Benarkah Indonesia Sudah Merdeka?

Oleh : Sri Yana

Apakah Indonesia sudah merdeka? Pertanyaan itu membuat kita berfikir. Karena arti merdeka sendiri adalah bebas dari penindasan dan penjajahan kaum penjajah. Seperti dahulu para pahlawan berperang melawan Belanda, Inggris, Portugis dan Jepang. Para pahlawan berjuang mati-matian untuk membela negaranya, demi persatuan dan kesatuan negara republik Indonesia.

Namun sekarang bentuk penjajahan tidak seperti di zaman sebelum kemerdekaan. Ternyata Indonesia saat ini belum merdeka secara hakiki, masih terjajah dalam bidang politik, ekonomi, sosial budaya, hukum, dan pertahanan keamanan, dan lain-lain. Karena semua itu masih dibawah pengaruh asing dan membuat negeri ini dalam posisi negara pengikut dan banyaknya dieksploitasi.

Sebagaimana dilansir m.detik.com,19/11/2018 bahwa bidang usaha yang investasinya dibuka 100% untuk asing tersebar di beberapa sektor. Di antaranya sektor pariwisata, perhubungan, komunikasi dan informatika, ketenagakerjaan, ESDM dan kesehatan.
Berikut 25 bidang usaha yang 100% diperbolehkan untuk Asing:
Sektor Pariwisata:  galeri seni dan galeri pertunjukan seni.
Perhubungan
-Angkutan orang dengan moda darat tidak dalam trayek, angkutan pariwisata dan angkutan jurusan tertentu sektor Perhubungan.
-Angkutan moda laut luar negeri untuk penumpang (tidak termasuk cabotage) sektor Perhubungan.
Sektor Kominfo, meliputi: jasa sistem komunikasi data sektor Kominfo, penyelenggaraan jaringan telekomunikasi tetap sektor kominfo, penyelenggaraan jaringan telekomunikasi bergerak sektor Kominfo, penyelenggaraan jasa telekomunikasi layanan content sektor Kominfo, pusat layanan informasi atau call center dan jasa nilai tambah telepon lainnya sektor Kominfo, jasa akses internet, jasa internet telepon untuk kepentingan publik, jasa interkoneksi internet (NAP), jasa multimedia lainnya.
Sektor Ketenagakerjaan
- Pelatihan kerja (memberi, memperoleh, meningkatkan, mengembangkan kompetensi kerja, produktivitas, disiplin, sikap dan etos kerja antara lain meliputi bidang kejuruan teknik dan engineering, tata niaga, bahasa, pariwisata, manajemen, teknologi informasi, seni dan pertanian yang diarahkan untuk membekali angkatan kerja memasuki dunia kerja).
Sektor ESDM, meliputi: Jasa konstruksi migas, jasa survei panas bumi, jasa pemboran migas di laut, jasa pemboran panas bumi, jasa pengoperasian dan pemeliharaan panas bumi, pembangkit listrik >10 mw, pemeriksaan dan pengajuan instalasi tenaga listrik atas instalasi penyediaan tenaga listrik atau pemanfaatan tenaga listrik tegangan tinggi/ekstra tinggi
Sektor Kesehatan, meliputi: industri farmasi obat jadi, fasilitas pelayanan akupuntur, dan pelayanan pest control/fumigasi.

Itulah contoh dari bidang yang dikuasai asing di Indonesia, ditambah lagi di hari kemerdekaan, pada tanggal 17 Agustus 2019 ini, presiden Jokowi  meminta izin kepada anggota legislatif mengenai rencana pemindahan ibu kota dan menilai pemindahan ibu kota bisa meratakan ekonomi.

"Dengan memohon rida Allah SWT, dengan meminta izin dan dukungan dari Bapak Ibu Anggota Dewan yang terhormat, para sesepuh dan tokoh bangsa terutama dari seluruh rakyat Indonesia, dengan ini saya mohon izin untuk memindahkan ibu kota negara kita ke Pulau Kalimantan," kata Jokowi. (m.detik.com,17/8/2019).

