HR. Al-Bukhari). Jadi bu yang terpenting karena agamanya" jelasku kepada ibu.


"Oh gitu ya le, ya wes le seng penting doa ibu sama bapak kamu dapet jodoh yang apik orangnya le. Dan ndak malu-maluin keluarga kita yo le"

Iya ibu memang beberapa kali ingin menjodohkan aku dengan anak rekan sekantor Bapak. Tapi kala itu aku merasa belum ada kecocokan diantar kami. Sehingga sampai saat ini aku belum menikah. Ibu ingin jodohku juga dari keluarga yang sama.

Dengan Maryam aku merasa ada desiran didalam hatiku kala melihatnya. Dan aku berharap semoga pintaku dan pintanya menjadi pinta kita.

Bersambung... Menantu Pilihan 5
Previous Post Next Post