Hal tersebut pula lah yang menambah pengeluaran negara semakin banyak. Karena memindahkan ibu kota tak semudah membalikkan telapak tangan. Butuh dana yang sangat besar. Ketika anggaran keuangan dalam negeri tidak mencukupi pembiayaan pemindahan ibu kota. Dari mana negara akan mendapatkan dana? Tentu saja akan meminjam dari pihak asing. Kita sudah ketahui bahwa meminjam dana dengan pihak asing, ibarat masuk ke lubang buaya. Akan sangat berbahaya sekali bagi Indonesia.

Memang semenjak runtuhnya Daulah Khilafah oleh Mustafa Kemal  Ataturk di Turki tahun 1924, negeri-negeri Islam sudah terkotak-kotak berbentuk nation state. Sehingga sudah tidak ada payung Khilafah yang melindungi negara-negara Islam dari cengkeraman barat. Negara-negara hanya bersatu atas nama Nasionalisme (kebangsaan). Jadi antara negara yang satu dengan negara yang lain berbeda beda, seperti suku, adat istiadat, bahasa, kulit dan sebagainya. Padahal seharusnya perbedaan tersebut, bukan masalah, yang menyamakan adalah aqidah Islam. Dimana perbedaan tersebut untuk saling kenal mengenal. Sebagaimana firman Allah SWT:
"Wahai manusia! Sungguh , Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan seorang perempuan, kemudian Kamu jadikan kamu berbangsa-berbangsa dan bersuku-suku agar kamu saling mengenal. Sungguh yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah ialah orang yang paling bertaqwa. Sungguh Allah Maha Mengetahui, Maha Teliti."(TQS. Hujurat:13)

Hal ini terjadi karena penerapan sistem sekuler demokrasi yang merupakan neokolonialisme dan imperialisme yang sengaja dibuat oleh penjajah untuk melanggengkan penjajahan secara non militeristik, tidak seperti dahulu, bahwa penjajahan dilawan dengan fisik, dengan menggunakan tombak.

Oleh sebab itu, kita harus waspada dengan asing, semua yang diberikan asing, diibaratkan tidak ada makan siang gratis. Apapun bantuan yang diberikan asing, baik dalam bentuk pinjaman atau pemberian harus ditolak. Karena sudah sejatinya memang kita belum merdeka secara hakiki, dari orang-orang asing yang menginginkan kekayaan Indonesia, misalnya tambang di Indonesia yang dikeruk hingga menjadi lembah, tapi rakyatnya miskin, bahkan penambangan secara besar-besaran tersebut, malah menimbulkan bencana.

Oleh karena itu kewajiban terus memerdekakan diri hingga tercapai kemerdekaan hakiki dan kembali menjadi umat terbaik. Sebagaimana firman Allah SWT:
"Kamu (umat Islam) adalah umat terbaik yang dilahirkan untuk manusia, (karena kamu) menyuruh (berbuat) yang makruf, dan mencegah dari yang mungkar, dan beriman kepada Allah".(TQS. Ali Imron: 110)
Maksud umat terbaik disini adalah menyuruh yang makruf dan mencegah yang mungkar berarti umat yang taat dalam bingkai Syariat Islam. Dimana dicontohkan oleh Rasulullah ketika mengemban risalah di muka bumi. Allah SWT berfirman, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.” (QS. Al-Maidah: ayat 3).

Ketika diutus 14 abad silam, Nabi Muhammad menghadapi sebuah masyarakat yang mengalami tiga penjajahan sekaligus: disorientasi hidup, penindasan ekonomi, dan kezaliman sosial.

Disorientasi hidup diekspresikan dalam penyembahan patung oleh masyarakat Arab Quraisy. Rasulullah berjuang keras mengajarkan kepada umat manusia untuk menyembah Allah Yang Maha Esa dan meninggalkan tuhan-tuhan yang menurunkan harkat dan derajat manusia. 
Wa'allahu a'lam bish shawab

Post a Comment

Previous Post Next Post